70

631 18 6
                                    

"Yang perlu kalian ketahui dari keistimewaan cinta adalah, hanya maut yang dapat memisahkan," —Gio

Typo bertebaran gengs

Happy reading

Aku menatap lekat wajah damai suami tampanku, yang saat ini tengah tertidur lelap di hadapanku. Pertemuan kami kemarin malam memang banyak menguras emosi dan airmata. Yang patut kusyukuri adalah, kekuatan cinta kami masih bisa mempertahankan semuanya. Jika tidak, aku mungkin akan jadi orang paling tidak bahagia di dunia ini.

Tanganku terulur untuk mengelus pelan rahang kokoh Gio, yang sedikit ditumbuhi jenggot. Cowok itu pasti sibuk mencari keberadaanku, sampai lupa memperhatikan penampilannya.

"Morning," ucap Gio yang terbangun akibat ulahku.

"Morning,tidur lagi gih. Aku cuman pengen elus pipi kamu aja kok, pasti kecapean," jawabku yang tidak diindahkan oleh cowok tanpa atasan itu.

Pelukan erat Gio, serta elusan lembutnya di perutku adalah hal yang sangat indah di pagi ini. Ah, perutku bahkan terasa ditendang-tendang olehnya.

"Kayaknya si baby kangen daddynya deh, ini langsung aktif banget," ucapku yang membuat Gio tak henti-hentinya mencium perut buncitku.

"Kangen yah? Daddy juga lho. Nanti kalo udah lahir, daddy ajakin jalan-jalan kok. Baik-baik di sana yah," kata Gio, seperti biasa kembali berinteraksi dengan calon bayi kami.

"Mau tau jenis kelaminnya ga?"

Gio berbinar sambil mengangguk semangat, ketika aku mengajukan pertanyaan yang menjadi titik penasarannya.

"Jenis kelaminnya laki-laki, selamat yah bee kamu pasti seneng banget kan?" jawabku yang langsung dihadiahi kecupan lama di kening oleh Gio.

***

Aku menatap malas jalanan yang kami lewati saat ini. Beberapa saat yang lalu, Gio memintaku untuk berkemas karena akan memberikan kejutan padaku. Entahlah, aku hanya mengikuti kemauan suamiku itu dengan pasrah.

"Kita ngapain di sini?" tanyaku ketika mobil kami terparkir rapih, di pekarangan sebuah rumah mewah bertingkat yang sangat nyaman dilihat.

"Pulang,"

"Hah? Pulang? Kamu ngaco?"

Gio mengabaikan pertanyaanku, cowok itu malah menuntunku untuk masuk ke dalam rumah itu, setelah membuka pintu utamanya.

"Welcome home my wife,"

Ucapan Gio masih terngiang-ngiang di pikiranku, entahlah rasanya otakku mendadak lemot karenanya.

"Io ini beneran rumah kita?" tanyaku dengan tatapan kagum.

Gio terlihat memgangguk sebagai jawaban. Aku terlalu takjub, sampai memutup mulutku dengan kedua tanganku.

"Thank you, aku suka banget Gio. Aku sayang sama kamu," balasku dengan tangisan yang tak terbendung. Sungguh membuatku bahagia dan bahkan tak kuasa menahan tangis.

Gio memelukku erat, cowok itu mengusap lembut pinggungku. Mencoba meredakan tangisku.

"Aku mau ngasih kejutan sebenarnya waktu Tiffani datang ke apart. Tapi, semuanya gagal karna kesalahan aku. Maaf yah sayang, aku bikin semuanya jadi rumit. Aku sayang sama kamu Ca, aku harap kita ga pernah pisah lagi," ucap Gio dengan senyum tulus yang menghiasi wajah tampannya.

"Jangan dibahas lagi yah, aku udah ga mau ingat itu lagi. Kamu cukup tau kalo aku sayang sama kamu, banget!" balasku mengundang kekehan kami.

***

Aku kembali di bawa oleh Gio ke sebuah restoran mewah. Katanya, cowok itu ingin merayakan hubungan kami yang kembali baik.

Setelah menuntunku untuk turun dari mobil, Gio kembali harus mengambil tasku. Padahal, kami sudah berjalan cukup jauh di parkiran.

Aku berdiri sambil menatap indahnya lampu yang menghiasi restoran, sudah lama sekali aku tidak melakukan hal seperti ini, dan rasanya sungguh menyenangkan.

Aku melambai ketika melihat Gio yang berjalan dari kejauhan. Cowok dengan stelan kemeja putih itu, nampak menenteng tasku di tangan kirinya.

Gio tersenyum ke arahku, senyum mempesona itu membuatku seolah terhipnotis. Hingga...

"CACA!"

Gio berteriak keras, bertepatan dengan tersenggolmya tubuhku. Rasanya sungguh sangat lemas dan tak berdaya, gaun putihku sudah basah karena darah, mataku mengabur karena pusing yang tiba-tiba melandaku.

Orang-orang mulai keluar dari dalam restoran, menghampiriku dan Gio yang kini tengah berusaha menyadarkanku setelah menelfon ambulans.

"G-gio, a-aku lemes banget... boleh tidur sebentar ga?" lirihku, ketika cowok itu menangis sambil menepuk pelan pipiku.

***

Annyeong!!!
Hampir sampai guys, pantengin aja terus

Author mau nyicil uas ntar jam 9
Makanya enjoy baca part ini yah

Jgn lupa vomentnya lho

See yaa

Hwarang's

(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang