Bonus Chapter

6.7K 274 12
                                    

HAI HAI!!! ADA YANG KANGEN NEVAN SAMA AIRIN? ATAU KANGEN AKU? KIW!

INI BONUS CHAPTER NYA YA

HAPPY READING!!!!

Bukan hal yang mudah bagi Airin menjadi seorang istri sekaligus menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda seperti ini. Ia juga masih dalam tahap pertumbuhan, masih membutuhkan bimbingan. Akan tetapi, ia selalu menguatkan dirinya sendiri, meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa menjalani semuanya dengan sabar dan tabah.

Seperti sekarang ini pada pukul tengah malam, bayi Kenzie tiba-tiba saja terbangun dan menangis kencang membuat Airin yang tengah asyik tertidur terpaksa harus bangun. Dengan kesadaran masih setengah ia membawa Kenzie ke dalam gendongannya, menimang bayi tersebut dengan pelan sampai akhirnya ia memilih menyusui Kenzie sebab bayi itu tak kunjung diam.

"Anak Mama haus, ya? Pantesan bangun, ternyata mau mimi," ucapnya seraya tersenyum lembut ke arah bayi digendongannya.

Airin terus berdiri sembari menimang Kenzie meski matanya sudah sangat kantuk luar biasa. Ia tak terbiasa bangun di tengah malam seperti ini, tapi sekarang keadaannya berbeda. Airin sudah memiliki Kenzie yang menjadi tanggung jawabnya, dirinya tak mungkin mengabaikan sang anak yang menangis kencang di malam hari gara-gara kehausan.

"Kenapa kamu bangun?"

Suara itu mengalihkan atensi Airin, ia melirik suaminya yang berbaring di atas ranjang dengan netra yang terpaksa harus terbuka.

"Maaf, Kak Nevan kebangun, ya?"

Nevan mengubah posisinya menjadi duduk. "Enggak, kok, Kenzie tadi nangis?"

"Iya, dia nangis gara-gara kehausan," jawab Airin sambil mengusap-usap pelan pipi gembul anaknya.

Melihat bagaimana cara Airin menatap Kenzie, membuat Nevan tersenyum. Ia duduk dengan bersandar pada dashboard ranjang, sekarang ia melihat perubahan pada istrinya. Airin menjadi lebih dewasa, wajahnya selalu cantik dan semakin cantik, Nevan bisa melihat aura keibuan pada perempuan itu. Pasti Airin mengalami masa-masa sulit sekali, di usianya yang seharusnya menikmati masa muda malah harus repot mengurusi bayi dan juga suami.

Secara perlahan Nevan turun dari ranjang, menghampiri istrinya lalu memeluk Airin dari belakang. "Airin, maaf," katanya tiba-tiba.

"Kenapa?" Airin bertanya tak mengerti.

"Ini semua berawal karena aku. Kalau seandainya malam itu nggak terjadi, kamu sekarang nggak perlu berada di situasi seperti ini. Seharusnya kamu menikmati masa muda kamu kayak perempuan yang lain, bukannya malah mengurusi bayi. Karena aku juga kamu jadi nggak bisa menggapai apa yang selama ini kamu impikan, nggak bisa menyelesaikan semua tujuan awal yang sudah kamu tentukan, karena aku semua yang kamu inginkan harus terpaksa kamu kubur sedalam mungkin." Nevan berucap panjang lebar dengan dagu yang bertengger manis di bahu Airin.

"Seharusnya kamu nggak mengalami semua ini," lanjutnya.

"Kak Nevan jangan ngomong kayak gitu, aku nggak pernah ngerasa menyesal atau menyalahkan Kak Nevan. Aku menikmati peranku yang sekarang, punya suami yang baik kayak Kak Nevan dan anak selucu Kenzie. Awalnya emang sulit, susah, capek, tapi kalian berdua, Kak Nevan dan Kenzie adalah alasan dibalik itu semua. Aku bahagia dan merasa bersyukur, nggak ada setitik pun penyesalan di hati aku," balas Airin sembari berbalik menatap suaminya dengan sayang.

Nevan tersenyum, ia menempelkan keningnya di kening sang istri. Menikmati suasana itu berdua, mensyukuri setiap detik pertemuan dan kebersamaan mereka. "Terima kasih, aku juga bersyukur memiliki kamu."

"I love you," lanjutnya dengan ungkapan cinta tiba-tiba.

Airin terkekeh dan membalas, "I love you more!"

•°•°•

Hari libur ini Nevan habiskan dengan menjaga Kenzie sebab Airin ia biarkan untuk bermain bersama dengan teman-temannya, istrinya itu juga membutuhkan udara segar serta healing. Sudah lama Airin tak merasakan kebebasan karena kesehariannya setelah memiliki Kenzie hanya mengurus dan merawat putra mereka.

"Yeay! Anak Papa sudah wangi, sudah ganteng, sudah rapi, anak siapa ini? Ganteng banget ish, gila ini beneran anak gue? Kamu kalau nanti sudah besar pasti bakalan banyak disukai sama cewek-cewek. Inget, ya, kamu jangan murahan mentang-mentang ganteng. Pokoknya kamu harus jual mahal, jangan gampangan kayak tante-tante di persimpangan." Nevan terkikik sendiri setelah sadar akan apa yang ia katakan, ia jadi geli sendiri.

Nevan membaringkan tubuh putranya di sofa. "Sekarang kamu main sama Papa, karena mama lagi healing dulu, biar nggak terlalu suntuk di rumah. Kalau kelamaan di rumah, Papa takut mama kamu depresi dan malah berakhir bunuh diri."

"Eh, astaghfirullah! Jangan sampe!" Laki-laki itu langsung menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang tiba-tiba saja hinggap.

Melihat kelakuan sang ayah, Kenzie hanya bisa menatap Nevan dengan bingung. Bertanya-tanya tentang apa yang Nevan lakukan.

Bel appartement terdengar, Nevan langsung menggendong Kenzie lalu membuka pintu appartement. Siapa yang datang bertamu di jam seperti ini? Tidak mungkin itu istrinya yang datang. Ternyata sosok Gabril yang datang. Salah satu sohib Nevan itu juga berkuliah di universitas yang sama dengan Nevan. Tapi memang hanya jarang bertemu karena berbeda fakultas.

"Tumben ke sini, mau apa?" tanya Nevan setelah membuka pintu.

Gabril berdecak. "Lo nggak ada niatan buat nyuruh gue masuk gitu? Kaki gue pegel!"

"Iya, iya, masuk!" Nevan bergeser mempersilakan temannya itu untuk masuk.

"Duduk aja, kalau mau minum ambil di dapur. Biasanya juga lo nyelonong," sindir Nevan.

Mendengar itu Gabril nyengir. "Lo 'kan sekarang udah ada bini, jadi gue nggak bisa asal masuk aja. Takut mata gue ternodai, gimana pas gue masuk lo lagi kuda-kudaan?"

Nevan berdecak seraya memutar bola matanya malas. "Jadi, mau apa ke sini?"

"Emangnya nggak boleh main ke rumah temen sendiri?"

"Boleh aja, cuma 'kan setelah kuliah lo nggak ada kelihatan. Lagi pula biasanya lo kalau mau main ke sini suka ajak yang lain, nggak sendirian," balas Nevan seraya menepuk-nepuk pelan bokong Kenzie yang ternyata sudah mengantuk digendongannya.

"Iya, sebenarnya gue ada maksud lain datang ke sini." Gabril menundukkan kepalanya, terlihat laki-laki itu menghela napasnya. "Lo bisa bantu gue buat ngucap dua kalimat syahadat?"

Nevan tertegun di tempat, menatap sahabatnya itu dengan tak percaya. Apakah ia tak salah dengar? Apakah Gabril serius? Ini bukanlah hal yang perlu dimain-mainkan.

"Ma-maksudnya? Lo serius?" tanya Nevan memastikan.

Tanpa ragu Gabril mengangguk. "Iya, gue serius. Selama ini gue terus mencari sampe akhirnya gue nemuin pintunya. Gue juga udah minta izin sama orang tua dan mereka bilang boleh aja karena ini adalah kehidupan gue, mereka bebas menentukan apa yang baik dan benar menurut gue."

"Gabril, hal ini bukan permainan. Gue tanya sekali lagi, lo serius?"

"Serius, sangat serius."

"Lo lakuin ini bukan karena cinta semata 'kan?"

"Enggak, perasaan gue perlahan nggak ada lagi untuk dia, mungkin ada tapi cuma seperempat. Gue serius, Van!"

"Oke, bakal gue bantuin."



1021 word

ADA YANG MAU LANJUT PART 2 NYA?
ATAU SEQUEL?
TAPI UNTUK SEQUEL KAYAKNYA BELUM BISA, DEH, HARUS NUNGGU LAMA DULU, SOALNYA BELUM KEPIKIRAN SAMA JALAN CERITA KAYAK GIMANA. TUNGGUIN AJA DEH POKOKNYA, SOALNYA AKU JUGA LAGI NULIS CERITA BARU 🥳

[V] NEVAN X.C || MY SWEET HUSBAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang