Happy reading ♥️
----------------------------------------------------------------
💦💦💦Hari ini, hari minggu. Hari yang menurut ku sibuk. Bagaimana tidak? Harus nya hari ini hari libur, waktunya bersantai. Tapi, kami harus mengurus kepindahan Azzam ke kos nya. Huft, hari yang membosankan.
"Sisi?! Ayo buruan. Entar kita lama selesai nya," Teriak Ibu di halaman.
"Iya, bentar Bu." Aku juga nggak kalah menjerit.
"Ck, nih sepatu bikin susah aja" Aku mengikat tali sepatu yang gak bisa di ajak kompromi. Sama kek aku dan dia, gak bisa bersambung. Eh, gak nyambung ya, sambungin aja dah.
"Sisi?!"
"Iya, Bu! Hadeh, cuma bersihin kos aja ribet, kek, mau ada hajatan."
Omel ku sambil berjalan ke halaman.
"Ish, kok kamu lama amat sih?" Ceramah Ibu sambil membawa segala peralatan kebersihan.
"Ini, Bu, tali sepatu nya susah."
"Alasan aja kamu. Dah buruan, nih, bawa barang nya," Ucap Mama sembari memberi pel, sapu, dan kain lap.
"Hih, Ma. Kok aku sih yang bawa?"
"Terus siapa? Si Markonah? Udah buruan. Ayah dan Azzam udah duluan tuh."
"Ck. Iya, iya"
.
.
.
.Ketika sampai di kos kosan, aku melihat Azzam sedang membersihkan rumah laba laba yang di atas pintu. Beuh, gak kasihan tuh orang, mau bersihin rumah, malah rumah orang di rusakin.
Eh, bukan rumah orang deh. Rumah hewan.
"Zam? Kamu ngapain ngerusak rumah tuh laba laba, kan kasihan. Mana tuh laba-laba punya keluarga. Ada Ayah nya, nih ibu nya, ini anak nya dua, mana masih kecil lagi. Kok kamu tega sih, tidak berperi- kelaba-laba'an." Omelku sambil menunjuk rumah laba laba tadi.
Azzam masih saja terus membersihkan rumah laba laba itu tanpa memperdulikan aku.
"Azzam!"
Setelah aku menjerit, baru dia menoleh. Fix, nih orang budeg.
"Kenapa?"
"Itu, rumah laba laba nya, kok, kamu rusakin? kan, kasihan!"
Tanpa menjawab, Azzam langsung membersihkan kembali rumah laba laba itu.
Aku masih memantaunya dari sini.
Setelah semua dirasa sudah bersih, dia lalu menghampiri ku yang sedang duduk dibawah pohon jambu biji.
Setelah dia duduk di samping ku, dia berkata, "Si?"
"Hmm?"
"Nih, aku kasih tau ke kamu."
"Apa?"
" kamu tuh, harus tegas di zaman sekarang. Zaman sekarang, zaman dimana kekerasan Si. Aku kagum sih, sama kamu. Rasa sosial kamu sama hewan begitu tinggi. Namun, kamu juga harus memikirkan sisi lain untuk efek ke diri kamu. Laba laba itu juga banyak mengakibatkan kerugian kalau enggak dibersihkan. Misal, rumah kamu jadi kotor, belum lagi laba laba nya itu dia kuman, dan bisa berbahaya kalau kita digigit. Dan mungkin masih banyak lagi kerugian lainnya. Ya, tapi enggak harus dibunuh juga laba-labanya.
Sama kek zaman sekarang, gak semua hal perlu kamu kasihani. Kamu harus pandai memilah nya. Zaman sekarang zaman kekerasan, segala cara dapat dilakukan manusia untuk keuntungan mereka sendiri. Walau orang lain jadi korban. Pesanku, kamu harus hati hati. Oke?"
"I--iya zam."
Azzam hendak bangkit, tapi segera ku panggil kembali.
"Zam?"
"Ha?"
"Boleh, minta tolong gak?"
Azzam tidak menjawab. Hanya menaikkan alisnya, seolah berkata 'apa'.
"Tolong ambilin buah jambu."
Tanpa menolak, Azzam segera memetik buah jambu. Tapi...
"Loh, zam, kok yang kek gini sih. Gak enak tahu." Rajuk ku.
Azzam menakutkan alis heran.
"Kok, kamu bisa tau, kalau itu gak enak?"
"Nih," Aku Menunjukkan buah jambu tersebut. "Banyak bintik hitam, ada lobang nya juga."
"Si, nih, aku kasih tau kamu lagi ya. Jangan terlalu sering menilai orang dari tampilannya aja. Banyak dari mereka menipu kita dengan tampilan mereka. Nih, aku ambilin yang bagus itu ya," Azzam segera memetik jambu yang lebih bagus dari yang tadi.
"Nih, coba kamu makan."
Perlahan, aku menggigit jambu yang bagus tadi.
"Hueek, asem Zam. Mana campur pahit lagi."
"Tuh, kan, jangan kebiasaan menilai orang dari tampilannya. Dan sekarang, coba kamu makan yang jelek tadi."
"I--iya sih, zam. Enak. Hehe"
"Ini enak karna udah masak," Azzam menunjuk jambu masak yang ku pegang. Lalu mengambil jambu yang masih muda, "Nah, yang ini masih muda," Lanjutnya.
"Tapi bisa juga sih diambil pelajaran nya. Jangan menilai orang dari tampilannya. Yah, walau gak semua yang jelek itu dia baik atau sebaliknya. Tapi kita jangan tertipu dari segi penampilan. Kalau pun kamu dapat yang jelek, kan bisa kamu perbaiki pelan pelan. Sama kek buah ini. kamu cuci dia, kupas, hilangkan sisi lubang nya. Dan, selesai. Aman kan?" Azzam menjelaskan begitu jelas dan sabar. Jadi pengen cepet cepet di halalin, eh.
"𝑆𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑔𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑎𝑝𝑎, 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑏𝑖𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛. 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑖𝑘, 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑎𝑠𝑖𝑏 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑘𝑎𝑚𝑢. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛, 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑔𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎," Lanjut Azzam lagi.
'idih, kenapa jadi bucin nih anak?'
Aku menatap Azzam tanpa berkedip. Ternyata, ia juga sedang menatap kearah ku.
"Si?" Azzam semakin mendekat kan wajahnya kearah ku.
Duh, grogi.
"Kamu..."
"Ada apa?" Aku semakin deg degan di tatap sengan jarak lumayan dekat.
"Ada taik mata diantara kita."
Tak lama setelah itu, tawa Azzam menyembur.
Kurang asem.
.
.
.To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Sepupu [END]
Romance_ Kamu saling mencintai, tapi bukan 'tuk saling memiliki. _ •Begitu kata Sang Takdir Ini kisah Ku, kisah lika-liku cintaku yang mungkin berakhir luka. Dia yang tak pernah mau menatap, atau aku yang terlalu berharap? Tapi, aku berharap takdir merestu...