The Smile I Hold

4.1K 494 94
                                    

Seenggaknya aku berusaha, ya.. kemarin itu aku teler karna kebanyakan minum es..
Happy reading,
Voment juseyo😁😁😁😄😄







“Kau tahu, Lisa sayang. Meski dengan senang hati aku akan menerima uang bayaran tanpa melayani. Aku akan beri kau pengecualian, ayo, ke kamar?” Rosie melempar tangan melingkar leher, mengedip mata genit lantas mencium pipi Lisa dengan gaya mesra. Ia baru saja akan melancarkan aksinya, namun bunyi asing dari bawah sana membuat mata bulat terbuka. Sontak Rosie pegang perut dengan pandangan tertunduk malu seketika. “Sialan.”

Lisa tersenyum sambil menutup setengah wajah, tahan diri untuk tak tertawa. Namun tingkah lucu Rosie yang kelihatan ‘normal’ sungguh membuat ia suka. “Kau pasti lebih lapar dariku. Sampai perutmu bisa bunyi sekeras itu.”

“Diam,” Rosie cemberut, tapi tampangnya lebih kelihatan imut. Ia melepas jaket Lisa yang menempel pada tubuh, tapi yang ada wanita itu malah kembali kenakan pada dirinya.

“Tidak perlu dilepas.” Lisa malah menarik ritsleting jaket dengan rapat seolah ia tak perlu lihat, apa yang ada di dalam sana untuk matanya. Sebab ia telah baca mantra, untuk tak teringat-ingat bra berenda yang terbuka menyilaukan mata.

“Aku akan merasa kepanasan saat memasak,” Rosie melepas ritsleting, menarik bahu jaket ke bawah, namun Lisa kembali menolak pilihannya.

“Tidak perlu dilepas.”

“Aku ingin melepasnya!” Rosie menghentak kaki, menatap Lisa penuh intimidasi. Lantas mencubit wanita itu dengan gemas, membuang jaket merahnya yang membuat tubuh panas. Untuk kemudian mencium bibir sekilas sebelum ia berlari ke arah dapur terbuka.

Tak tahu saja, jika tingkahnya membuat Lisa mulut ternganga, mata melebar seolah bukan hal biasa. Namun menatap Rosie mengenakan celemek segera membuat semringah, mengabaikan penampilan seksi kain berenda di mana-mana. Sebab ia tak melihat hanya pada satu sisi, tapi keindahan yang mungkin tersembunyi.


~~¤~~


Kulkas Lisa penuh makanan, yang membuat Rosie awalnya sedikit terkejut betapa wanita itu membeli segala macam makanan padahal hidup sendiri. Ia juga menemukan sereal rasa buah satu ruang laci seolah Lisa memberi makan seluruh anak-anak kecil di komplek rumah ini.

Karena terlalu banyak bahan makanan, Rosie sebaiknya bertanya akan masak apakah ia sebaiknya? Mana mungkin ia akan memasak seluruh daging di dalam kulkas ini lantas menghabiskannya sendirian, bukan? Meski, aw, ia akan senang hati melakukannya.

“Kau butuh bantuan?” Lisa tersenyum canggung, betapa susah payah ia telah berada di dapur, tanpa perlu gagap sebab gugup menyergap.

“Dengan senang hati menerima bantuanmu, sayang.” Rosie mencolek abs Lisa, mengerling penuh goda, lantas melangkah sini-sana untuk menyiapkan bahan makanan. Mungkin mie instan saja. Ia hanya perlu menyiapkan daging dan beberapa sayuran sebagai pelengkap. Cepat dan mengenyangkan, dan, oh, jangan kasih tahu Lisa bahwa ini hanyalah tipu muslihatnya.

“Aku akan siapkan sayurnya,” Lisa berinisiatif, membuka kulkas untuk mengambil sayur hijau serta daun bawang. Tongkatnya berseru mengetuk lantai ketika langkah harus maju ke depan, membawa sayur dengan segala kerepotan terpandang. Namun sudah menjadi hal biasa, ia bergerak lincah meski kaki melangkah susah. Lisa mencuci, menyiapkan air, serta memotong sayuran sementara Rosie malah menatap penuh curiga, seolah tengah membuat rencana bahaya. Namun jelas kepolosan Lisa tak bisa menebak wanita itu dengan begitu saja.

Prang! Ah!

