Gilang yang menemani Raka disebelahnya ikut khawatir.
Pasalnya, Raka yang sedang tak sadarkan diri itu memakai jaket yang diberinya kemarin.
Itu berarti bisa jadi Raka menjadi seperti ini setelah ditinggal oleh Gilang.
Gilang menggapai tangan Raka, menggenggamnya erat.
Zeno, Adi, dan Arfa yang melihatnya hanya bisa diam, membiarkan suasana hening menemani mereka.
"Rian, itu rumahnya." Sahut Zeno, setelah melihat rumah Rei yang letaknya tak cukup jauh dari rumah Arfa.
Kyrian yang membawa mobil itu pun membelokkan mobilnya, memasuki halaman rumah Rei yang terbuka.
Cklek.
Pintu mobil terbuka, Gilang yang menggendong Raka itu perlahan keluar dari mobil. Dan segera berlari memasuki rumah itu.
"Guru Rei, ini Bang Rakanya!" Zeno yang sudah duluan tadi langsung menyerahkan Raka pada Rei dan teman dokternya.
"Tidurin disini saja, nak."
Rei mengikuti temannya menuju ruang tidurnya. Sementara yang lainnya dibiarkan diruang tamu.
"Di, tadi lo liat Bang Raka gitu kenapa?" Arfa yang sudah duduk disebelah Zeno itu menyahut.
Adi menstabilkan nafasnya, "Gatau gue, masuk-masuk Bang Raka udah kegeletak gitu aja."
"Tadi lo kenapa lama amat, Fa?" sekarang Rian yang nanya.
Arfa ngangguk lalu ngeluarin sesuatu dari kantong celananya, "Tadi gue nemu ini. Tali sama kain dikelas, agak jauh sih dari tempat Bang Raka pingsannya."
Rei keluar dari ruangan tidurnya. "Kalian, ke sekolah saja. Saya yang jaga Raka."
Yang lainnya diam, khawatir sama Raka, penasaran sama hasilnya, tapi masih ada sekolah juga.
Gilan berdiri dari sofa, "Gue ikut jagain Raka, kalian lanjut sekolah aja."
Rian ikut berdiri, "Kalo Arfa disini gue juga."
Nah loh?
Arfa ikutan bangun, "Gue telfon Angga dulu aja."
*
"Halo, Ngga."
"Iya, sayang?"
"Ish, jangan ngegombal ah."
"Iya iya, badan kamu gapapa?"
Pipi Arfa memerah seketika, jadi keinget kejadian kemaren. Angga tuh gabisa santai, sekalinya dilepas langsung main kasar aja.
"Udah ih, gue cuman mau ngabarin."
"Kabarin apa, hm?"
"Lo dimana? Udah sampe sekolah?"
"Bentar lagi sih, udah mau nyampe gerbangnya."
"Buru deh ke rumahnya Guru Rei."
"Kenapa?"
"Bang Raka, Ngga! Tadi emm, pingsan."
"Hah!? Kasi alamatnya, Fa."
"Iya, buru deh ya. Ini udah ditanganin sama dokter, tapi lo tetep dateng kan?"
"Iyalah, sayang. Ya udah deh, gue kesana."
"Heem, hati-hati."
"Kamu juga."
Arfa menghembus nafasnya lega. Setidaknya Angga sudah tau. Arfa kembali menuju ruang tamu.
Pandangan mata langsung menuju ke pemuda itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AnggArfa
Novela JuvenilArfa; anak geng plus berandalan ini harus bisa menerima kalau kejadian itu mengubah hidupnya 180 derajat. Siapa lagi kalau bukan dengan Angga, cowok dingin yang bikin kepala Arfa pusing setiap ketemu!! WARNING! Ini cerita BxB alias homo, yang gasuka...