Zeno mendengus kasar ketika melihat Adi dibawa pergi oleh Dilan.
Zeno itu orangnya khawatiran, walau muka kayak preman. Takutnya sih, Adi kenapa-napa lagi.
Dia udah denger masalah Adi dan Dilan beberapa hari yang lalu. Waktu itu, tanggepannya sih palingan dua orang itu bakal baikan dalam beberapa waktu.
Tapi hasilnya, ga ada yang niat buat balikan.
Dan hal yang memperparah lagi, kejadian waktu tanggal 17 itu. Baik dia, Arfa, ataupun Adi jadi kayak ada rasa aneh setiap kali deket sama cowok.
Adi mungkin yang paling parah, apalagi masalahnya dengan Dilan saat itu juga belom kelar.
Kalau dia dan Arfa sih mencoba berbuat senormal mungkin dihadapan anak laki lainnya.
"No, Adi dibawa sama Dilan ya?" bisik Arfa yang tau sejak tadi kalau Zeno memperhatikan keduanya.
Zeni terkejut waktu Arfa berbisik ditelinganya. Kenapa malah jadi sensitive gini?
Zeno mengangguk cepat. "Hem, gue kok ngerasa gak enak gini sih."
Bulu kuduk Arfa terangkat jelas, "Jangan bikin suasanya jadi horror, ah!"
Zeno terkekeh pelan. Tapi, kerut alisnya jelas terlihat khawatir.
"Pengen gue ikutin anjir." Arfa berceloteh tiba-tiba.
Zeno mengerutkan keningnya, ternyata bukan dia saja yang merasakan hal yang sama.
"Jujur belakangan ini, gue ga bisa berhenti mikirin lo sama Adi." Zeno membocorkan semua yang dia pikirkan dari tadi.
Arfa jelas gelagapan, dia gatau kalo Zeno sepeduli itu dengannya, bahkan dengan Adi, yang termasuk tim Kyrian.
"...Lo engga ya?" Zeno bertanya balik ke ketuanya.
Arfa hanya terkekeh geli.
"Pikiran gue bolong."Untung dia itu ketuanya Zeno, coba enggak. Udah dia tonjok daritadi.
"Tapi suer, gue jadi pengen nempel mulu sama lo berdua." Arfa melanjutkan.
Toh, dia dengan Zeno dan Adi berada di kapal yang sama.
Zeno mengangguk paham.
"Bisik-bisik apaan sih? Kok kayaknya seru amat." Celetuk Kyrian yang diam-diam melihat ke dua orang sahabatnya itu.
"Déjà vu." Gumam Fei yang teringat dialog Kyrian barusan.
"....Kyrian! Lo yang mimpin rapat yang sekarang ya. Gue sama Zeno ada urusan, bye!" Arfa yang tergagap langsung saja meninggalkan markas, dan membawa tangan Zeno yang ikutan panik.
"Lah? Gue nih? Masalanya apa, bego!?"
*
"Anjir lo Fa! Gue belom siap, anjink!" bacok Zeno keras setelah keduanya berhasil kabur dan berhenti di depan lapangan.
"Udah, diem aja. Gue ga tahan."
"Ha? Ga tahan paan? Lo sange!?"
"Bukan, bego! Gue pengen ngikutin Adi!"
"Ck. Stalker."
"Dahlah, lo diem aja. Palingan juga aslinya lo juga kebelet kan?"
"Frasenya jangan dibikin gitu, pe'a! Bikin salah paham!"
Zeno meringkuh kesal. Pasalnya, Arfa itu kalo nyerocos itu banter banget.
Yamasak ngomong kek gitu di lapangan. Apa ga malu. Padahal dia sendiri lebih parah ck ck.
Si Arfa narik tangannya Zeno lagi, kan bikin salah paham.
Diseberang sana, Angga dan Danny yang baru saja selesai dari kantin langsung dikejutkan dengan omongan Arfa barusan.
"Masi siang, omongannya brutal banget." Komen Danny sambil menyeruput jus jambu ditangannya.
Angga menyeringai aneh. Jika Danny berpikiran kalau Arfa itu aneh, Angga malah berpikir kalau tingkah Arfa selama ini itu lucu.
Dari cerita tentang geng itu terbentuk, Angga tau.
Jika kalian pikir, geng itu biasanya terbentuk untuk apa?
Palingan, untuk menandai pertemanan, atau untuk merasakan gimana jadi anak muda, atau karena ingin mencari lawan main, dan alasan terkeceng, untuk keren-kerenan doang.
Kalau Arfa, beda.
Alasan Arfa yang mirip anak kecil yang bertindak sebagai hero itu yang membuat tubuh mungilnya itu lucu.
'Haha, liat dia. Lucu sekali, bahkan aku pun sudah tidak menghitung berapa kali sosok kuatnya itu malah jatuh ke tangan ini.' Batin Angga seraya terkekeh kecil.
Halah. Sok puitis banget lu, Angga.
"Ck. Cogan kalo senyum gitu aja udah bikin satu sekolah panik ya." Danny berceloteh lagi.
Pasalnya, saat tadi Angga melamun dan terbang ke dunianya sendiri dan terkekeh kecil, banyak perempuan yang mengabadikan momen itu ke dalam foto maupun video.
"Eh, Ngga. Belakangan ini lo makin sering ngeliatin itu anak ga sih? Kenapa lo? Tengkar sama Fani?" Danny bertanya serius, dia masih agak belum terbiasa dengan sikap Arfa.
Angga menatap Danny tajam. Lagi lagi Fani, dia tidak suka semua orang beranggapan kalau Fani itu hanya milik Angga seorang.
Lagian, setelah kejadian Arfa pingsan waktu itu, Angga dan Fani harusnya sudah putus.
Cuman, Fani aja yang masih kekeuh untuk mengejar Angga lagi.
"Dan, lo ga usah nyari urusan sama Fani dah. Gue udah muak sama dia. Lagian, lo kan tau sifat aslinya kayak gimana." Balas Angga kesal.
"....."
"Dah ya, lo balik kelas duluan aja."
Angga langsung ngacir ke lapangan, berusaha mendekati Arfa yang masih ribut dengan Zeno.
"Ceilah, gue yang dimarahin. Salah gua apa sih, bro??"
Tbc.
-Fyi guys, jadi di dunia yg aku bikin ini bakal ada sedikit fiksinya. Yap, tentang omega. Kayaknya sebagian besar udh tau ya sifat dan kebiasaan omega tuh gimana. Dunia di cerita ini bukan omegaverse, tapi kemungkinan bisa jadi omega lewat obat, dan dunia medis itu ada di dunia ini. Author sendiri bukan orang yang pinter didunia obat, medis, dan lainnya tapi....
Yang udah disebutin tadi, ini agak ngayal dikit guys, dan gak bersautan sama sekali sama real life. So, jangan bingung lagi ya😉

KAMU SEDANG MEMBACA
AnggArfa
TienerfictieArfa; anak geng plus berandalan ini harus bisa menerima kalau kejadian itu mengubah hidupnya 180 derajat. Siapa lagi kalau bukan dengan Angga, cowok dingin yang bikin kepala Arfa pusing setiap ketemu!! WARNING! Ini cerita BxB alias homo, yang gasuka...