Sekarang jadi sepi yah? Meskipun aku update..
Jadi bagaimana?
Lisa meremas ujung tongkat dengan gelisah. Karena kepulangan dan menyendiri di rumah berujung rasa kesepian yang menakutkan, juga pikiran yang terlalu dihantui oleh rasa rindu. Seolah mencekik leher hingga ia mesti beranjak bangun, lantas malah kabur dari rumah sebab dada terasa sesak oleh rasa entah apa.
Jadi disinilah ia, berdiri canggung di tengah lantai dansa. Menatap Rosie yang berpangku ria bersama seorang pria, punya niat ingin menculik saja. Namun perkataan Yuri tadi siang cukup membuatnya tertegun penuh pemikiran. Mungkin karena ia berjiwa pengangguran, tak tahu apa artinya berjuang mencari uang apalagi masalah perasaan. Yang dipikiran hanya ada keinginan dan ia tak suka menunda rasa penasaran.
“Rosie,” Lisa kembali hadir di tengah suasana. Menegakkan kepala seolah panggilannya adalah sebuah perintah, padahal pipi chubby serta wajah tanpa nada adalah sebuah tanda buta, bahwa ia tak mahir memainkan banyak adegan. Namun tampil dengan pakaian semenarik ini, tongkat merah menyala ini, serta topi hitam seolah ia adalah malaikat pencabut nyawa ala Lee Dong Wook demi merebut perhatian si Dia yang meminta sebuah usaha dalam permaafan tulus.
“Bisakah kau pulang denganku sekarang?” kenapa dialognya jadi seperti ini? Lisa ingin selali memukulkan tongkat yang dipegang ke kepalanya. Kenapa pikiran ingin menelanjangi si jelita begitu membabi buta hingga ia bisa berkata yang seharusnya? Mestinya ia pakai kalimat halus-halus lalu menerkam. Bukannya langsung menyerang.
“Apa kau majikanku? Kenapa kau bersikap Bossy?” sudah dua kali ini Lisa merusuh saat ada pelanggan, bukannya sebuah usaha untuk minta maaf seperti yang ia inginkan, gadis itu bertingkah angkuh layaknya drama yang ia tonton. Jadi ia segera berdiri hadapi, abaikan lelaki rupawan di samping yang menyuruhnya untuk tak pedulikan Lisa. Namun entah karena penampilan menawan yang membuat jerit desah dipikiran menguap keluar--dan oh, bagaimana ia ingin sekali memakai topi hitam itu untuk melakukan Role play ala koboy seksi--atau memang perasaan yang sebenarnya sudah ingin bertingkah terang-terangan.
“Aku tidak tahu—“ Lisa mendekat begitu rekat, memberi bisik syahdu meski bingar suara meredam suasana. Namun napas lembut itu tentu meremangkan si gadis pirang yang kini tampak tegang, apalagi ketika tangan Lisa menyelip ke belakang pinggang hanya untuk merasakan jantung dan dada mereka bertubrukan meminta sebuah perkelahian. “—harus memakai cara apa agar aku bisa dimaafkan karena tak bisa melihatmu hari itu. Tapi sungguh, jangan buat aku jadi sehaus ini, kau membuatku pusing.”
“Aku belum memberimu depresi, Sayang. Jadi telan dulu rasa hausmu itu, lalu kembali datang dengan cara yang lebih seksi.” Rosie abaikan remang bulu halus disekitaran leher, bekas Lisa hembuskan napas dari surgawi yang jelas buat ia ingin berteriak sambil telanjang. Tapi ia mesti menahan diri meski bibirnya geli untuk melumat si bibir seksi, dengan buang muka serta melepas tubuh yang sudah kecewa atas keputusannya.
Sementara pemandangan menggelikan itu disaksikan Yuri dengan segelas anggur yang dihirup sebelum diteguk sedikit. Tersenyum sambil menggeleng kepala menyaksikan kelemahan Lisa, yang membuat ia jadi ingin membuat tingkah. “Bisakah kau menggoda Lisa untukku?” Pinta Yuri kepada Hyuna, yang tengah menemaninya mengobrol sejak sejam yang lalu.
“Lisa sepupunya Jennie?” Hyuna mengingat Lisa saat adegan bergulat dengan tongkat di tengah lantai dansa waktu itu. Sejak kejadian itu, sepertinya pegawai disini semuanya sudah tahu siapa Lisa, si Pendiam yang tak banyak bicara, namun penuh pesona ketika senyumnya rekah.