Suprise Mblooo kalian salah soal taun depan updatenya 😂😂😂
Iya, Rosie berubah hanya karena semalam.
Lisa jadi bertanya-tanya kenapa gadis itu berubah pikiran setelah semalam mereka bercinta. Apakah dia telah luluh karena kepuasaannya di atas ranjang atau memang rasa mengalahkan kekerasan kepala?
Lisa ingat betul bagaimana cara Rosie menolak dirinya, membuatnya mundur dari peradaban jatuh cinta padanya saat itu. Namun Rosie bisa berubah begitu saja? Apakah karena uang? Atau hal lain?
Atau Jennie berhasil membuat sebuah cerita mengharukan agar Rosie luluh untuk dirinya? Kau tahu, Jennie selain punya tatapan sangar, gadis itu juga penuh drama terutama setelah berpacaran dengan seorang Kim Jisoo.
“Unnie, Rosie mengatakan ingin makan malam denganku. Aku senang, tapi juga jadi bertanya-tanya. Bagaimana dia bisa berubah pikiran tentangku? Aku pikir tidak ada kesempatan untuk kita memulai sesuatu, mengingat perkataannya padaku saat itu. Apa kau mengatakan sesuatu menyengsarakan tentang diriku sehingga Rosie hanya merasa kasihan? Jen, Jennie Kim?” Lisa menekan-nekan pipi gembul Jennie dengan jari telunjuk keropos bekas gigitan jarinya. “Unnie, jawab aku.” Lisa kembali menekan pipinya, namun kali ini lebih keras meski usahanya jadi sia-sia karena Jennie dalam pengaruh obat penenang saat ini. Yang membuat sang sepupu terlelap bagai putri rakyat jelata terlantar di tempat tidur rumah sakit.
“Kemana aku harus membawanya makan malam, Jen Unnie? Kau punya ide? Biasanya kau yang selalu membuat keputusan tentang tempat tujuan kemanapun kita akan pergi. Kau tahu aku tidak banyak bergaul dan mengenal banyak tempat sepertimu.” Resah, sebab Lisa bukan social-butterly seperti Jennie. Yang mengetahui banyak tempat, punya banyak teman dan kenalan, serta mantan yang berceceran seperti remahan.
“Mungkin masak sendiri? Apa itu akan terasa istimewa dan romantis?” Lisa tak perlu mendengar jawaban Jennie sementara sepupunya sedang teler dibawah alam sadar. Jadi ia akan duduk manis di sofa ruang rawat VIP rumah sakit yang ia bayar ini. Demi Jennie dan pertanggungjawabannya memukul gadis itu hingga leher sampai harus memakai gips. Tunggu saja hingga Jennie bangun dan pembalasan apa yang akan Lisa terima untuknya.
“Mungkin aku akan memahami menu makan malam yang harus istimewa ini.” Lisa menekan-nekan layar sentuh ponsel pintarnya, mencari menu makan malam yang pastinya harus enak! “Sebelum praktik aku harus pahami dulu, kan?” Ia mengetik pada kolom pencarian Google dan mendapatkan semua resep menu yang ia inginkan. Huh! Hebatnya sang Guru Besar Google dan asistennya si Youtube yang makin membantu Lisa tahu tentang gerakan memasak yang akan ia coba nanti.
“Aku harus menyimpan video memasak ini.” Lisa meng-klik simpan video untuk beberapa saluran channel menu memasak. Hingga sebuah pesan singkat muncul di tengah layar menganggu acaranya. “Unnie, Jisoo bertanya tentangmu.” Lisa membuka aplikasi chatting untuk membalas pertanyaan Jisoo tentang keberadaan Jennie. Oh, sebenarnya Lisa telah mengabaikan beberapa panggilan telepon dari Jisoo sejak pagi tadi. Maaf, ia juga tak bisa hadapi Jisoo apalagi sendirian seperti ini. Jadi lebih baik bicara lewat jemari.
“Jennie sedang dirawat di rumah sakit, tenang, aku berusaha membuatnya tetap hidup.” Lisa mengetik sambil mulut bicara, lantas bagikan lokasinya saat ini. Tak lupa menekan kamera untuk membuat bukti Jennie yang tengah terbaring di ranjang rawat.
“Aku yakin dia akan sadar beberapa jam lagi.” Lisa berbicara pada diri sendiri, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Oh come on, apa yang lebih baik lagi sementara ia mendapatkan sebuah kencan dengan Rosie malam ini! Good as hell, right!
“Unnie, aku akan mengabadikan videomu hari ini. Jarang-jarang, kan, kau terbaring di rumah sakit karena pukulan tanganku.” Lisa menekan pipi Jennie sebelum menekan untuk memfoto, membuat video dengan mulut Jennie yang menganga lebar hingga jari-jari Lisa bisa masuk, membuat wajah jelek sementara Jennie tidur saja sudah jelek. What a great team are we, Jen? Lisa membuka galeri ponsel untuk melihat semua hasilnya, ia tersenyum dan cekikikan sendirian bagai kuntilanak bicara pada tembok. Namun slide terakhir layar membuatnya terpaku bingung, “Tunggu, aku tidak membuat video ini.”
Lisa menekan tombol play dan hadirlah video dirinya sedang bernyanyi karaoke di atas meja, bersama dengan pengiring nyanyian--Jennie-- yang tengah meregangkan kaki dengan sikap lilin dibawa sofa, entah apa maksudnya.
“Woah, aku baru tahu bisa bernyanyi seperti ini.” Lisa takjub pada diri sendiri, bagaimana ia bisa bernyanyi Rap ala Nicki Minaj sementara ia tak tahu caranya? Amazing! Apakah mabuk bisa membuat sebuah bakat terpendam keluar? Sepertinya begitu. Lisa mengangkat bahu menikmati menonton video ia dan Jennie yang mabuk berat, tapi tunggu. Siapa yang merekam?
“Oh sialll,” Lisa ingin mengumpat lebih dari ini. Tapi mulutnya lebih dulu merapatkan oleh tangan. Ia menyaksikan sang mantan kelakuan setan, gadis yang meniduri Jennie semalam. Tiba-tiba muncul entah darimana, lalu menindih Jennie yang sedang rebahan-tidak-cantik di atas karpet untuk dicium mesra.
“Hei, kenapa kau mencium Jennie?” ada suara lain muncul dalam video, iya, rekaman bergetar menandakan gadis itu yang merekam.
“Kenapa? Dia meneleponku untuk datang ketika mabuk berat, itu artinya ia hanya butuk seks hebat malam ini.” Junse, sang mantan Jennie memberi seringai tak cantik, lebih pada menakutkan untuk dilihat. Heran bagaimana Jennie bisa memacarinya dahulu.
“Well,” suara gadis si perekam tertahan ketika Junse kembali bicara.
“Bukannya kau juga harus memuaskan Lisa? Bukankah kau datang kesini karena dia, bukan?”
“Jennie yang menyuruhku datang kesini, untuk menghibur Lisa, iya." Suara sempat terhenti lantas merekam Lisa yang tengah asik twerking dengan sofa. "Aku pikir merekam aktifitas mabuk mereka cukup menjadi sebuah hiburan.”
“Ahhhh!!!” Lisa menepuk dahi terlalu keras, ia kini ingat dengan apa yang terjadi semalam saat mereka mabuk.
Bercinta dengan Rosie mungkin bukan sebuah masalah baginya, tapi video ini, adalah bukti terlarang untuk siapapun menonton. Sebab dalam rekaman juga ada adegan Jennie menunggang kuda bersama betina lain. Unnie, we're screwed.
“Jennie!” Jisoo berteriak sambil menggebrak pintu ruangan dengan gahar.
Lisa sampai tersentak kaget hingga melempar ponselnya menghantam dahi Jennie yang malang.
“Unnie! Ini Rumah Sakit bukan taman safari.” Lisa beranjak dari posisinya secepat kilat hanya untuk mengambil kembali ponselnya yang tergeletak di samping telinga Jennie. Lantas pasang muka seolah semua baik-baik saja. “Unnie sejak kapan kau jadi Supergirl? Padahal belum setengah jam aku memberitahumu tapi kau sudah ada disini.”
“Itulah hebatnya diciptakan sebuah mobil Lisa.” Jisoo bahkan tak memandang Lisa karena pandangannya hanya terpana pada Jennie yang terlihat tidur pulas dengan mulut menganga. Dia tidak terlihat sakit, kecuali karena gips yang terpasang di lehernya.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Kini Jisoo memandang Lisa dengan tangan bersedekap di dada, menuntut sebuah jawaban pasti, apa yang sebenarnya terjadi dengan kekasih jiwa.
“Jennie jatuh dari tangga.” Maaf, Lisa tak bisa cari jawaban lain. Ia harus jawab cepat tanpa terlihat gagap atau Jisoo akan mencurigainya.
“Apa?! Bagaimana bisa?”
“Ya, bisa saja.” Tahan wajahmu tetap meyakinkan, Lalisa.
“Dia jatuh dari kepala dulu lalu kaki atau bagaimana? Kenapa hanya lehernya yang di gips?” Jisoo tidak bisa membayangkan caranya Jennie bisa jatuh dan hanya bagian leher yang terluka sedang kakinya baik-baik saja. Oh, lihatlah kakinya yang muncul dibalik kain itu. Lisa pasti membuka bagian itu agar kaki Jennie tidak gerah karena suhu ruangan. Sangat pengertian namun mencurigakan.
“Aku tidak tahu, Unnie. Aku hanya datang saat dia sudah tidak sadar dan langsung menyelamatkan hidupnya dengan diantar kesini, bukankah itu tindakan tepat?” bagus bukan ektingnya? Sepertinya Lisa harus mendapat piala Oscar sehabis ini. Improvisasinya luar biasa.
“Ya, itu memang tindakan tepat.” Jisoo mengangguk setuju, Lisa tidaklah salah. “Terima kasih, Lisa, untung kau langsung membawanya ke rumah sakit bukan ke Cafe penuh anjing.”
“Hei, Jennie Unnie hanya mengiris salah satu jarinya dengan tidak sengaja, jadi aku membawanya kesana untuk sebuah hiburan.” Jennie sangatlah sensitif dengan luka berdarah, sepupunya itu bahkan menangis saat kejadian, jadi yang dilakukan Lisa sehabis menambal jarinya dengan plester luka adalah menghiburnya.
“Ya, benar, kau benar.” Jisoo kembali menatap sang kekasih dengan pandangan kasihan. Meski luar kelihatan sangar, Jennie hanyalah sesosok penakut di dalam dirinya. Ia tidak bisa melihat Jennie dalam kesakitan.
“Baiklah, karena aku sudah membawa Jennie Unnie, membayar administrasi dan sekarang Unnie sudah ada disini, gantikan aku menjaganya. Malam ini aku ada kencan yang harus dipersiapkan dengan matang. Jadi aku pamit, bye Unnie.” Lisa menyerobot keluar tanpa perlu lagi jawaban Jisoo. Sebab ia butuh banyak waktu untuk membuat makan malam.
Firstly, belanja, supermarket.