02. Martabak

12.3K 571 31
                                    

Cerita ini fiksi dan jika menemukan kesamaan cerita, nama tokoh, dan sebagainya itu adalah bentuk ketidaksengajaan. Mohon untuk jangan memplagiat, menyebarkan cerita tanpa izin atau menyebarkan cerita tanpa mencantumkan nama penulis. Ingat! Ini hanyalah cerita fiksi, jangan sampai terbawa perasaan ke dunia nyata.

Sebagai bentuk dukungan kalian bisa meninggalkan vote dan juga komentar.

Dengan langkah beraninya ia menghampiri seorang gadis yang duduk di kursi seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah beraninya ia menghampiri seorang gadis yang duduk di kursi seorang diri. Menyadari kehadirannya gadis itu mendongak, menatap dirinya dengan mata menyipit. Mungkin, gadis itu merasa tidak asing dengan wajahnya.

"Kamu 'kan cowok nyebelin yang tadi. Ngapain kamu ke sini? Sana pergi!" usirnya dengan memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Nevan menghela nafasnya. "Gue ke sini jemput lo, disuruh Bang Allen."

"Airin nggak mau pulang kalau bukan Kak Al yang jemput," balasnya seraya bersidekap.

Memutar bola matanya malas. "Lo bisa nurut nggak, sih? Tinggal balik bareng gue aja repot!"

Gadis itu berdiri, menatap Nevan dengan kesal. "Oke, Airin pulang. Tapi, sendiri!"

Kemudian, gadis itu pergi meninggalkan Nevan. Tidak bisakah gadis itu mempermudahnya? Allen berpesan kepada dirinya agar membawa adiknya pulang dengan selamat tanpa ada goresan atau lecet sekecil pun.

"Tunggu!" Nevan berhasil meraih tangan gadis itu, menggenggamnya dengan kuat agar ia tak bisa kabur darinya.

"Pulang bareng gue, ayo!"

Gadis itu memberontak, berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang digenggam oleh Nevan. "Enggak mau! Airin mau pulang sendiri!"

"Emang lo tahu ini di mana? Nyusahin banget, sih!"

Si gadis menatap Nevan dengan nyalang. "Tolong! Pelecahan, tolong! Ada om-om yang mau culik Airin, to--"

Dengan cepat Nevan membungkam mulut gadis itu. Sial! "Diem! Lo bener-bener nggak bisa diajak kerja sama, gue jemput lo ke sini suruhan Bang Allen."

Nevan menjauhkan dirinya dari adiknya Allen. "Nyusahin," gumamnya pelan.

"Oke, Airin mau pulang sama kamu. Tapi, ada syaratnya."

"Apa?" tanya Nevan dengan malas.

"Beliin Airin es krim!" jawabnya dengan riang, lalu menarik tangan Nevan menuju ke arah supermarket yang tak jauh dari sana.

Keduanya masuk ke dalam supermarket dan langsung mencari tempat es krim. Dengan perasaan senang, gadis itu mengambil lima es krim dengan rasa berbeda.

"Ambil satu aja, jangan banyak-banyak," protes Nevan.

"Satu nggak cukup tahu! Biasanya Airin makan sepuluh es krim sehari, Airin udah baik banget cuma ambil lima."

Nevan pasrah, ia membayar kelima es krim itu. Setelah selesai, Nevan kembali ke kantor polisi untuk membawa motornya, sedangkan adiknya Allen menunggu di luar supermarket. Ngomong-ngomong, motor Nevan sudah ditebus dan diambil.

[V] NEVAN X.C || MY SWEET HUSBAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang