21

787 33 10
                                    

"I don't care about it. I just want you and it will ne last forever," —Gio

Typo bertebaran gengs
Happy reading

Kututup wajahku yang kuyakini sudah dibanjiri airmata. Isakan demi isakan loloa dari bibirku.

Semuanya sudah berakhir, tidak ada kebohongan yang harus kusembunyikan lagi. Benar kata mereka, sepandai-pandainya kusembunyikan tetap akan terungkap entah itu kapan.

Kubalikkan badanku ketika Gio mendekat. Cowok itu nampak kaget dan juga berlinang airmata, aku sungguh tidak sanggup melihat wajah yang selalu ceria dan mengisi hari-hariku itu. Aku merasa sangat buruk dan menjijikan bahkan untuk sekedar menatap cowok itu.

Tidak ada lagi harapan untuk bertahan. Tidak ada orang yang akan mau menerima ketidak sempurnaan yang kumiliki ini, cinta tidak sebuta itu.

"Maaf, maafin aku. Maaf udah bikin kamu ingat sesuatu yang seharusnya ga kamu ingat. Please jangan pergi dari aku Ca! Aku ga bisa apa-apa tanpa kamu," Ucap Gio sambil memelukku dari belakang. Suaranya terdengar bergetar, sesekali kudengar isak tangisnya yang beradu denganku.
"Maaf, aku ga bisa Io. Aku bukan orang yang pantas buat diterima lagi, aku ga pantas dapat belas kasihan dari kamu," Jawabku sambil berlari cepat menuju Vila cewek, setelah melepas paksa pelukan Gio.

Kukemas kembali semua pakaianku yang sudah kutata dalam lemari. Jari-jariku menari di atas keyboard ponselku untuk mendial nomor Bang Gavin.

"Hallo, Non. Kenapa?" Tanya bang Gavin dengan ramahnya, seperti biasa.

"A-abang bisa jemput Caca ga? Di Vila Gio yang di puncak. Caca p-pengen pulang Bang, hiks pokoknya mau pulang sekarang,"

"Hey, kamu kenapa? Bilang sama abang, Gio jahatin kamu? Atau apa?" Tanya bang Gavin dengan suara yang berubah khawatir.

"C-caca ceritanya nanti aja. Abang cepet yah, caca tunggu," Ucapku sebelum memutuskan sambungan telefon.

Aku berani bertaruh, bahwa Bang Gavin sekarang sedang buru-buru untuk datang ke tempat ini. Aku hanya berharap pria itu bisa sampai dengan keadaan selamat.

Gio hendak menyusulku ketika dering ponselnya mengalihkan perhatian cowok itu.

Bang Gavin is calling...

Matanya sedikit membola ketika mengetahui siapa si penelfon.

"Hallo, Bang. Ada apa ya?" Tanya Gio dengan suara senormal mungkin.

"Io, Caca ada ngasih tau kamu sesuatu?"

"Ng nggak ada kok Bang, kenapa emang?"

"Kamu ga perlu bohong, Io. Saya tau kamu sudah dikasih tau sama Caca soal kenenaran itu. Saya juga mau minta maaf atas nama keluarga saya yang udah bohongin kamu. Saya ga maksud tapi semuanya demi kebaikan Caca, supaya Caca ga sedih lagi. Karena jujur, Caca terpukul sejak kejadian itu,"

"Gio siap nerima itu semua Bang. Gio tau Caca ga pernah mau nuembunyiin itu dari Gio, dan Gio tau caca pasti terpukul banget. Gio juga minta maaf kalau tindakam Gio salah ke Caca dan malah bikin dia nangis. Kalai boleh tau, abang bisa ga cerita tentang kejadian itu? Gio ga akan mau lepasin Caca Bang, Gio ga mau nyerah apalagi sampai Caca ga mau ketemu sama Gio lagi,"

"Makasih sebelumnya Io, udah mau nerima Caca apa adanya. Saya Tahu kamu gentle. Itu kekadian sembilan tahun yang lalu, saat Caca mulai mendekati ujian nasional Sekolah Dasar. Caca anak yang pintar dan baik, hal itu membuat dia jadi incaran banyak temannya untuk di ajak belajar bersama. Dari sekian banyaknya orang, Caca milih salah satu teman ceweknya, namanya Sila dia bukan dari kalangan mampu makanya Caca mau belajar sama dia di rumahnya karena Sila ga punya buku. Singkat cerita, si Sila punya kakak cowok yang hobby mabuk-mabukan. Sore itu Caca lagi nunggu Sila di rumahnya, kebetulan Sila lagi keluar sebentar kadi tinggal Caca sama si cowok itu tadi. Dia mabuk dan emang kurang ajar, maksa Caca buat begituan sedangkan umur caca masih terlalu muda dan polos. Caca berontak, tapi terlambat. She's not virgin and start to hate herself. Caca down dan depresi waktu itu, semuanya udah dia laluin sampai akhirnya bisa normal kembali walau sering kebayang kejadian itu,"

Terdengar helaan napas berat Gavin dari seberang telefon, sebelum pria itu kembali melanjutkan penjelasannya.

"Kamu masih ingat waktu itu saya dan Papa nguji kamu dengan berbagai tes kan? Itu bukan karna kami posesif sama Caca, tapi karna Caca mengalami androphobia atau phobia laki-laki. Kamu orang pertama yang langsung akrab sama Caca tanpa adanya rasa intimidasi di Caca. Abang ga mau banyak berharap, karna menerima Caca bukan hal yang akan benar-benar bikin kamu untung. But, kalau soal cinta, abang percaya kalian memang sudah ditakdirkan,"

Gio kembali meneteskan airmatanya. Ia tidak bisa tidak menangis ketika mendengar kejadian kelam yang menimpa orang yang yang sangat ia sayangi.

Dengan tatapan tajam bak elang, Gio menyeka airmatanya. Rahangnya mengeras marah, pertanda Gio sudah sangat emosi.

"Gio ga akan pernah ninggalin Caca Bang, dan untuk si brengsek itu, I will send him to hell," Jawab Gio sebelum memutuskan sambungan telefon.

Tujuannya cuma satu, kamar Caca. Cacanya tengah terluka dan pasti butuh Gio untuk menjadi sandaran.

***

Annyeong!!!

Okay I'm just sleepy guys

Hope you still enjoy because this x6 update is just for you

Don't forget to voment

See ya
Hwarang's

(HWARANG'S 5) FRIEND (REWRITE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang