Happy reading manies!
"Grey mau makan apa?" tanyaku pada Grey yang baru selesai mandi sore.
"Pengen sapo tahu kayak waktu itu sih mom," ucapnya setelah hening beberapa saat.
Aku mengangguk, tiap hari aku selalu bertanya perihal menu masakan atau menu bekal yang Grey inginkan. Walau tidak pemilih makanan, tetap saja ia beberapa kali suka memintaku memasak menu tertentu.
Kututup kulkas dengan menghela napas. Pasalnya, beberapa kondimen untuk masak menu pilihan Grey itu habis.
"Grey, boleh tolong panggilkan Daddy?"
Grey mengangguk, sebelum berlalu dari dapur.
Beberapa saat kemudian, Gio menghampiriku dengan kacamata bacanya, serta pakaian kasual ala rumahan.
"Kamu manggil aku yang?"
Kuangguki pertanyaan Gio, sambil sibuk mencatat beberapa bahan makanan pada selembar sticky notes.
"Grey pengen makan sapo tahu, tapi beberapa bahannya abis. Aku abis ini harus masak menu lain buat makan malam, tolong beliin yang kurang ini dulu yah io, Greynya diajak aja biar ga kesepian," ucapku, buat Gio mengangguk pasrah.
Well, setidaknya durasi belanja kali ini tidak akan selama saat aku ikut serta. Biasalah, ibu-ibu.
***
Terhitung sudah hampir 30 menit Gio dan Grey pergi berbelanja, dan ayam goreng mentega buatanku pun sudah hampir matang, tinggal ditata saja.
Baru saja hendak menghubungi suamiku, suara mesin mobil berhasil membuatku tersenyum. Gio dan Grey memang lebih sering naik motor kesayangan Gio kalau bepergian, tapi, mengingat sudah sangat sore, jadi aku meminta Gio untuk pakai mobil saja, tidak ingin Grey masuk angin.
G
io kerap kali memperkenalkan dunianya (geng motor) pada Grey. Sesekali ia menjelaskan tentang jenis motor yang bagus pada putra kami, ketika sedang mencuci motor atau saat Grey dengan kepo bertanya. Walau demikian, Gio selalu menyelipkan pesan positif serta larangan agar Grey tidak melakukan hal yang negatif, walau penyampaiannya terbilang unik dan sedikit aneh.
Begini kira-kira:
"Oh, jadi Daddy pas SMA naik motor gede yang di garasi itu yah?"
Gio mengangguk bangga, "Iya dong, keren kan Daddy?"
Grey mengangguk antusias, "Keren banget! Nanti Grey boleh juga kan Dad naik motor kalo udah gede?"
Gio mengangguk, "Iya boleh dong nak. Tapi, ingat yah! Ga ada balap liar, keren sih iya, tapi kalo kena apesnya siapa yang susah?"
Grey lagi-lagi hanya mengangguk patuh, terlihat kegirangan karena dibolehkan untuk naik motor saat sudah besar nanti.
"Sama satu lagi, ga ada yah jadi playboy. Mentang-mentang anak motor terus kamu sok kecakepan gitu? Dih, kena karma mampus tuh!"
"Bahasanya Daddy!"
Dan, Gio hanya terkekeh dengan jari berbentuk peace terangkat.
"Ampun sepuh!"
Gio dan Grey masuk ke dalam rumah degan menenteng plastik berisi bahan makanan. Grey membawa plastik kecil, sementara Gio membawa plastik besar.
"Thank you Grey dan Daddy!" ucapku, sibuk mengecek belanjaan yang sedang ditata oleh Gio, sementara Grey sudah duduk di mini bar yang ada di dapur kami.
"Mom mau tau ga?"
Grey tampak antusias, sedangkan Gio masih sibuk menata barang di kulkas.
Aku mendekati Grey, "Ada apa nak?"
Grey melirik Gio dengan senyum miring, mirip Gio sekali memang.
"Tadi Dad digodain mbak-mbak kasir,"
Gio sontak melirik putranya kesal. Tapi masih tetap menata barang di kulkas.
Aku mengangguk antusias, Grey mode jahil memang sukses buat Gio kesal. Kapan lagi melihatnya?
"Hah? Beneran nak? Terus-terus daddy gimana?"
Grey tersenyum makin lebar, sebelum kembali membuka suara.
"Dad balas pake pantun lho mom. Apa yah tadi? Pokoknya ada I love you gitu," lanjut Grey, masih dengan senyumnya.
Aku terkekeh, sebelum tatap sengit ke arah Gio.
"Ga ada yah! Itu bocahnya fitnah yang! Dia tadi yang maksa beli permen di kasir, terus aku cuma minta maaf sama kasirnya. Anakmu ngambek ga dibeliin permen, lagian ntar ompong giginya baru tau rasa!"
Gio berhasil dibuat kesal, aku dan Grey hanya tertawa saja.
"Gitu yah mainnya, ngaduan kamu yah. Mana pinter banget ngarang. Ga daddy beliin mainan lagi, awas aja!"
Grey panik, sebelum beri kecupan pada pipi Gio.
"Kan ngetes doang dad. Jangan baper dong mas bro!"
"Anak siapa sih?" kesal Gio, usai kepergian Grey.
"Yah anak kamu, kalo mode jahil yah cetakan kamu itu," balasku, mulai asik memasak.
"Bikinnya bareng yang!"
***
Yuhuuu
ANOTHER EXTRA PART GES
ENJOY YAA
JGN LUPA VOTE DAN KOMEN
CU
KAMU SEDANG MEMBACA
(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)
Подростковая литератураDia bukan pria yang sangat sempurna, tapi cukup untuk membuatku bahagia. Dia manis, bawel, lucu dan sangat ekspresif. Dan semua itu memenuhi hari-hariku yang pasif. Kukira, mencintainya adalah sebuah kesalahan. Namun, seiring berjalannya waktu, ak...