16. Aroma

23.2K 2.2K 78
                                    

"Ih, bego! Si Dilan itu kemana!? Ilang kan." Geram Arfa kesal, karena ngomong sama Zeno, jadi ilang si Dilan.

"Ck. Telpon aja udah." Zeno merogoh sakunya, mengambil hpnya.

Tentu saja dia langsung menelpon si Dilan yang membawa paksa si Adi.

"Oi, udah dijawab, lom?"

"Njir, kaga dijawab. Songong banget jadi bocah, tu anak!"

Zeno mendengus malas. Dilan itu, kalau soal pacar hp ga pernah off.

Tapi, kalo mereka yang telpon, kaga pernah diangkat!

"Habit-nya buruk banget! Besok-besok itu hp gue setting sendiri." Cerocos Arfa yang ikut kesal.

"Halah, sok keminggris kao!" Zeno ya lama-lama kesal, dia menggusrak kepala Arfa kasar.

"Berdua ngapain ditengah lapangan, teriak-teriak?" sahut Angga yang datang dengan muka masam dan telinga yang ditutup tangannya.

Deg.

Arfa meringkuh kesal, dia ga ngajak anak satu itu kenapa dia nongol!?

"Mau apa lo?" Zeno melindungi Arfa dengan memunggingi cowok yang satu itu. Dia jadi was-was.

Angga jadi bingung, kenapa dengan Zeno? Toh, dia cuman bermaksud nyapa doang.

Deg. Deg.

Sesaat, Arfa merasakan sesuatu yang ganjal saat si Angga mendekat.

Rasa panas, marah, nafsu, khawatir, cemas, dan lainnya bercampur. Angga juga begitu, entah kenapa dia memandang Arfa jadi aneh.

"Hm? Kalian berdua ada yang pake parfum?" tanya Angga saat suatu aroma manis menusuk hidungnya.

"Ha? Parfum? Kita ga ada yang make." Balas Zeno seketika.

Angga mengendus lebih kasar, "Ini lo, bau kayak manis-manis gitu. Lo berdua lagi flu? Baunya jelas gini kok."

Zeno menaikkan alisnya heran. Dia ga nyium apa-apa.

Arfa diam saja, tapi kalo boleh jujur dia tiba-tiba jadi keringetan.

"Apa bukan lo yang bau kayak gitu? Kan cuman lo yang nyium." Zeno membantah dengan cukup keras.
Disetujui oleh anggukan Arfa.

"Ha, masak sih? Coba lo berdua, sini." Ujarnya dengan nada berat.

Suer, nada beratnya itu sempat bikin goyah si Arfa.

Zeno memajukan dirinya, begitu pula Arfa yang menyusul di belakangnya.

Angga memajukan dirinya juga, mendekatkan hidungnya di depan Zeno. Tapi dia tidak mencium apa-apa dibadan Zeno.

Cuman, setelah itu Zeno buru-buru mendorong Angga kasar.

'Njir, deket banget.' Batin Zeno gusar.

Kini, giliran Arfa. Dia melakukan hal yang sama dengan Zeno.

Bedanya, dia entah kenapa jadi memalingkan muka.

Angga menyeringai nakal, dia langsung menangkap pundak Arfa.

Yang secara terkejut, dia memiringkan kepalanya dan mendekatkan hidungnya itu ke leher orang yang lebih pendek.

Arfa terkejut dengan gerakan Angga barusan, reflek dia menggunakan tangannya mendorong badan Angga yang dekatnya tidak terkirakan.

Bahkan satu meter pun tidak ada!

"Nng." Arfa mengeluarkan erangan kecil saat Angga dengan sengaja mengendus dengan hidungnya yang bertengger di leher putihnya.

AnggArfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang