Mblooo, karna aku baru kambek ya. Rasanya sensi banget kalo ada yg ngomen NEXT Next blalaa, bikin bete taukkkk.
malah bikin males nulis😭😭😭jadi jangan komen kayak gitu ya😭😭“Jadi masakanku enak?”
“Oh, ya,” Lisa menatap nasi goreng ini seksama. Rasanya enak, warnanya cantik dengan daun bawang, potongan wortel kecil, kacang polong, daging sapi , telur serta potongan nanas yang membuat rasanya unik. Enak, waw, ternyata Rosie jago masak. Ia melahap kembali nasi, menikmati dengan jelas.
“Jadi kenapa kau tidak mengangkat teleponku sejak siang? Aku tidak akan marah, hanya ingin tahu saja. Kau bisa membuatku berpikiran bahwa makan malam kita gagal.” Siapapun akan mengira seperti itu, terutama wanita yang punya banyak insecurity dalam hidupnya.
“Iya, aku minta maaf soal itu, aku sangat terlena untuk menyiapkan masakan makan malam dengan tanganku sendiri. Aku berbelanja, memasaknya, namun gagal.” Lisa menurunkan bibir, sedikit kesal jika mengingat lagi.
“Aku sebenarnya menelepon Yuri untuk meminta libur hari ini, tapi dia memberitahu bahwa kau menelepon untuk bertanya tentang makanan kesukaanku. Dia bilang bahwa kau sebenarnya tidak bisa masak,” Rosie sebetulnya ingin tertawa namun juga merasa bangga atas usaha Lisa meski bekas kegagalan dari masakan itu rasanya tidak terlihat di dapur sana. “Jadi aku sudah berinisiatif untuk memasak sendiri. Dan beruntunglah kau ... Lisa-ssi.”
“Iya, aku sangat beruntung, terima kasih.” Lisa mendongakkan kepala dengan senyum lebar, memunculkan sedikit kepalanya di permukaan meja untuk menatap wajah manis Rosie yang tengah mengunyah makanan.
“Tapi aku melihat dapurmu sangat bersih—“
“Oh, kau belum melihat tempat sampah, Nona Rosie, tempat itu penuh karena aku juga sekaligus membuang serbet yang terlalu kotor. Sebenarnya aku membakar makanan dengan memanggangnya terlalu lama hingga membuat kertas perkamen yang membungkus makanan terbakar dan alarm kebakaran berbunyi sampai air keluar dan membasahi seluruh dapur termasuk aku yang habis mandi padahal baru saja akan menjemputmu.” Lisa mengambil udara sambil berdiri setelah menjelaskan tanpa jeda. Membuat gadis di depannya langsung merekah tawa mewarnai suasana.
Lisa menatap Rosie penuh senyum, tawanya renyah hingga ia ikut tertawa. “Aku sangat sial hari ini, tapi juga sangat beruntung.”
“Terima kasih Lisa-ssi—“
“Lisa, cukup panggil Lisa.” Lisa tersenyum, untuk kemudian melahap lagi makanan tanpa mengindahkah pandangan selain pada Rosie.
“Kau tidak nyaman duduk di bangku kecil itu, kan?”
“Oh,” Lisa kembali duduk manis, memandangi paha mulus Rosie kembali. “Tidak juga, aku menyukainya. Kau tenang saja.” Lisa meringis geli akan otaknya yang kesurupan setan penuh hawa nafsu. Sial, kenapa aku jadi begini?
“Tentu saja kau suka ...” Rosie menyembulkan kepala ke bawah, menatap Lisa yang mangap masih penuh nasi. “Kau lebih suka pemandangan di bawah sini ketimbang wajahku?” jika kalian pikir Rosie tidak tahu, ia hanya pura-pura saja. Membiarkan Lisa bertingkah bagaimana, tapi hasilnya hanyalah kelakuan lucu si Keren yang tampak tak berkarisma melainkan hanya seperti gadis sekolah menengah tengah berkencan untuk pertama kalinya.
“Anyea, bukan itu maksudku.” Lisa berdiri sambil menggeleng keras, hampir menumpahkan nasi dalam piring. “Maksudku, iya aku memang memandangi pahamu dengan sengaja, tapi aku juga tidak mungkin bertukar tempat duduk denganmu, bukan?”