"Selalu ada cara untuk mempertemukan kembali mereka yang telah ditakdirkan untuk bersama," —Author
Typo bertebaran gengs
Happy reading
Hampir empat tahun berlari dari kenangan yang masih tak terlupakan, aku akhirnya kembali ke tempat dimana semua luka itu berasal.
Liburan setelah mengikuti ujian akhir dan yudisium adalah liburan yang sangat berat dan mungkin akan lebih berat dengan reuni.
Walau rindu rumah, aku tetap tidak ingin kembali ke kota yang penuh dengan kenangan itu. Memutuskan untuk berkuliah di Yogyakarta adalah pilihan paling tepat yang ku buat. Setidaknya aku hanya pulamg disaat acara penting saja.
Hampir empat tahun ini, aku selalu menyibukkan diriku dengan banyak hal. Di umur yang sebentar lagi menginjak usia 21 tahun ini, aku sudah mengikuti begitu banyak organisasi kampus, mengikuti beberapa kursus salah satunya kursus bahasa dan menjahit serta mengeksplor keindahan kota Yogyakarta.
Menjadi mahasiswa di fakultas keguruan dan ilmu kependidikan tentunya bukan fakultas impianku. Aku memutuskan untuk menjadi guru karena satu dan lain hal, entahlah mungkin aku hanya ingin hidup sederhana tanpa mau terlibat dengan urusan bisnis atau menjadi dokter yang super sibuk. Toh, jurusan yang kuambil pun adalah saran dari bang Gavin. Katanya, aku mungkin bisa membantu menjadi penerjemah di perusahaannya.
Mengingat tentang bang Gavin, aku teringat bagaimana aku menghabiskan tahun pertama setelah masa SMAku.
Dimulai dari Bang Gavin yang akhirnya menikah dengan gadis yang dijodohkan dengannya. Namanya Stela, satu tahun lebih tua dariku. Baru saja wisuda beberapa bulan sebelum mereka menikah, berprofesi sebagai dokter kandungan.
Aku kembali terkekeh begitu mengingat bagaimana kakunya Abangku saat di pelaminan. Dan, kuharap mereka sudah lebih baik sekarang, karena aku yang hampir tak pernah pulang.
Tahun kedua dan ketiga ada berita yang kurang mengenakan dari alumni angkatanku, Yoga dikabarkan telah dipenjara karena kejahatannya.
Tahun keempat, tahun ini aku justru mendapat kabar bahwa Gio berhasil menjadi seorang CEO muda yang sangat berprestasi.
"Ca, sebelah sini," ucap Mbak Stela, seketika membuyarkan lamunanku.
Aku tersenyum sambil mendekati wanita ber dress biru dongker itu, dengan menenteng koper serta oleh-oleh yang sudah kubeli tadi sebelum berangkat.
"Ya ampun, kamu makin seksi aja badannya Ca. Anak muda mah beda yah?" canda Mbak Stela yang membuatku tertawa kemudian terkejut, ketika melihat perutnya yang membuncit.
"Hehe, welcome home aunty," kata Mba Stela yang membuatku tak kuasa memeluknya dengan senyum bahagia.
Tak kusangka bahwa hubungannya dengan Bang Gavin sudah berkembang sejauh ini. Senang sekali aku mendengarnya.Kami berjalan menuju parkiran, karena katanya Bang Gavin tengah menerima telfon di mobil.
"Ya ampun, Non! Kangen!"
Bang Gavin langsung memelukki erat yang kubalas tak kalah eratnya. Rindu sekali memang dengan CEO yang super sibuk itu. Kami beberapa kali bertemu di Yogyakarta, ketika Bang Gavin datang memantau cabang perusahaannya di sana. Tapi dua tahun belakangan ini dia lebih sering mengutus asistennya saja.
"Abang mah jarang telfon aku, ternyata karna sibuk manja-manjaan sama istri?" godaku yang dijawab peletan lidah dari Bang Gavin.
Kamipun masuk ke mobil untuk segera pulang ke rumah. Rasanya sedikit berat, namun tetap saja aku merasa bersemangat karena akan bertemu kedua orangtuaku. Setidaknya ada beberapa aktivitas yang bida kulakukan untuk menyibukkan diri, agar tidak mengingat masa lalu yang pedih lagi.
"Nanti kamu ikut reuni kan Non?" tanya Bang Gavin, yang membuatku menoleh ke arahnya.
"Katanya wajib dateng, kayaknya ntar cuman nunjukin muka bentar abis didokumentasiin pulang deh," jawabku yang sangat malas membahas acara reuni SMAku.
"Katanya reuninya beda sama yang angkatan abang, temanya lebih kayak party gitu Non. Di hotel lagi,"
"Oh,"
***
Yuhuuu anyyeong!!!
Update for you guys
Hope you like this part
Jgn lupa vote sama komennya pleaseSee yaa
Hwarang's
![](https://img.wattpad.com/cover/277982625-288-k4081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)
Ficção AdolescenteDia bukan pria yang sangat sempurna, tapi cukup untuk membuatku bahagia. Dia manis, bawel, lucu dan sangat ekspresif. Dan semua itu memenuhi hari-hariku yang pasif. Kukira, mencintainya adalah sebuah kesalahan. Namun, seiring berjalannya waktu, ak...