30. Ciuman malam

16K 1.7K 77
                                        

"Angga!" sahut Arfa, waktu tau pacarnya itu sudah keluar dari kamar itu. Angga yang serius itu langsung mengubah raut wajahnya, senyuman halus terukir jelas dibibir itu.

Angga menyusul ke arah Arfa dan kawan-kawannya.

"Kamu ke sekolah aja, yang. Aku jagain bang Raka disini." Angga mengelus-elus kepala Arfa, tapi langsung ditepis sama Arfa.

"Ish, jangan disini, ah."

"Helloooo, lu lu kira gue disini apaan? Berasa jadi nyamuk gue ah." Komen Adi, ya iyalah. Daritadi dia disuguhi pemandangan ga enak. Si Zeno, ada Rei. Si Arfa, ada Angga. Bang Raka yang lagi tidur aja, ada kak Gilang. Dilannya dia ga ada, plis.

"Cemburu, di?" Zeno nyenggol-nyenggol pundak Adi, "Noh, sama Rian, noh."

Rian bergidik ngeri, "Ga ah, ga elok sama lo. Gue bisa di kill sama Dilan."

Adi cuman mengedikkan bahunya acuh.

"Dah, sana kalian balik sekolah aja. Biar gue sama Angga yang disini."

Keempat pemuda lainnya mengangguk setuju, kemudian secara bersamaan pamit ke Rei dan Lio, baru mereka melangkah pergi dari rumah itu.

Waktu mereka jalan menuju mobil Kyrian, Adi memberhentikan langkahnya.

"Eh, Fa. Kok agak aneh ya?"

Arfa ikut memberhentikan langkahnya, lalu mendekat ke arah Adi.

"Aneh apaan?" balasnya heran.

"Lu—nyium ga sih?" Adi mengusap lehernya pelan.

Arfa menaikkan satu alisnya, "Nyium apa?"

"Bang Raka, aromanya mirip Kak Gilang." Bisik Adi, mendekatkan mulutnya pada telinga Arfa.

Arfa mengerjap, "Emang iya? Kan tadi emang ada Kak Gilang, di."

Adi merengek kesal, "Iya, tapi sebelum itu. Waktu gue temuin dikelas, itu aja udah ada baunya kok."

Zeno menyahut, "Lu berdua inget kan, kata Bang Raka. Kalo omega itu yang udah ditandain itu bakal kecium aroma pasangannya."

Adi sama Arfa mendadak kaget waktu tau-tau Zeno nyaut.

"Kaget gue, anjir."

"Tau tuh Zeno, untung gue gak jantungan."

"Eh bentar-bentar, maksud lo Bang Raka sama Kak Gilang itu!?"

*

"Dilan!"

"Kak Dilan!"

"Eh, eh itu kak Dilan!"

"Anjim, mas crush lewat."

"Heh heh, foto cepett!"

Dilan yang ngedengerin cuman ngedengus kesal. Daritadi nyariin Adi, ga ketemu-ketemu. Waktu telfon, eh malah dianya lagi perjalanan ke sekolah. Mana tadi dia ga diajak lagi ke rumahnya Rei.

"Lan, sini!" panggil Fei, lagi sama Yohan dan Tegar ngumpul dilapangan sekolah. Tau dah itu bertiga ngapain disana.

Dilan akhirnya nyusul kesana, "Apaan?"

Fei menggeplak belakang kepala Dilan pelan, "Dasar ye! Lo lagi nyari si Adi kan? Udah gausah, mending sini aja sama kita."

Tegar yang lagi main gitar itu cuman bisa menaik turunkan alisnya santai. Yohan juga ngangguk aja. Padahal mah, Dilan pengen ketemu Adi aja. Bisa peluk banyak-banyak, cuddle, kan Adi kecil tuh. Sebenernya sih, Adi ga kecil kok. Dia terpantau normal buat anak SMA, tapi ya pada dasarnya si Dilan yang ketinggian jadi ya lumayan deh jarak tingginya sama Adi.

AnggArfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang