6. Pingsan

33K 3.5K 556
                                    

Dilan, Yohan, dan Tegar setia berada di samping sang ketua yang terbaring lemah di kasur UKS.

“Hiks. Hiks. Kak Arfa kenapa? Apa karena aku ya?” Fani yang merasa bertanggung jawab juga ikut.

Di dampingi Angga dan Danny.

“Ketua kalian ada sakit apa sih?” Fani beralih ke tiga cowok itu.

Namun, yang didapat hanyalah geraman kesal dan tatapan tajam yang seperti berkata, jangan-dekat-dekat-dengan-ketua-lagi.

“Kalian semua, ada apa disini?” ujar Rei yang baru masuk dengan jas putihnya.

“Loh, kok bukan suster yang jaga?” tanya Yohan.

“Susternya tidak masuk, Yohan. Teman kalian ada yang sakit?” tanya Rei lagi.

“Itu, pak, teman saya, Arfa.” Ujar Dilan mewakili.

“Oh, anak yang sukanya dibicarain Zeno rupanya.” Gumam Rei sendiri.

“Sakit apa? Sudah dikasih obat?” Rei masih kelihatan santai.

“Itu, pak. Arfa nya pingsan, jadi kita gak tau mau gimana.” Danny ikut berkomentar.

“Hah!? Kok ya kalian ga langsung telpon dokter!?” nah, ini baru Rei nya panik sendiri.

“Kita ga tau nomernya kan pak..” balas Tegar santai.

“Haah. Yaudah, tunggu disini. Saya telponkan dokter yang bisa kesini.”

Rei keluar dari UKS dan segera menelpon salah satu temannya yang juga seorang dokter.

Setelal sekitar 10 menit berlalu, dokter yang dipanggil Rei itu datang. Dan langsung mengecek keadaan Arfa.

“Apa disini ada yang kenal dengan keluarga nak Arfa ini?”tanya sang dokter.

Tidak ada yang menjawab, bahkan ketiga anggotanya tidak tau.

Brak!

Zeno dan Kyrian yang baru datang langsung buru-buru melihat keadaan Arfa yang masih diam dikasur.

“Mangkannya gue bilang gue mau ikut!” geram Kyrian yang tidak bisa disampaikan pada siapapun.

“Dok, gimana keadaan Arfa?” Zeno terlihat sedih dan cemas sekali.

Pemandangan langka bagi Rei juga, tapi dia lebih mengkhawatirkan anak yang berbaring itu.

“Kalian berdua kenal keluarga Arfa?” tanya sang dokter lagi.

Keduanya langsung terhenti. Sama-sama menundukkan muka.

“…kami berdua kenal sedikit dok.” Ujar Kyrian.

“Bisa panggilkan orang tuanya?” kata dokternya lagi.

“Emm, orang tuanya lagi diluar kota dok.” Ujar Zeno membuat alasan.

“Bilang saja sama kami dok, kata orang tuanya Arfa, mereka menitipkan anaknya ke kami.” Sahut Kyrian dengan susunan kata-kata nya yang aneh.

Disahut dengan gelengan kepala trio penyerang itu.

“Gue, timnya.” Sahut seseorang dari balik pintu. Gilang.

“Kak Gilang!” ujar Zeno sedikit memancarkan harapan.

“Loh, kak Gilang!?”

“Kak Gilang disini?”

“Kak Gilang kok ga bilang kalo mau dateng?”

Timpal trio penyerangan kompak.

Sedangkan Angga, Fani, dan Danny diam saja karena tidak pernah kenal dengan orang yang disebut Gilang itu.

AnggArfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang