64

509 17 3
                                    

"I believe in desteny because of you,"
—Giorgino

Typo bertebaran gengs

Happy reading

Selepas kepergian anak-anak Hwaramg, aku hanya merenungkan nasihat dari Mba Amela perihal panggilanku untuk Gio tadi.

"Belum tidur, hm?" tanya Gio, yang kini sudah berbaring di sampingku.

"Ga bisa tidur," jawabku dengan sedikit gugup, Gioku ini terlihat semakin tidak manusiawi saat sedang lelah. Entahlah, ketampanannya terasa berkali-kali lipat bertambah.

"Udah hampir jam sebelah lho, yang. Mau aku nyanyiin?" tanya Gio dengan pandangan yang tak lepas dari diriku.
"Kamu udah ngantuk? Kalo belum, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," jawabku yang dibalas Gio dengan satu alis terangkat.

"Eng itu, hufft. Tadi, aku sama Mba Amela bahas soal panggilan aku ke kamu. Katanya, kita kan udah nikah jadi ada baiknya aku rubah. Maaf, aku baru sadar kalo selama ini aku biasa aja manggil kamu Io," jelasku, mengundang senyuman manis milik cowok berlesung pipi itu.

"Sayang, aku emang pernah berharap kamu manggil aku dengan sebutan khusus. Tapi, aku akhirnya mikir. Kunci buat mempertahankan sesuatu itu salah satunya kenyamanan, aku ga bisa maksa kamu buat melakukan sesuatu yang bikin kamu ga nyaman kan? Jatohnya malah aneh gitu. Makanya aku ga pernah protes, lagian mau dipanggil apapun asalkan itu kamu bakal istimewa buat aku," jawab Gio, mengundang senyumanku.
"Gio aku udah bener-bener dewasa yah? Aku sayang banget sama kamu, tapi ada benarnya juga omongan Mba Amela. Aku mau coba, mau belajar tepatnya. Buat jadi istri sekaligus teman hidup yang baik buat kamu. Mas? Itu ribet dan alay buat aku. But, bee aku rasa lebih cocok," ucapku yang dihadiahi ciuman di kening.

Gio mengelus perut buncitku, cowok itu memang sangat menyukai anak-anak. Aku kerap kali melihatnya mudah sekali akrab dengan anak-anak yang tidak sengaja kami temui. Beruntungnya anakku, bisa memiliki ayah yang luar biasa seperti Gioku ini.

"Ga bermaksud merusak suasana, tapi setelah acara besok aku mungkin harus ke luar kota yang. Kamu keberatan ga? Atau mau ikut?" tanya Gio yang membuatku terdiam sebentar.

Tunggu, ini saatnya bagiku untuk bisa bersikap lebih baik padanya. Kehadiranku di sisinya hanya akan mengacaukan pekerjaan cowok itu, lagian aku bisa saja tinggal di rumah menunggunya.

"Aku di rumah aja gapapa kok, bee. Lagian, aku bisa minta Sisi buat kesini nemenin aku," jawabku mengundang tatapan tak percaya milik Gio.

Cowok itu pasti mengira bahwa aku akan menahannya seperti yang sudah-sudah. Maaf, tapi kali ini aku mmm sedikit berbaik hati.

"Yaudah, sekarang tidur yuk. Besok kita harus ke base camp buat acara Hwarang," ucap Gio, sambil mendekap tubuhku.

"Good night bee,"

"Good night my love and my little angel,"

***

Aku membantu Gio mengikat dasi hitam polos, yang ia padukan dengan kemeja putih serta texudo hitam. Dress code acara kali ini memang formal, karena merupakan pergantian ketua dari geng yang sudah hampir tujuh tahun terbentuk itu.

Aku sendiri menganakan dress hitam polos berlengan terompet, serta rambut yang tergerai.

Sejak di perjalanan tadi, Gio sibuk melatih speechnya karena akan berganti posisi menjadi penanggungjawab. Cowok itu terlihat keren dan serius, membuatku enggan untuk sekedar menggangunya.

Sedikit informasi, pergantian ketua Hwarang ini menggunakan sistem yang unik. Mereka akan memilih diantara anggotanya yang masih bersekolah/SMA untuk dijadikan kandidat. Sebenarnya, mereka akan mengangkat anak dari para anggota inti untuk menjadi ketua sesuai umurnya, tetapi mengingat Angelo masih terlalu kecil membuat mereka menunda hal tersebut.

Suara alunan musik EDM adalah hal pertama yang kudengar, ketika memasuki mansion minimalis yang menjadi basecamp sekaligus tempat tinggal dari beberapa anggota Hwarang. Dulunya, mereka memang menggunakan sebuah rumah minimalis sebagai basecamp. Tapi, seiring bertambahnya jumlah anggota, mereka memutuskan untuk membangun yang baru.

"Hi, Kanda Gio udah siap belum pidatonya? Jangan malu-maluin saya yah," ucap Reyhan, yang baru saja menghampiri aku dan Gio.

"Ngeselin banget sih jadi orang, udah siap juga!" balas Gio yang terlihat kesal. Gioku memang paling mudah terpancing emosinya, kalau sudah dengan anak-anak segengnya.

"Heh,lo ga ada rencana buat ngubah warna rambut gitu? Sakit banget mata gue liatnya,"ketus Arka yang sudah pasti sedang meledek Gio.

"Masih bahas rambut juga nih? Astaga,ga sekalian dibotakin aja bro?" timpal Tora yang disambut dengusan malas milik Gio.

"Gue ganteng, gue sabar. Demi anak Io, gapapa sumpah gapapa artinya lo daddy idaman," ucap Gio dengan tangan yang mengelus lembut perut buncitku.

"Sa ae lo, monyet!" protes teman-teman, cowok itu yang tidak kuat melihat keuwuan kami.

***

Ayyo!!

Akhirnya punya kuota lagi hiks

Author usahain bakal namatin ini secepatnya, soalnya nanti author mau up ceritanya bang Rey sama bang Tora hiks

Semoga kalian suka yah
Jgn lupa voment

See yaa

Hwarang's

(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang