Preparing

1.7K 231 63
                                    

Sooo, Mblooo aku update lageee nehhh. Ini membuktikan kalo sayehhhh! Bukan sedang pencitraan yak! Huh! Rasain!😬😬






“Kau tahu kebun?”

“Huh? Kebun maksudnya?” Lisa menggaruk alis dengan ujung kunci mobil, bingung maksud yang dikatakan Yuri. Padahal ia menelepon untuk bertanya tentang apa makanan yang disukai Rosie. Tapi kenapa dia malah bertanya tentang kebun padaku? Apa dia sakau atau mabuk bercinta dengan Jessica?

“Kebun buah, kebun sayur.” Yuri memutar bola mata dengan nada mendayu seolah meremehkan Lisa yang kelihatan bodoh kenapa dia tidak tahu kebun.

“Tapi aku bertanya tentang makanan kesukaan Rosie Unnie, bukan tempat outdoor untuk membuat video porno.” Masalahnya Lisa sudah berada di supermarket dan beberapa ibu-ibu sudah lirik-melirik pada suaranya yang kian meninggi sekarang.

“Iya, itu maksudku Lalisa, Rosie itu penyuka segala sesuatu yang di tanam di kebun, termasuk sayur, buah, dan bunga, mungkin. Yang jelas gadis itu pemakan tanaman.” Yuri ingat betul saat yang lain bisa memesan daging sebanyak-banyaknya untuk dilahap, tapi Rosie, malah memilih semangkok besar salad dan hanya sepiring porsi kecil daging steak sebagai penutup.

“Pemakan tanaman? Seperti kambing begitu?”

“Oh, aku tidak akan menyebut Rosie seperti kambing hanya karena suka buah dan sayur. Kelinci mungkin, agar lebih lucu.” Yuri melempar buah anggur ke udara sebelum mulutnya mengangkat untuk melahap dengan sempurna. Menikmati waktu bersama Jessica di hari cerah dekat kolam renang saat ini sangatlah sempurna. Sebelum Lisa menelepon dan sedikit menganggunya yang sudah curi-curi ciuman punggung pada sang kekasih seksi.

“Jadi dia vegetarian?” Lisa melangkah sambil mendorong trolly belanja, mencari barisan rak yang menampilkan segala sayuran. Biasanya rak buah dan sayur akan dipajang berdekatan.

“Tidak, dia suka daging. Namun dia memang sangat suka makan buah dan sayur segar. Hei, sebenarnya untuk apa sih, kamu meneleponku?”

“Aku dan Rosie ada kencan malam ini, aku pikir akan membuat makanan dengan tanganku sendiri agar terasa spesial, jadi aku bertanya padamu apakah kamu tahu makanan kesukaannya agar aku bisa tahu akan masak apa nanti malam.”

“Ahhh, begitu.” Yuri mengangguk paham, kembali melahap anggurnya dengan gaya terbang. “Kamu bisa masak dengan tema, Italian Party Buffet untuk Rosie. Aku yakin dia sangat suka.” Terakhir kali Yuri membawa para perempuan ini makan malam besar adalah dengan menyediakan buffet makanan Eropa dan mereka sangat menyukainya, terutama Rosie.

“Huh? Party Buffet? Apa tidak salah? Aku pikir dua tanganku ini tidak akan mampu menyediakan banyak makanan untuk dibuat, Unnie.” Lisa memandang dua tangannya yang kurus kering dengan bibir maju. “Lagipula Rosie tidak akan makan sebanyak itu, kan?” perempuan cantik biasanya makan sedikit, yang ia lihat biasanya seperti itu, sih.

“Ohhh, kau tidak tahu saja Lalisa. Percaya padaku. Italian Party Buffet sangat sempurna untuk makan malam bersama Rosie. Kau bisa cari menunya di internet atau video masaknya di YouTube. Kau akan menemukan semuanya. Pilihlah menu yang dimasak dengan banyak sayuran. Itu saja kataku, aku harus undur diri karena Jessica-ku tidak akan aku tinggalkan berenang sendirian. Tut.” Yuri melempar ponsel pada kursi panjangnya untuk berlari dan menceburkan diri untuk ikut bermain air bersama sang kekasih.

“Unnie! Haish.” Sudah ditutup saja, padahal Lisa masih bingung. Meskipun sudah punya kode keras akan masak apa, tapi ia harus memilih, seperti masakan yang mudah dan sederhana karena ia tak ingin membakar dapurnya dengan sebuah kegagalan. Jadi Lisa sempat mencari dan memilih menu masakan di mesin pencarian pada ponsel pintarnya.

“Ya Tuhan, apa aku sanggup memasak makanan ini?” Lisa menggaruk kepala yang tidak gatal, biasanya yang sering berada di dapur ialah Jennie, bahkan sepupunya yang suka berada di dapur saja sering membuat ulah seperti memecahkan beberapa perabot makanan atau gagal memasak sesuatu. Lah, lalu bagaimana dengan dirinya?
Okay, Lisa, tenang. Pilih dua menu makanan utama dan satu makanan penutup saja. Tidak usah banyak-banyak atau kau akan pingsan karena tidak sanggup melakukannya.
Lisa menceramahi diri sendiri. Lantas memilih segala bahan masakan yang diperlukan. Memasukkan semuanya ke dalam ranjang belanja.


                            **+**

Kau tahu hal yang paling menyebalkan ketika memasak selain sedang menunggu masakan matang sedang kita sangat kelaparan? Adalah mencuci semua bahan ini. Iya! Semua ini! Lisa harus mengupas-mencuci satu persatu udang, membersikan sayur hingga tiga kali bilasan, memotong bawang bombay hingga berair mata, memotong cabai hingga jemari panas, dan paling bodohnya adalah ketika Lisa ceroboh mengucek mata yang terasa gatal dan semua wajahnya terasa pedas.

“Sial!” Dengan panik Lisa menaruh wajah di dekat keran air, sambil membasuh tangannya dengan banyak sabun lalu barulah ia meraih wajahnya untuk ikut disabuni.

Belum, ini semua belum selesai, dikira Lisa akan berhati-hati dalam memasak. Gadis itu malah sangat ceroboh, memotong sayur berantakan, sampai menggoreng bawang gosong karena api yang terlalu besar.

“Aku tidak ahli dalam hal ini, seharusnya aku tidak memarahi Jennie ketika mengacaukan dapur.” Karena sekarang Lisa tahu betapa repotnya memasak sesuatu, ia bahkan belum setengah jalan. Dan sudah jam berapa ini?

Lisa melirik jarum jam di dinding yang menunjukkan pukul empat sore. Makan malam jam tujuh, aku harus menyesaikannya secepat mungkin. Sebab Lisa harus mandi, merapikan diri, serta menjemput Rosie setelahnya.

Semangat, Lis. Kau pasti bisa.

Itulah doa untuk dirinya. Namun karena pikiran tersugesti bahwa ini mungkin akan gagal, membuat segalanya jadi terasa lama, dan hanya membuatnya makin berkeringat karena tegang, bahkan suara jarum jam terasa menghantui akan sampai berapa lama ini akan selesai.

Ini akan berhasil, Lisa.

Karena Lisa hanya perlu memanggangnya selama 20 menit. Ia melipat kertas perkamen seperti membungkus sebuah permen besar berisi ikan salmon, lainnya berisi spageti dan pasta udang.

“Sekarang aku hanya perlu hidangan penutup.” Lisa memutar panggangan ke arah dua puluh menit, menutupnya lantas melihat jam dinding. Oh ya, sepertinya tak akan cukup waktu, sebab jam sudah menunjukkan pukul enam sore, lihat berapa lama ia sudah berada di dapur, rambutnya bahkan memutih karena tumpahan tepung. “Mungkin menyediakan es krim sebagai penutup sudah cukup, Lis.”

“Aku harus mandi,” karena Lisa hanya perlu mandi cepat sepuluh menit, dan lima menit lainnya memakai pakaian. Jadi ia akan kembali ke dapur dengan tepat waktu.

Sementara Lisa lari kocar-kacir seperti manusia hampir tumbang karena satu kakinya, menuju lantai atas untuk mandi, gadis itu sudah melupakan keberadaan ponselnya sejak entah kapan. Sebab tergeletak di atas meja makan dan terus saja berkelip membuat getar.

You light me up inside

Like the 4th of July

Whenever your around

I always seem to smile

Lisa bernyanyi dengan riang di dalam kamar mandi. Kedua tangannya bekerja secara ajaib dan multi-guna; satunya menggosok gigi, satunya menggaruk kulit dan pantat yang kini gatal.

I’m dancing in the mirror and singing in the shower

Ladade ladada ladada

Lisa hanya butuh sampai tiga kali putar ulang lagu untuk selesai mandi, berpakaian sederhana dahulu, menyisir rambutnya rapih sebelum ia kembali jalan cepat dengan tongkat yang mengiringi derap suara keluar kamar.

“Woah, woah, kenapa alarmnya bunyi?” Sial, kenapa ini? Lisa menatap langit-langit dapur dimana alat untuk alarm kebakaran berbunyi begitu keras. Ia melihat sekitar dapur yang tak menemukan apapun kecurigaam tentang asap datang atau hal lain tanda kebakaran. Panggangan juga kelihataan baik-baik saja.

Hanya butuh dua menit lagi sampai selesai memanggang, namun bunyi ini harus dihentikan. Lisa mencoba mencari kain untuk meniupkam sedikit angin ke langit-langit, biasanya sih, berhasil. Tapi kali ini tidak, apa alarmnya rusak? Ah, tidak mungkin.
Lisa jadi curiga dengan panggangannya, jadi ia coba menarik penutup oven dan ia malah bertemu dengan api menyala dari dalam.

“Sial! Ternyata dari sini!” Lisa buru-buru matikan oven yang tinggal satu menit lagi selesai namun sepertinya makanan itu akan hitam dengan sendirinya. Ia mencoba tidak begitu panik dengan mengeluarkan panggangan namun tangan begitu bergetar melihat api dan yang ada ia malah menumpahkan semua makanan gosong itu ke lantai.

“BAGUS!” Lisa melempar sarung tangan oven dengan kesal. Ya, setidaknya api sudah padam dengan sendirinya. Dan penyebab makanannya berapi padahal ia membuka sebelum waktunya adalah karena kertas perkamen. Mungkin seharusnya hanya butuh lima belas menit, Lis.

Lisa berkacak pinggang mencoba tenang, tapi air tiba-tiba menyiram dari langit-langit, hasil dari kebakaran yang ia kira tak ada.

“SANGAT BAGUS!” Lisa ingin sekali menangis. Semua hasilnya sia-sia, setelah perjuangan susah payah. Ia yang sudah mandi saja malah basah lagi sekarang, GREAT!



Song : Becky G - Shower


Be With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang