36. Malam 🔞

26K 1.6K 22
                                    

.

.

.

"Makasi, lan. Btw, met malam pertama." Arfa langsung kabur gitu aja, ninggalin Dilan sama Adi yang pandang pandangan didalem mobil.

Arfa bersenandung ria mau masuk ke dalam rumahnya. Tapi dia berhenti didepan pagar waktu ngeliat lampu rumahnya udah nyala. Yah, walaupun ini masih sore. Dia kembali merengut aneh waktu melihat mobil Angga yang terparkir didepan gerbang rumahnya.

Arfa membatin. Kenapa Angga ga ngomong ngomong dulu kalo mau kerumahnya? Cowok itu langsung membuka pagar dan menyerobot masuk kedalam rumah. Matanya mendadak melebar waktu melihat Angga duduk disofa didampingi wanita berjas hitam disampingnya.

"Angga?" panggil Arfa. Cowok yang dipanggil menoleh, kemudian berdiri dan mendekat kearah Arfa. Cewek yang masih terduduk itu menatap Arfa datar. Seolah-olah ingin menguji cowok yang sekarang menatapnya sinis itu.

"Kakak, kan?" desis Arfa, ia mengerutkan keningnya. Alaska mendesah—disatu sisi dia khawatir pada Arfa dan disatu sisi lagi ada sesuatu yang masih harus ia sembunyikan.

Angga terdiam melihat kakak-adik itu saling bersahutan. "Udah berapa tahun kita ga ketemu ya, fa?"

Cowok dengan tinggi 175 cm tak merespon—masih menatap Alaska tajam. "Gue dateng kesini, mau minta maaf." Cewek itu meremat remat jarinya ragu. Dia tak pernah seciut ini sebelumnya, tapi entah kenapa ada dihadapan adiknya sekarang dia berusaha menahan gugupnya.

"Setelah selama ini lo ninggalin gue, sendirian? Tadi aja lo lupa udah berapa tahun kita ga ketemu, betewe." Arfa mendengus, ia berjalan ke arah dapur. Tak lama, ia kembali membawa nampan dengan dua gelas sirup didalamnya.

"Nih, ngga." Arfa mengambil gelas itu, lalu memberinya pada Angga. Cowok yang menerima gelas itu mengucapkan terima kasih pelan sekaligus menciumi kepala Arfa, gemas.

Alaska yang serasa ditinggalkan itu memanyunkan bibirnya. "Gue ga masalah kalo lo gamau maafin gue. Gue tau gue brengsek banget dulu, sampe ngata-ngatain lo dan nyalahin lo tentang orang tua kita. Tapi fa, gue cuman mau ketemu lo aja. Gue udah puas bisa ketemu lo sekarang, dan makasih ya Angga udah nganterin gue."

Cewek itu meminum semua air sirup itu, lalu mengambil tas nya dan beranjak berdiri. Ia berpamitan sebentar dengan melambaikan tangannya, walau ujung-ujungnya ga dibales sama sekali sama Arfa. Alaska memunculkan semburat senyum waktu melihat Arfa meresponnya dengan anggukan.

Setelah gadis itu keluar dari pagar, ia mengeluarkan hapenya. "Iya, jemput aku sekarang. Dan tolong bawakan beberapa hadiah kesini, kutunggu dalam 25 menit." Cewek itu menghembus nafasnya lega setelah berbicara serius dan tegas pada salah satu asistennya disambungan telepon itu.

Kedua cowok yang masih memantau Alaska berdiri itu saling berpandangan. Bukan mereka yang menyuruh Alaska pergi, dia sendiri kan?

Cowok yang memiliki darah blasteran itu menoleh ke arah Arfa. "Kamu ga pernah bilang kalo punya kakak, yang."

"Humph! Kamu ga perna nanya!" Arfa menggembungkan pipinya, tangannya menyilang didepan dada. Tingkahnya persis seperti anak kecil yang ngambek karena ga dibeliin permen. Angga terkekeh pelan, ia tidak pernah tau jika bad-boy didepannya ini bisa bertingkah segemes ini.

"Iya. Iya. Salah aku." Arfa tertawa menang. "Btw, ngga. Lo kenapa bisa ket—WAAA!" Arfa menjerit kaget waktu Angga dengan cepat menggendong dirinya ala-ala bridal style.

"N-Ngga!? Ngapain?" Arfa berpegangan pada leher Angga. Cowok yang sedang menggendong Arfa santai itu berjalan ke arah meja makan. Ia duduk disalah satu kursi disana. Tak lupa, ia menurunkan Arfa—tepat diatas pangkuannya.

AnggArfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang