Back to the Old days

567 79 51
                                    

Hei, Blinks😂😂😂

Maappp yaaa, aku tauuuuu, It's been years since I last wrote this story😂😂😭😭

Tapi ya. Yes, yes, gue balik lagi, dan sesuai janji. Aku sudah nulis cerita ini sampe end! Yup, betulan sampe End!

Anyway, gue sebenernya gak tau masih ada yg mau baca crita ini gak😂😂😂

but, yaudahlah ya, aku udah nulis sampe end. Biar satu lagi cerita yang dikasih End di akhiran judulnya.

Happy reading, to all my oldie readers here, Love y'all!

Happy reading, to all my oldie readers here, Love y'all!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Yang Rosie ingat saat itu adalah wajah putus asa, keringat bercucuran, dan mata bulat yang tengah memohon belas kasihan. Tanpa tahu situasi lebih lanjut. Tangannya ditarik paksa; hanya untuk memajangkan wajahnya di depan lelaki berjas tengah duduk di sofa.

"Ambillah anakku sebagai gantinya."
Kalimat itu menggaung, sangat keras hingga seolah salah satu saraf sadarnya sempat terputus. Kaget. Ia yang masih di bawah umur ini akan diapakan? Apa maksudnya ini?

Dalam ketakutan dan segala kepolosan. Rosie hanya bisa mengalirkan air mata. Menatap punggung sang Ayah yang pergi dengan entah berapa gepok uang.

Sementara lengan kurusnya telah dipegang erat oleh pria dewasa. Yang mungkin akan merubah semua hidupnya mulai detik ini.
Akan diapakan dirinya ini? Dijual?
Dijadikan pelacur dibawah umur? Atau dikeluarkan semua organ tubuhnya untuk dapat uang balik dari yang telah dikeluarkan untuk membayar.

Apalagi ketika ia dibawa ke dalam mobil, menaiki kendaran yang tidak tahu mau kemana. Rosie hanya bisa menangis sepanjang perjalanan. Ia mungkin harus siap mati setelah sampai tujuan.

Namun bukan yang ia sangka seperti bayangan, ketika tangisan dan kekhawatiran itu tak kunjung selesai. Yang didapat Rosie malah sepiring nasi hangat, lauk pauk nikmat, dan elusan seorang wanita yang menyambut mereka saat di rumah.

"Ayahnya tak mau mengurus dia lagi. Jadi aku ambil saja. Kasihan sekali anak secantik ini mau dibuang, kan." Pria pemilik club yang telah membelinya berkata, ke seorang wanita yang kini duduk di sebelah memandangi Rosie kecil yang tengah berada diantara keasingan penuh ketakutan.

"Hello, namamu siapa?" wanita itu menyapa, senyumnya manis, seolah kamu juga ingin tersenyum saat saksikan. Dengan daster dan rambut diikat ke belakang, wanita itu masih terlihat cantik ketika dia bahkan tak berdandan.

"Rosie." Ia tak mau katakan nama aslinya. Rosie adalah nama buatan yang sangat cantik ketika ia bertemu orang asing yang tanyakan nama.

Sambil mengelap sisa air matanya yang kering, ia lalu menatap sepiring nasi dan harumnya lauk yang buat ia jadi makin merasa kelaparan.

Be With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang