24

738 27 9
                                    

"Kita mungkin seindah bunga mawar saat bersama. Tapi, kita lupa jika bunga mawar juga bisa layu dan mati karena keadaan,"
-Caca

Typo bertebaran gengs
Happy reading

Di sinilah aku sekarang, usah perjalanan yang memakan waktu berjam-jam, aku akhirnya tiba di rumah dengan keadaan yang sangat ngantuk dan malas membahas masalah kemarin malam.

Namun, sepertinya ayahku tidak. Pria paruh baya itu kini tengah duduk di hadapanku, lengkap dengan tatapan tajamnya serta satu alis yang terangkat. Disidang ayah bukanlah pilihan yang bagus, tapi aku harus menghadapinya kali ini.

Sebenarnya sepanjang perjalanan Bang Gavin sudah memberikan berbagai wejangan. Syukurlah aku tertidur, jadi pria tampan itu menghentikan kegiatan membosankan itu.

Ayah dan Bang Gavin adalah dua sosok yang paling terluka setelah bundaku. Setelah mendengar kejadian itu, mereka bahkan tidak tenang dan terus mencari si pelaku yang menghilang entah kemana. Bahkan, Ayah sempat terancam bangkrut kala itu ketika keluarga pelaku meminta uang tutup mulut.

Aku tahu, dibalik tawa mereka selama ini ada keresahan akan diriku. Itulah alasan mengapa aku sangat dijaga ketat dan dibatasi pergaulannya, terbukti dengan Gio. Hanya cowok itu yang lolos uji oleh mereka.

"Dek, kenapa kemarin minta jemput sama Abang? Tengah malam pula," Tanya Ayah yang membuatku mengumpat dalam hati.

Memang aku meminta Bang Gavin untuk tidak memberitahu Ayah dan Bunda jika aku memintanya untuk menjemput, tapi memang dasar asisten mereka sudah pasti pria itu melapor.

"Non, ditanyain Ayah lho itu. Dijawab dong," Ucap Bang Gavin yang membuatku menoleh ke arahnya dengan tatapan datar.

"Aku tiba-tiba mau pulang, Yah. Ga nyaman di vila Gio, hehe," Jawabku dengan alasan yang sudah pasti sangat tidak berbobot tentunya.

Ayahku menghela napas pelan, pria paruh baya itu selalu tahu apa yang sebenarnya. Ia selalu tahu ketika aku tengah berbohong atau saat aku menyembunyikan sesuatu.

"Yakin ga nyaman? Biasanya kan kamu sama Io liburan ke sana, Dek. Kok tiba-tiba ga nyaman? Trus juga kan ada anaknya Om Firman, kamu kan seneng banget sama dia Dek," Kata Ayah mulai mengintimidasiku secara halus.

Oke, sepertinya alasanku cukup ngaur kali ini.

"Mbak Amela kan udah punya suami Yah, jadi dia di Vila yang beda sama aku. Lagian emang beneran ga nyaman kok, mungkin karna baru ikutan lagi setelah sekian lama," Jelasku, masih mencoba meyakinkan Ayah dengan alasanku.

"Jujur sama Ayah, Dek!" Kali ini aku sudah tidak bisa berkutik atau mengelak lagi. Ayah sudah dalam mode serius yang sebenarnya, jika membantah mungkin Gio akan diseret ke sini oleh Ayah dan yang pasti itu sangat tidak kuinginkan.

"Iya jujur. Kemarin malam aku jujur sama Gio soal semuanya, rahasia yang kita sembunyiin selama ini udah dia tau Yah. Makanya aku malu dan minta jemput Abang. Maafin aku Yah, aku cuman ga bisa lagi sembunyiin semuanya," Ucapku akhirnya jujur walau sesak di dadaku kembali terasa.
"Dek, Ayah, Bunda sama Abang sembunyiin semua ini dari Gio supaya kamu nyaman sama dia. Ini lihat sendiri kan? Gimana kamu langsung lari dari dia dan ga mau ketemu dia lagi? Gio itu harapan terakhir keluarga kita untuk masa depan kamu, Dek. Dengar kalau dia mau nerima kamu apa adanya udah bikin Ayah sama Bunda lega," Jelas Ayah yang hampir menangis saat menjelaskan semuanya kepadaku. Sungguh, rasanya hatiku benar-benar seperti terisis ketika melihatnya.

"Kita keras sama kamu karna ini, kita ga maksud ngekang kamu, sayang. Siapa yang ga mau anaknya senang dan bahagia? Kita mau, tapi kamu spesial jadi harus dijaga. Minta maaf sama Gio ya?" Tambah Bunda yang baru saja selesai menyeka airmata di pipinya.

Aku tidak tahu harus apa, pikiranku bercabang antara setuju dan merasa malu pada Gio.

Dengan anggukan, kuhamburkan diriku ke pelukan hangat milik Bang Gavin. Selalu nyaman dan menenangkan, begitulah rasanya.

***

Annyeong!!
Sorry for late update guys

I will update as soon as possible yaa
Please still enjoy and support this story

Love you

Hwarang's

(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang