Dilan yang tengah berbaring dengan Adi disampingnya itu menekukkan mukanya masam waktu sang ketua-alias Arfa-menelpon.
Dilan awalnya males, dia ngebiarin aja hpnya diatas nakas itu. "Angkat telponnya, lan. Mungkin penting." Waktu Adi yang ngomong, Dilan langsung ngambil hapenya. Dengan cepat mengangkat telpon dari ketuanya.
"Tumbenan cepet, disuru Adi ya lo?"
Dilan berdecak malas, ingatkan dia kalau Arfa itu anaknya kepo.
"Cepetan napa, ketua. Apaan?"
Arfa mendesah diseberang sana. "Lo bisa kesini gak? Ada seseorang yang mau ketemu sama lo."
Dilan semakin menautkan alisnya heran, "Siapa?"
"......"
"Oi, sapa elah." Dilan membangunkan dirinya, membuat Adi yang sudah nyaman itu ikut terbangun.
"Ada, udah. Lo kesini aja, orangnya yang minta. Tapi jangan marahin gue kalo lo naik darah nanti."
Tuttt. Ttuutt.
Sambungan itu terputus. Membuat Dilan dan Adi saling bertatapan, bingung.
Dilan yang semakin khawatir dan penasaran itu lekas membuka lemarinya dan berganti baju. Sama dengan Adi yang mencari kaos putihnya ditumpukan baju Dilan.
"Nih, pake." Dilan menyodorkan helm ke Adi. Adi mengangguk seraya naik ke motor Dilan.
Dan disinilah mereka sekarang, di alamat yang Arfa beri. Alamat rumahnya Andra.
Kedua cowok itu memang belum pernah kesini, tapi keduanya sudah dengar mengenai Andra dan Lio yang berteman dekat dengan Rei dan mau membantu mereka.
"Disini kan, ya?" Adi memandangi pintu masuk yang luar biasa besar dan tinggi itu. Rumah Andra memang besar, tapi mungkin lebih kelihatan mewah karena rumahnya yang tinggi.
Tanpa sadar, Dilan menautkan tangannya ke cowok disampingnya. "Gue punya firasat aneh, di."
Jantung Adi terasa dipompa dengan cepat. Dia juga gugup, siapa yang ingin bertemu dengan Dilan? Kenapa Dilan juga ikut nervous begini, biasanya dia akan cuek pada siapa saja yang ia temui. Tapi kenapa sekarang?
Adi membalas tautan tangan itu, menggenggam tangan Dilan erat seolah tak akan membiarkan cowok disampingnya ini lepas. "Lo tau kan-" Adi menjeda kalimatnya, menatap lekat lelaki disampingnya.
Dilan menoleh, memandangi cowok yang lebih pendek darinya.
"-gue ada disamping lo, lan. Gue gak akan pergi. Dan gue gak akan ngelepasin lo." Sambung Adi, masih menatap nanar mata cowok yang sekarang memandanginya juga.
Dilan tersenyum simpul, "Andai gue bisa jatuh cinta duluan sama lo." Gumamnya pelan. Menimbulkan semburat merah tipis pada pipi Adi.
Keduanya tertawa pelan, saling memahami dan saling melengkapi itu memang yang paling penting dari sebuah relationship. Dilan dan Adi yang paling tau akan hal itu.
Pintu besar itu terbuka. Dilan melebarkan matanya waktu bola mata itu bertemu dengan mata Dina. Dirinya terpaku, tanpa sadar ia melepaskan tautan tangannya dari Adi.
Tubuhnya yang relatif tinggi itu dengan cepat melangkah mendekati Dina. Cewek itu tak bisa menahan tangisannya, dia sangat rindu pada cowok dihadapannya ini.
Dilan memeluk Dina erat, membenamkan kepalanya dipundak Dina sayang.
Jason yang ada disamping Dina itu terdiam, membiarkan mantan pacar dari tunangannya ini memeluk Dina sesuka hati. Toh ujung-ujungnya Dina akan bersamanya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AnggArfa
Teen FictionArfa; anak geng plus berandalan ini harus bisa menerima kalau kejadian itu mengubah hidupnya 180 derajat. Siapa lagi kalau bukan dengan Angga, cowok dingin yang bikin kepala Arfa pusing setiap ketemu!! WARNING! Ini cerita BxB alias homo, yang gasuka...