"Akan selalu ada gangguan yang menghalangi sebuah ikatan, itulah yang disebut sebagai ujian dimana kita diminta untuk bertahan atau melepaskan," —Giorgino
Typo bertebaran gengs
Happy reading
Pagi ini, aku makan dengan tenang bersama Sisi dan Dion. Kejadian dua hari yang lalu, dimana Tiffani datang menggangguku sama sekali tidak kuceritakan pada Dion dan Sisi. Tidak ada yang tahu tentang kejadian itu, termasuk Satya dan Bella yang datang setelah kepergian cewek itu.
Alasannya sederhana, mereka pasti akan melaporkannya pada Gio dan otomatis suamiku itu akan semakin posesif. Aku tidak ingin itu terjadi, karena kali ini Gio harus menyelesaikan pekerjaannya tanpa gangguan dari siapapun. Termasuk diriku. Kurasa, itu hampir berhasil. Mengingat sore ini Gio akan pulang dari perjalanan bisnisnya.
"Ca, kamu kelihatan tenang banget dari kemaren. Kangen suami ga?" tanya Dion, membuka obrolan di sela kegiatan sarapan kami.
Aku terkekeh pelan sebagai ajwaban, cowok itu memang hampir sama dengan abangku. Mereka sangat bisa menghibur dan mencairkan suasana, walau terkadang suka menjengkelkan.
"Ciee yang bentar lagi mau ketemu suaminya. Pasti kamu ga sabar kan, mau ngasih tau Gio hasil check up? Apalagi dia yang paling kepo soal jenis kelamin," timpal Sisi yang membuatku tersenyum, mengingat jenis kelamin anak kami sesuai dengan keinginan Gio. Ah, cowok itu pasti akan sangat bahagia nanti.
"Lebih ke nggak sabar liat ekspresi Gionya sih. Soalnya dia yang paling ngotot mau tau jenis kelamin bayinya. Jadi kangen kan," balasku dohadiaku kekehan pasangan tersebut.
Sisi membantuku mencuci piring bekas sarapan, usai mengantar suaminya ke depan. Dion akan kembali pergi ke kantor, karena memang cowok itu hanya cuti sehari kemarin untuk periksa kandungan Sisi.
"Ca, kalo ada masalah sama Gio kamu harus bertahan yah? Aku tau, hubungan kalian itu kuat banget. Aku ga mau yah liat kalian berantem atau amit-amit pisah," ucap Sisi yang membuatku menyergit.
"Aku cuman ngasih nasihat tau, sebagai sahabat. Kalian couple goals banget sih, jadinya ga enak kalo berantem gitu," tambahnya menjawab kebingunganku.
"Doain yah Si, aku juga lagi berusaha untuk merubah sikap. Bair makin dewasa lagi kedepannya, aku ga mau sifat kekanakanku nyiksa Gio," jawabku yang langsung diaminkan oleh kami berdua.
Suasana sore hari di apartemen kami adalah yang terbaik, Gio mungkin akan sampai sedikit malam karena pesawatnya delay. Tidak masalah, asalkan suamiku bisa pulang saja, aku sudah sangat bahagia.
Sisi tengah mandi, ketika aku duduk bersantai di ruang tengah. Aku sibuk memakan cemilan yang dibelikan oleh Dion dua hari yang lalu, mengabaikan televisi yang menampilkan sinetron. Jujur, aku membukanya hanya untuk menghilangkan keheningan di ruangan ini.
Suara bel,mebuatku beranjak untuk membuka pintu. Itu pasti Dion yang baru pulang. Cowok itu mengambil lembur, karena pekerjaannya terbengkalai kemarin.
"Baru pul—" ucapanku tak terselesaikan, ketika mataku menangkap sosok Tiffani yang berdiri dengan angkuhnya di hadapanku.
"Kamu kenapa datang lagi sih?!" kesalku yang justru diabaikan oleh cewek itu.
"Ga punya sopan santun yah?! Main masuk rumah orang sembarangan," timpalku yang janya dibalas senyum sinisnya.
"Gio mana? Kapan pulangnya? Gue mau bahas pernikahan sama dia, dan perceraian kalian," ucap Tiffani yang memancing emosiku.
"Usaha kamu patut dihargai yah. Beneran hamil ternyata, kamu sewa gigolo? Atau udah beralih profesi jadi jalang? Kamu kira saya bisa dibodohin sama kamu? Mikir dong, Gio itu selalu ada dalam jangkauan saya, ga mungkin dia punya waktu untuk kamu yang tentunya bukan siapa-siapa dia. Kamu sadar dong, Gio udah berstatus suami orang. Tolonglah, kamu itu terlalu cantik untuk jadi perempuan ga bener!" balasku yang benar saja, langsung memancing emosinya.
"Haha, lo mau nyekolahin gue? Lo kira lo udah bener? Nikah sama Gio yang sesempurna itu, dengan keadaan ga utuh. Lo itu cuman bekasan sialan! Lo pasti beneran ikut jejak nyokap lo kan? Cih, emang kalo lonte pasti anaknya juga lonte," ucap Tiffani dengan senyum mengejeknya.
PLAKK
PLAKK
PLAKK
"Kamu ga berhak ngehina ibu saya! Kamu itu cuman jalang sialan yang selalu ganggu rumah tangga saya. Kamu kira kamu suci, nyerahin diri ke cowok ga bener supaya bisa nipu suami orang?!" bentakku setelah menamparnya.
"Arghh! Lepasin anjing!" pekik cewek itu, ketika aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menjambaknya.
"Enought Caca!" bentak suara yang sangat kukenal, yang menghancurkan semua usahaku untuk bertahan.
***
Annyeong again
Seru ga?
Semoga feelnya ngena yah guysJgn lupa vote sama komennya lho
See yaa
Hwarang's
KAMU SEDANG MEMBACA
(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)
Fiksi RemajaDia bukan pria yang sangat sempurna, tapi cukup untuk membuatku bahagia. Dia manis, bawel, lucu dan sangat ekspresif. Dan semua itu memenuhi hari-hariku yang pasif. Kukira, mencintainya adalah sebuah kesalahan. Namun, seiring berjalannya waktu, ak...