Rosie menjatuhkan tutup panci dengan sengaja. Membuat gema hingga tunjukkan wajah penuh drama. Melirik dengan gaya mesra ketika Lisa hanya tatap padanya. Lantas menungging pantat dengan sengaja, muncullah penampakan celana dalam yang ‘oh sungguh seksinya’ di dalam balutan rok yang menutupi percuma. Untuk kemudian mengibas rambut ke udara sebagai jurus pamungkas kecantikannya.

“A-apa kau sengaja melakukannya?” Lisa menahan ludah dalam tenggorokan, seolah ia baru saja saksikan sebuah live action menampilkan pantat manusia  yang hampir tumbang hanya karena mengambil sebuah benda jatuh ke bawah.

“Iya, kenapa lalu?” Rosie berkacak pinggang, seolah menantang. Namun ia selanjutnya malah memberi punggung dengan sengaja, mendekatkan tubuh lantas tangan meraba paha Lisa. “Aku tidak suka penolakan, sayang.” Rosie kembali mengecup pipi Lisa, untuk kemudian kembali lanjutkan memasak seolah yang baru saja terjadi bukanlah apa-apa.

Lisa tersenyum, buang muka demi pendam rasa gugup melucu. Tingkah Rosie, bukanlah seksi namun lebih pada gadis cantik yang bertingkah manis. Meski ia harus tahan diri, memberi pertahanan mengitari, harus sanggup hadapi segala uji. Dia, adalah wanita penuh dengan niat.

Jadi tak heran, seperti yang Lisa sangka dan duga. Rosie, gadis berpakaian seksi, bra berenda dan rok hitam mini yang bisa butakan mata. Membuat tingkah dengan wajah penuh tanpa dosa. Setelah acara memasak penuh drama dan goda. Sekarang begini kelakuannya.

“Wae?” Rosie bertanya, menggeser mangkuk Ramyeon Lisa untuk meletakkan mangkuk miliknya. Duduk nyaman di pangkuan seolah ia tengah berada pada empuknya sofa.

“Aku pikir kursi di kanan dan kiri masih kosong.” Jangan tegang, hadapi mawar malam memang amat buat hati seakan tenggelam. Pada tiap rayu yang buatmu ingin menyelam.

“Aku pikir kedua pahamu juga kosong, hatimu kosong, tatapanmu kosong, rumahmu kosong, kehidupanmu kosong, dan penismu ingin ku kosongi.” Rosie cengir kuda, mengerling dengan jari menjentik pipi, untuk kemudian bersikap abai, ia makan dengan santai. Tak peduli Lisa hanya bisa duduk tegang, entah harus bagaimana bertingkah.

“Apa kau selalu menggunakan cara ini untuk menggoda orang yang menyewamu.” Lisa tak bermaksud menyelidik, ia hanya sedikit ingin menelisik, sebab keingintahuan bercampur rasa entah apa telah berada di dada, ia bayangkan bagaimana Rosie dengan cara ini menggoda.

Rosie tahan tawa, mengelap bibir berlumur kuah, lantas menelan habis yang tengah dikunyah, untuk menjawab si kaku yang penuh tanya. “Wae? Apa kau cemburu jika memang begini caraku menggoda orang yang membayarku?”

Any-anyea!” Lisa buang muka, merasa percuma. Ramyeon miliknya bahkan sudah tak berharga, ia tak lagi berselera.

“Awh, baby.” Rosie menarik rahang Lisa, ia ingin lihat si wajah dingin ini dengan ekspresi lain. “Mereka yang menggodaku, aku tak pernah menggoda mereka. Itulah sebabnya mereka ingin menyewaku, karena aku, memang sudah menggoda di mata mereka.”

“Oh,” Lisa enggan bersuara banyak, jelas ia tahan rekah yang buat senyum mekar. Menahan otot bibir agar tak membuat semburat menawan. Senyum penuh kebahagiaan.

"Sikapmu yang tarik ulur ini yang membuatku bertingkah berbeda." Akan kubuat kau jatuh pada pesonaku.


aku tuh kurang apa sih Bang coba? Liat pake mata lebarmu itu, jangan pake ponimu aja😬😬😬 udah seksi, cantik, kulit mulus uhuy, tinggal hap!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku tuh kurang apa sih Bang coba? Liat pake mata lebarmu itu, jangan pake ponimu aja😬😬😬 udah seksi, cantik, kulit mulus uhuy, tinggal hap!

Padahal poniku membuat tirai untuk mataku 😌😌😌

Be With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang