“Ih, elu mah cemen amat sih jadi orang. Berandalan iya, disuruh pacaran kagak mau!” celoteh salah satu remaja laki-laki yang dengan santainya menempatkan kakinya di atas meja.
“Ga usah ngerusuh deh, Rian. Udah gue bilang, pacar gue itu harus sempurna. Kagak mau gue kalo kek mereka-mereka.” Balas si lawan bicara, yang menunjuk santai ke arah cewek-cewek yang tengah bergosip.
Kyrian atau biasa dipanggil Rian itu hanya terdiam. Malas kembali membalas perkataan si bocah kurus, mungil, namun badass itu.
Yap, si pemeran utama, alias Arfa. Arfa Legantara. Dengan rambut hitam pekat, dan hidung mancungnya, serta pupil nya yang sedikit kecoklatan.
“Pagi-pagi udah rame aja dah.” Timbal si rambut coklat yang baru datang, dengan membawa satu piring gado-gado ditangannya.
“Buset, kelas udah mau masuk, lo masih sempet-sempetnya mesen gado-gado, No?” cerewet si Rian.Dia langsung mencubit gemas sahabatnya yang satu itu. Zeno namanya, sedikit blasteran dengan warga eropa.
“Ribut banget kalian berdua. Zeno, minta dong.” Mohon si Arfa, sambil memelotot ke arah gado-gado Zeno yang terancam.
“Aelah, gue belom sarapan kali. Udah ah, kalo ngomong sama kalian, gue ga makan-makan.” Balasnya yang langsung melesat ke bangkunya sendiri dan langsung melahap semua isian gado-gado tanpa sisa.
“Dih, gue ga dikasih.” Gumam Arfa malas, sambil menaruh kepalanya di meja.
“Eh iya, keburu lupa. Fa, lo pulang nanti bareng Zeno aja ya. Cintya lagi ngajak gue keluar abis sekolah.” Ujar Kyrian tiba-tiba, yang sudah duduk di bangkunya, atau lebih tepatnya di depan bangku Arfa.
“Ceileh, playboy lu. Ga malu apa sama umur?!” pekik Arfa yang masih menempelkan kepalanya di meja.
“Playboy apaan!? Gue baru ganti 2 pasangan lo, ga sebanyak tu cunguk!” balas Kyrian tidak terima, sambil menunjuk-nunjuk Adit, si playboy kelas.
“Gitu doang, baper!”
*
Sepulang sekolah, benar saja, Kyrian langsung meninggalkan Arfa dan Zeno yang sedang piket.Kyrian langsung ngacir sambil memegangi cewek barunya.
Tentu saja, Arfa dan Zeno juga ikut kabur dari kelas, meninggalkan piketnya. Toh, itu tugasnya mas mas cleaning servis, begitu pikir keduanya.
Kini, Zeno dan Arfa hanya mengelilingi sekolah. Menunggu waktu piket selesai, baru mereka pulang.
“Eh, No. Itu lapangan basket kenapa pada rame bener dah!? Ga beres nih.” Sewot Arfa yang langsung berlari menuju lapangan indoor tersebut.
‘Kan lapangan ini kekuasaan gue!’ batin si kecil itu.
Belum sempat Zeno menjelaskan, dia langsung ngacir.
“Untung lo itu temen gue, belom gue jawab langsung ngilang aja.” Gumam Zeno pada dirinya sendiri sambil ikut mengekori boss nya itu.
Ketika masuk, hal yang membuat Arfa tambah tersulut emosinya adalah, semua cewek bersikukuh untuk menonton latihan tim basket.
Gubrak!
“HEH! APA-APAAN LU SEMUA! SIAPA YANG NGIJININ PADA NGUMPUL DISINI!?” bentak Arfa keras.Sontak membuat permainan terhenti, dan semua mata mengarah pada tubuh kecilnya.
“Duh, ada kak Arfa!”
“Hih, kenapa musti ada disini sih!?”
“Ga sudi dah kalo ada kak Arfa!”
Begitu seterusnya, tanggapan yang ia dapatkan dari tempat penonton.
Termasuk, satu sorot mata tajam pemain basket yang terengah-engah menonton jelas aksi si bocil.
“Ga, mending diberhentiin dulu deh.” Sahut salah satu pemain lain.
“Lah, kenapa sih?” sahut pria lainnya yang berada di samping cowok si mata tajam. Danny namanya.
“Kak Danny, bukannya kita nolak sih. Tapi tuh, ada berandalan sekolah.” Jawab laki-laki lainnya, yang lebih pendek.
“Oh itu toh, si berandalan sekolah. Siapa sih namanya? Ga kenal gue.” Balas si Danny, sengaja menyebutnya terang-terangan.
“Mulut bacot bener! Lo lo pada kan udah dikasih jadwal! Ngapain pada make lapangan hari ini!?” bentak Arfa lagi.
Dan si cowok bermata tajam itu mengelap dahi penuh keringatnya dengan baju latihannya.Berakhir dengan sahutan kegirangan para cewek cewek maksiat yang sempat-sempatnya mengintip ke arah tubuh cowok itu yang maskulin.
Angga Raelia. Cowok bertubuh tinggi, badan maskulin, putih, rambut hitam lekat, dengan jemari panjangnya.
“Oh, ini yang namanya Arfa.” Cowok itu memberanikan diri melangkah kedepan si cebol itu.
Arfa kebingungan.Ada apa? Kenapa dengan cowok itu? Kenapa tiba-tiba maju begini!?
“Hah? Siapa lo!?” bentak Arfa kasar.Angga hanya mengeryit, seakan tahu tentang sifat kekanakan Arfa.
Zeno diam saja, tapi mukanya sudah waswas. Begitu pula dengan Danny yang masih dibuat bingung oleh temannya yang satu itu.
“Sori ya, Arfa. Gue kira, berandalan sekolah cuman bisa malak aja kerjaannya. Gak taunya suka kekuasaan begini.” Komennya pedas.Berhasil membuat darah tinggi si Arfa.
“Terus, kenapa!? Mau apa lo!?” Arfa berusaha mendorong tubuh maskulin Angga yang berjalan mendekat kearahnya.
Semakin dekat, semakin dekat, dekat sekali, lalu mengarahkan bibir jantannya ke arah telinga Arfa.
“Masih perjaka ya!?” bisiknya pelan, hanya Arfa yang dengar.
Deg.
Hancur sudah, reputasi Arfa kalau begini.Anak basket saja, sudah mengatainya begitu. Dengan spontan, Arfa menampar keras Angga yang tak bergerak sama sekali.
“Mulut itu dijaga, brengsek!” ujarnya, lalu dengan kesal meninggalkan lapangan itu. Diikuti oleh Zeno yang sama-sama kaget dibuatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/296255592-288-k665785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggArfa
Novela JuvenilArfa; anak geng plus berandalan ini harus bisa menerima kalau kejadian itu mengubah hidupnya 180 derajat. Siapa lagi kalau bukan dengan Angga, cowok dingin yang bikin kepala Arfa pusing setiap ketemu!! WARNING! Ini cerita BxB alias homo, yang gasuka...