Dalam rangka merayakan 6k readers dan #1 di bucin. So, enjoy this part guyss!!!
Pagi yang cerah dengan pemandangan dua jagoanku memang hal paling sempurna. Gio dan Grey yang tampak akur bermain bola di halaman belakang rumah, adalah pemandanganku pagi ini.
Hidup bersama Gio selama hampir 10 tahun ini membuatku banyak mendapat pelajaran baru.
Gio itu istimewa. Biar kusebut demikian, karena pria itu selalu punya banyak cara untuk membuatku merasa dicintai.
Jika orang lain lebih suka menjadi dewasa dan bersikap lembut layaknya pria matang pada umumnya, maka Gioku berbeda. Ia dengan segala lelucon konyolnya, tingkah anehnya, dan gombalan recehnya itu malah jauh lebih romantis untukku.
"Mommy!"
Kulambaikan tanganku pada Grey, begitu putra kesayangan kami itu menghampiriku.
Duduk di bangku taman dengan sebuah novel sudah jadi quality time ala aku.
Sabtu minggu memang kami pilih sebagai waktu family time, walau kadang suka berubah jadi Daddy son time ala Gio dan Grey.
"Capek yah sayang? Sini Mom lap keringatnya, astaga jagoan mommy sudah gede yaa," ucapku, menyeka keringat yang membasahi hampir seluruh wajah Grey.
Grey tersenyum lebar, sebelum meneguk segelas air yang memang aku sediakan di gazebo yang ada di taman belakang rumah kami.
CUP
Gio datang dengan ciuman tiba-tibanya, oh jangan lupakan kedipan mata serta senyum tengilnya itu.
"Dad, should we do it one more time?" ucapan Grey sontak buat Gio yang tadinya sedang bersender manja pada lenganku menggeleng kuat.
"Maaf yah nak, daddy sakit pinggang," balas Gio, disambut tawa mengejek dari Grey dan diriku.
Ada-ada saja memang. Padahal aku pun tahu kalau suami tampanku itu masih sangat bugar. Memang selalu saja ada alasan untuk menolak permintaan Grey yang sepertinya sangat suka olahraga itu.
"Daddy cemen yah mom?"
Aku mengangguk setuju, sebelum digelitik oleh Gio.
"Grey mau ke dalam aja deh, mau mandi," ucap bocah 10 tahun itu, sebelum meninggalkan aku dan Gio.
"Kamu pasti ngajarin Grey ya?" selidikku, karena sudah dua minggu ini Grey lebih sering meninggalkan kami berduaan.
"Fitnah ih, anak kita kan emang pengertian yang!" elak Gio, membuat aku tidak bisa menahan untuk cubit gemas pipinya.
"Semoga Grey kalo udah gede ga pinter ngibul kayak kamu yah. Pusing akutuh kalo Grey ikut kamu jahilnya!"
Gio terkekeh, sebelum membawaku dalam pelukannya. Sudah lama sekali memang kami tidak seintens ini. Kesibukan Gio akhir-akhir ini yang jadi alasan. Kadang, ia bisa tidak sempat pamitan di pagi hari dan akan pulang di tengah malam ketika aku sudah tertidur.
"Maaf yaa, aku akhir-akhir ini lembur terus. Huft, lagi ribet-ribet nya mau ada peluncuran proyek baru," Gio berucap sambil memainkan jemariku, sesekali ia beri kecupan pada punggung tanganku.
Gio dan perlakuan lembutnya sungguh tidak pernah berubah atau termakan usia.
"It's okay io, aku ga masalah. Selama kamu masih sempatkan waktu buat main sama Grey kayak gini aja aku udah lega," balasku dengan senyuman.
"Ga salah sih aku nikahin kamu. Kalau kata anak muda jaman sekarang, we are made of each other banget sih. Njir lah, fak kata gue teh!" balas Gio yang sontak membuatku memutar bola mata malas.
Lagi dan lagi, di momen romantis seperti ini, jiwa randomnya keluar.
"Io, kurang-kurangin deh buka tiktok atau twitter gitu!"
Gio menyergit, "kenapa? Hati kamu ga aman yah sayang?" balasnya dengan PD.
Aku mendengus, "Ga, tapi aku khawatir aja ada yang nyeletuk 'padahal mukanya kayak orang bener' ke kamu. Soalnya relate!" jawabku.
Gio tertawa sambil memelukku. Makin aneh saja bukan?
"Thanks yah sayang!"
"Untuk apa? Tiba-tiba banget?"
"For loving me, choosing me and stay with me!"
"Agak sedikit aneh, tapi sama-sama deh!"
Dan,sisa waktu quality time pagi itu kami habiskan dengan mengobrol ngalor-ngidul di gazebo, berdua.
***
ANNYEONG!!!
YUHUU I'M BACK GUYS!
HOW ARE U?
Adakah yg kangen Gio Caca?
Kalau iya, this part is for you
Author lgi kangen mereka, jadi ngasih extra part!
Sorry if it's took a long time yaa
Anyway, happy reading and see u in another extra part!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)
Fiksi RemajaDia bukan pria yang sangat sempurna, tapi cukup untuk membuatku bahagia. Dia manis, bawel, lucu dan sangat ekspresif. Dan semua itu memenuhi hari-hariku yang pasif. Kukira, mencintainya adalah sebuah kesalahan. Namun, seiring berjalannya waktu, ak...
