Remembered the Pain

1.6K 253 67
                                    

Guys!! Masih banyak yg jadi silent reader ya??!! Vote crita ini dikit banget sumpah😂😂😭😭😭

Itu knapa aku gak bisa lanjutin crita yg lainnya, karna yg voment dikit banget jadi aku auto-males, sama kayak kalian yg males voment 😭😭😭




“Kakinya harus di amputasi.” Suara seorang Dokter. Lisa mendengar suara-suara itu dengan kabur, kejadian dengan pandangan berkabut, serta dada yang bergemuruh kencang; antara takut dan pikiran penuh kekacauan.

“Dia masih sangat kecil.” Suara itu berpindah ke seorang wanita paruh baya.

“Ayahnya meninggal tertembak.” Lalu adegannya berubah seiring ia mendengar suara lain. Ia mendengar orang lain bicara tentang keadaan, situasi, dan kehidupannya.

“Kau harus di asuh oleh Adik dari Ibumu.” Polisi itu mengelus rambut Lisa dengan lembut, senyum hangat, sebelum semuanya menghilang untuk berubah ke ingatannya yang lain.

“Kau suka tinggal di sini?” Lisa menatap rumah baru untuknya sekarang, merasa asing dan tak nyaman. Meskipun rumah ini cukup besar dan kelihatan aman.

“Lisa-yah, apakah berjalan tanpa satu kaki lainnya sangat sulit? Itu sebabnya kau terus menangis?” Lisa ingat ia terus-menerus menangis di malam hari sebelum tidur, kemudian Jennie datang ke kamarnya malam itu untuk menanyakan hal ini.

Lisa mengusap air mata dan coba hentikan senggukan pada suara, ia melihat ke arah kakinya, yang ia kira telah terlepas dari perban beberapa bulan lalu, hingga ia kini bisa memakai kaki palsu sebagai penyangga, tapi yang ada kakinya malah kembali ke keadaan dimana tengah berdarah akhibat tembakan, tertusuk kayu, serta kulit yang biru dan mengelupas.

Ah!

Lisa tergelak bangun, sontak membuat kepanikan sendiri, sampai tangan segera menyibak membuka selimut untuk melihat satu kakinya yang sudah tak sama selama lima belas tahun belakangan.

“Sial,” Lisa kembali merebahkan tubuh dengan tangan di letakkan pada dahi. Bernapas tenang sebab semua hanya mimpi dari masa lalu. Tak apa, hanya mimpi buruk Lisa-yah. Sebab ia sudah bermimpi yang jauh lebih menakutkan daripada tentang kenangan di masa lalu.

Tak apa, semuanya telah berubah. Masa itu sudah tidak ada. Lisa terus berpikir demikian, sebab ia bisa tumbuh besar dengan baik, masih sehat, masih menikmati warisan orang tua dan kepolisian telah menangkap serta memenjarakan para pelaku. Semuanya akan baik-baik saja.

Lisa membuang napas berat, lantas melirik ke arah jendela yang pantulkan sinar matahari mengintip dari balik gorden kamar orang tuanya. Mungkin ia sebaiknya tak sering tidur di kamar ini.

Jadi Lisa segera beranjak, memakai kaki palsu, lantas merapikan selimut untuk kemudian keluar kamar dengan rambut berantakan dan pakaian minim—celana pendek serta tang top saja. Ia turun menuju dapur sebab di dalam mimpinya ia terlihat sangat kelaparan—mengingat tubuh kecil-kurusnya saat masih anak-anak, dan ia jadi merasa lapar betulan.

Mungkin membuat salad dan segelas susu coklat akan sehat untuknya. Mengingat lagi bahwa Rosie sangat suka makan sayuran, mungkin ia juga akan lebih sering memakannya hanya untuk mengingat betapa menggemaskan cara gadis itu makan.

Be With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang