Drama 01

165 53 6
                                    

Setelah sholat maghrib, aku segera melakukan rutinitas biasa, yaitu mengaji.
Tak jauh dari ku duduk, sepupuku- Azzam, dia sedang menatap layar laptopnya. Ntah apa yang dia kerjakan, sambil sesekali matanya melirik ku.

Aku, sih, cuma cuek aja.

Setelah selesai mengaji, aku menatapnya.
Nampak ia sedang menghafal sesuatu. Terlihat dari bibirnya yang bergerak.
"Kamu menghafal apa zam?"

"Ilmu tajwid"

"Kok, bukannya baca buku ilmu tajwid, malah liat laptop?"

"Belajar tajwid belum tentu harus liat bukunya. Sama kek kita, deket, tapi belum tentu ke pelaminan."

Aku hanya memutar bola mata malas dan mencebikkan bibir.

"Mau denger gak hafalan tajwid aku?"

"Hmmm"
Aku hanya menanggapi malas.

Dia mulai membuka suara
"Jika Mim Mati bertemu Ba disebut Ikhfa Syafawi, maka jika aku bertemu dirimu itu disebut cinta mati."

"Tapi hubungan kita, cuma seperti Nun mati bertemu tsa hukumnya ikhfa! Samar!"

"Tapi yang lebih ku takutkan ketika aku di matamu bagaikan Nun Mati diantara Idghom Bilaghunnah, terlihat, tetapi di anggap tidak ada. Nyesek."

"Aku sih, berdoa supaya hubungan kita menjadi izhar. Jelas dan terang."

"Lalu, ku sebut lafadz ijab qobul untukmu."

Diakhir kalimatnya, tak lupa dia membingkisnya dengan senyum manis yang membuat para laki-laki cap buaya insinyur. Eh, Insecur.

Sebagai cewek yang anti gombalan, aku sih 'B' aja.

"Itu ilmu tajwid apa sih?"

"Tajwid cinta. Hehe."
Dia nyengir kuda. Jadi bikin tambah gemeshh, pengen ngarungin. eeh.

"Hmmm. Aku juga punya."
Aku tersenyum smirk.

"Gimana?"
Dia mengubah posisi duduk menjadi menghadap ku.

"Ekhem" Aku mulai membuka suara.

"Nun mati bertemu 'Ain itu idzhar, terbaca jelas dimana sebuah hubungan tak perlu didengungkan. Cukup lamar, dan bawa ke pelaminan."

Eeaak

"Masya Allah serius? Kalau aku sih tergantung kamu."

Aku membulat kan mata, entah apa maksudnya.
"Apa maksud kamu?"

"Kamu mau serius gak? Kalau aku sih oke oke aja"
Mengedipkan sebelah matanya.

"Ishh"
Lagi lagi aku memutar bola mata malas.

. . . .

"Si? Hey? Kok melamun?"
Azzam bicara sambil melambai lambaikan tangannya didepan wajahku.

"Eh?"

"Kenapa?" Azzam kembali bertanya.

"Gak apa apa"

'Duh, kok bisa-bisanya aku mengkhayal Azzam gombalin aku. Astaghfirullah. ' Aku bermonolog dalam hati sambil tepuk jidat .

"Kenapa Si? Pusing?"

"Enggak Zam, enggak apa apa."

Aku tersenyum mendengar perhatian Azzam. Namun segera ku hilangkan rasa kagum itu. Ntahlah, padahal cuma gitu doang, tapi kok baper, ya.

Aku segera bangkit untuk mengerjakan tugas ku sendiri. Masih terdengar samar Azzam memanggil. Namun tak ku perdulikan.

To be continued...

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Assalamu'alaikum Semua👋...
Jadi ini cerita pertama aku. Jadi maaf, kalau banyak salah. Boleh koreksi, kok😊.

Jangan lupa vote dan komen.

Tunggu terus kelanjutannya.

Terima kasih ☺️

Drama Sepupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang