27. Bertemu lagi

27K 1.8K 58
                                        

“Guru Rei, ga bosen apa dikantor mulu kerjaannya.”

Zeno menggembungkan pipinya, berlagak sok imut didepan Rei.

Tapi memang pada dasarnya Rei itu orang yang rajin atas kerjaannya, dia sama sekali tidak menoleh sedikitpun pada remaja didepannya itu.

Hal ini sudah menjadi kebiasaan, Zeno bisa memakluminya. Toh, Rei juga butuh uang untuk kehidupannya.

Zeno mengayun ayunkan kakinya, sambil menengok kanan dan kiri ruang kerja Rei.

Bukan sekolah elit namanya kalau setiap guru tidak memiliki ruangannya masing-masing.

Em, ralat hanya ada beberapa guru khusus saja yang punya ruang pribadi, salah satunya Rei ini.

Rei yang menyadari Zeno sedang menunggu respon pun sesekali melirik Zeno, “Kamu lagi ga ada kelas?”

Zeno cuman ngangguk, dan senyum adalah jawaban senang atas respon Rei.

“Guru ga keberatan kan kalo jadi pasangan Zeno?”

Rei berhenti sekilas. “Kenapa tiba-tiba?”

Pemuda didepannya itu cuman tersenyum kaku, lalu menggosok-gosok lehernya yang nampak tidak gatal sama sekali.

“Zeno rasa Guru Rei sibuk minggu-minggu ini, kayak ngehindar dari Zeno. Jadi ya Zeno khawatir Guru Rei aslinya ga setuju.”

[ R E I  POV]

“Zeno rasa Guru Rei sibuk minggu-minggu ini, kayak ngehindar dari Zeno. Jadi ya Zeno khawatir Guru Rei aslinya ga setuju.”

Ah.

Lagi-lagi aku membuat anak ini kecewa.

“Siapa yang bilang, hm? Saya cuman ngerjakan pekerjaan saya kok.”

Dia mengerjap lucu. Mukanya yang selalu berubah-ubah itu menambah keimutannya dimataku.

Semburat merah muncul, dan dia menelusupkan wajahnya kebawah. Menghindari lirikanku.

“Guru Rei kan tau aku punya trauma sama soal cinta.”

Tanpa sadar, alisku mengerut menyatu. “Tapi kamu nggak trauma sama saya kan?”

“Engga, aku suka sama Guru Rei. Em, ngelebihin Kyrian.” Bisiknya pelan pada kalimat terakhir.

Aku menampilkan senyuman kecil, “Saya tau. Saya juga suka Zeno.”

Muka Zeno kembali memerah, tapi kali ini dia tidak menyembunyikan mukanya lagi.

Dan dengan berani, dia memajukan diri, melangkah kearah kursi yang sedang kududuki. Dan terakhir, duduk diatas pangkuanku.

Tangannya secara otomatis mengalung di atas leher milikku.

Khawatir dia akan jatuh, tanganku melingkar pada pinggangnya.

“Aku milikmu.” Bisiknya halus didekat telingaku.

[ AUTHOR POV]

“Aku milikmu.”

Setelah mengatakan hal barusan, Zeno membenamkan mukanya diceruk leher sang guru.

Rei tertawa kecil, “Ada apa, Zeno?”

Zeno kembali menduselkan kepalanya dileher Rei, menghirup aroma wangi nan dewasa milik Rei.

“Malu.”

Rei hampir saja tertawa kalau saja remaja didepannya ini nggak membungkam bibirnya dengan kecupan halus itu.

Muka Zeno memerah, “Guru Rei suka ciuman, kan?”

AnggArfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang