“Eanjir! Lo niat ga sih?”
Arfa dibuat kaget waktu tiba-tiba ada anak sekolah sebelah, dengan santainya nginjek-nginjek remaja yang menggunakan kacamata digang sempit.
Dan Arfa tau ya karena dia kebetulan lewat.
Orang yang daritadi nginjek-nginjek itu marah, berteriak keras dan membiarkan air liur yang muncrat itu memenuhi muka si korban.
“Lo budek, hah!? Gue suruh lo beliin gue mie! Cuman mie aja lo gabisa! Sadar ga lo!?”
Si korban—yang menggunakan kacamata—meringis sakit waktu si pembully makin kencang menginjak dadanya.
Yang berujung seragamnya kotor penuh dengan lumpur dan debu.
Tapi, persetan dengan itu! Dia cuman ingin lolos dari orang kejam didepannya ini.
Arfa ga bisa diam, dia langsung lari menyusul ke gang itu.
Dengan brutal, menendang muka si pembully dengan dengkul nya.
Si pembully terhuyung ke samping, yang masih untungnya ditangkap oleh temannya. Cih.
“Lo siapa?! Berani banget ganggu acara gue!” teriaknya sarkas.
Arfa juga ga kalah nyeremin sekarang. Coba aja si pembully ga ditemenin, mungkin si pembully ini udah kabur duluan.
“Kalian buta, hah!? Lo kalo mau tawuran, cari yang agak elite dong. Cemen banget, main dibelakang.” Ledek Arfa, nyelekit.
Cowok yang membully tadi menunjukkan urat marahnya, “Sini lo! Tunjukkin, pede banget!”
Arfa baru aja mau ngelayangin tinju mautnya kalo aja ga ditahan sama seseorang.
Gilang, dengan cekatan menahan tangan Arfa erat.
“K..ak?” Arfa menyengir waktu ngeliat Gilang menghela nafasnya.
Capek Gilang tuh.
“Lo siapa? Berani banget masuk Kawasan sekolah sini.” Gilang berucap, menggunakan intonasi yang mengintimidasi.
Si pembully tak kalah garang. Mukanya terlanjur marah, temannya juga gitu, ikutan marah.
“Mau apa lo, ha!? Sini gue mampusin lo!” Si pembully dengan berlari cepat menuju arah Gilang.
Tangannya yang sudah mengepal dari tadi langsung dilayangkan menuju muka tampan Gilang.
Tentu saja tak semudah itu bagi Gilang untuk kalah.
Si kakak kelas itu dengan cekatan langsung mundur satu langkah sambil mengambil ancang-ancang untuk menonjok keras perut si pembully yang sedang lengah itu.
BUGH!
BUGH!
“Ugh. Bangsat, siapa lo hah! Awas aja lo, ketua ga bakal diem soal ini!” si pembully yang sudah terengah-engah itu pun langsung mundur dan dibantu oleh temannya yang kena pukul Arfa tadi.
Arfa menghela nafasnya lega. Untung saja masalah ini cepat selesai.
Si korban bully, dibiarkan pergi. Tadi dia udah berterima kasih sih, walau malah takut sama keduanya.
Gilang yang dari tadi masih memantau di pembully cuman bisa menggumam kasar.
“Lo gapapa, dek?” tanyanya.
[A R F A POV’S ]
“Lo gapapa, dek?” tanya kak Gilang.
Gue cuman bisa manggut manggut aja. Toh, gue datengnya juga barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AnggArfa
Novela JuvenilArfa; anak geng plus berandalan ini harus bisa menerima kalau kejadian itu mengubah hidupnya 180 derajat. Siapa lagi kalau bukan dengan Angga, cowok dingin yang bikin kepala Arfa pusing setiap ketemu!! WARNING! Ini cerita BxB alias homo, yang gasuka...