38. Undangan Luka

3.6K 208 9
                                    

Hai! Apa kabar? Semoga pada sehat ya, terakhir aku update 7 Juli dan baru bisa sekarang aku update lagi huhu, maafin ya. Soalnya nih otak udah mentok banget kagak tau mau lanjut kek gimana lagi, bahkan terus kepikiran buat berhenti nulis cerita, tapi akhirnya aku istirahat dulu daripada berhenti.

Soalnya gimana ya, waktu ngetik panjang lebar nyari ide sana-sini, tapi yang baca malah makin dikit. Apalagi yang komen nggak ada, meski begitu bersyukur banget ada yang baca terus vote meskipun cuma sebiji. Minimal komentar semangat gitu lho, udah seneng banget, apalagi sampe ada yang komen gara-gara emang bener-bener mendalami ceritanya, beuh seneng banget banget pasti.

Oke, nggak usah terlalu banyak curhatnya. Silakan baca dan nikmat ceritanya!!!!

Masih berada di warung kopi, keempat sekawan itu menikmati waktu bersama dengan obrolan ringan sampai melupakan bahwa Gabril menunggu mereka di apartemen Nevan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih berada di warung kopi, keempat sekawan itu menikmati waktu bersama dengan obrolan ringan sampai melupakan bahwa Gabril menunggu mereka di apartemen Nevan.

"Ini kita 'kan udah lulus, nih, kalian rencananya mau apa? Mau pada kuliah aja, nih?" Reval bertanya setelah tadi membuat ketiga temannya terjatuh gara-gara daftar makanan berhematnya.

Zean menyesap kopinya, kemudian menjawab, "Kayaknya, sih, kuliah aja di sini. Tadinya nyokap nyuruh buat keluar negeri, tapi gue pikir-pikir buat apa jauh-jauh kuliah keluar negeri kalau di negara sendiri aja masih banyak universitas yang bagus."

"Yakin cuma gara-gara itu? Bukan karena Citra, heh?"

Mendengar pertanyaan Davian hanya mampu Zean balas dengan cengiran dan Davian yang melihat itu mendengus. "Lo udah lama pacaran sama Citra, eh tahunya dia bukan jodoh lo mampus!"

"Ya, jangan gitu dong! Doain kek biar gue sama Citra jodoh," balas Zean.

"Boro-boro doain lo biar jodoh sama Citra, gue aja yang tiap di sepertiga malam nyebut nama dia di doa gue biar jodoh aja belum dikabulkan," ucap Davian dengan sedih.

Reval mengangguk membenarkan. "Si bos mah udah enak, jodoh dah ketemu cuma tinggal mempertahankan doang."

"Enggak perlu pusing mikirin jodoh, yang seharusnya kalian pikirin itu gimana caranya buat belajar memperbaiki diri. Jodoh itu udah ada yang ngatur, nanti juga pasti ketemu di waktu yang udah semesta tentukan." Nevan menjeda, "Tuhan udah menentukan siapa jodoh kita, jadi nggak perlu pusing mikirin soal itu."

"Ikhtiar aja buat perbaiki diri, karena kematian pasti menghampiri," lanjutnya.

Ketiganya serempak menganggukkan kepalanya sampai suara teriakkan terdengar. Terlihat dari kejauhan ada Gabril yang berlari menghampiri mereka.

"Lo semua tega sama gue! Gue udah nunggu lama di apartemen sendirian, tahunya kalian berempat malah enak-enakkan ngopi di sini." Gabril datang-datang langsung menggerutu. Bagaimana ia tak kesal coba kalau teman-temannya malah enak-enakkan, sementara dirinya menunggu dengan bosan di apartemen.

[V] NEVAN X.C || MY SWEET HUSBAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang