4. Geng

38.3K 3.6K 60
                                    

Seperti kata Zeno tadi, benar saja ada sekitar 20 an anak masuk berbarengan ke ruang khusus alias markas mereka.

“Udah lengkap?” sahut sang leader.

“Lengkap, ketua!” sahut Fei, yang menghitung satu per satu anak disana.

Arfa awalnya mencari kedua sahabatnya, dan menemukan keduanya dibarisan paling belakang dengan muka tidak mengenakkan dari keduanya.

“Ck.” Tanpa sadar, Arfa berdecih.

Membuat satu markas hening dan kaku. Zeno kembali menghembus nafasnya berat.

“Kenapa, Fa? Pake decih segala, noh liat. Anggota lo takut semua.” Ujar Zeno yang masih duduk dibelakang dan ucapannya diangguk setuju oleh Kyrian.

Arfa melipat tangannya di depan dada. “Lo berdua, besok besok kalo gue didepan, kalian dibelakang gue lah. Ya masak gue berdiri sendiri disini.” Cibirnya tak suka.

Kyrian cekikikan dibelakang, dan Zeno hanya geleng-geleng kepala.

“Trus ketua, kenapa kita dibuat kumpul gini?” ujar Fei mengembalikan alasan mereka berkumpul di markasnya itu.

“Eh iya, sampe lupa. Kalian kalian pada, mulai besok patroli ya waktu istirahat.”

….

Tidak ada yang berkata. Semua hening mencerna perkataan ketua mereka barusan.

Waktu pulang saja mereka sudah cukup sibuk membubarkan pertarungan kecil di belakang sekolah. Apalagi ditambah waktu istirahat!?

“Apaan sih ketua!? Kita udah sibuk banget sama sekolah, lah ini nambah lagi.” Protes Tegar, si penyerang andalan geng mereka selain Kyrian, walau anaknya rada males kalo disuruh-suruh.

Dia kuat, tapi gamau jalan kalo nggak disogok dulu sama gitarnya Rian. Biasa, buat nembak cewek katanya.

“Entar dipenjemin gitar sama Rian.” Begitu balasnya, dengan seenak jidat melempar tanggung jawab ke ketua tim penyerangan garis depan.

Kyrian pun hanya bisa pasrah, kalo dia sampai tidak menuruti Arfa, bisa-bisa diancurin itu gitar sama pemiliknya.

“Ck ck ck. Kasian bet gitar lo.” Zeno mengusap-usap punggung Kyrian sambil cekikikan menertawai nasib temannya itu.

“Buat apa kita patroli waktu istirahat, Fa? Lo mau ketauan tengkar sama bu BK?” ucap Dilan sambil masih memandangi layar ponselnya.

“Kebiasaan buruk lo. Ngomong kok sama hp.” Cibir Arfa kesal.

Begini-begini, anggotanya ga ada yang nurut semua, ada aja yang diprotesin. Sampe bingung si Arfa.

“Jadi, kenapa?” Zeno mengulangi pertanyaan Dilan.

“Itu, si kelompok anak basket. Udah dikasih jadwal, masih aja dilanggar. Jelas-jelas itu lapangan buat kelompok nya Rian buat nyusun strategi, malah dibubarin seenak jidat. Elo juga, Rian. Kemana waktu kelompok lu rapat, hah?” begini begini, kelompok Kyrian tetap memikirkan rencana, walau ujung-ujungnya juga main serang aja.

Kata Arfa, wajib karena bisa mempererat tali toleransi di grup mereka, padahal alasan lainnya biar grup itu mikir dikit napa.

Kyrian hanya bisa celingak celinguk sambil menyebut berbagai alasan yang tak masuk akal.

“Mulai sekarang, lo ga boleh izin rapat selama 2 bulan. Apapun izin yang elo minta ke gue, gak akan gue kasih. Urusin anak-anak lain kek, kan bisa.” Arfa kembali mengomel panjang.

Kyrian mengangguk mengerti dan memastikan mulutnya terkunci. Percuma juga jika dia membantah Arfa, yang ada dia digebukin sama anggota garongnya Arfa.

AnggArfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang