Drama 22

50 27 0
                                    

Happy reading ♥️

-----------------------------------------------------------------

🌻🌻🌻🌻

. . .

Aku duduk diteras sambil nyemilin kacang. Bukan nyemilin kembang kantil apalagi beling. Ayah, Ibu, dan Azzam nampaknya masih terlarut dalam obrolan.

Tak lama, Azzam keluar.

"Mau pulang, Zam?" Aku bertanya pada Azzam, membuat pemuda itu menghentikan langkahnya.

"Iya."

"Jangan lupa besok traktir aku, ya." Aku bercanda pada Azzam.

Azzam menautkan alis.
"Bukannya tadi udah ditraktir, ya?"

"Ya, kan, sama Rafael. Sama kamu belum." Sahutku membela diri.

"Hmm." Azzam hanya berdehem.

Azzam kembali melangkahkan kakinya. Ketika sampai di tengah halaman, ia malah berbalik ke arahku.

"Ciee, yang ditraktir." Ejek Azzam.

Setelah mengatakan itu, Azzam berlalu pergi.

Sengklek tuh, bocah.

.
.
.
.

Saat jam istirahat, aku memilih duduk di perpustakaan. Riri masih sibuk memilih buku di rak.

Terdengar suara ocehan yang kelihatannya terdiri dari beberapa siswi yang mendekat. Ya, Sania dan anggotanya.

Saat melewati kami, ia berhenti tepat di depanku lalu tertawa sinis. Setelah itu ia pergi berlalu.

Riri segera menghampiri ku, "Si, mereka aneh deh."

"Aneh gimana?" Aku beralih menatap Riri yang semula membaca buku.

"Masa tiba-tiba berhenti terus cuma liatin kamu?" Riri berbisik.

Aku menutup buku, "Kan, mereka emang aneh."

Riri menyenggol bahuku, "Ish, dibilangin juga. Pasti ada sesuatu, nih."

Tak ku tanggapi omongan Riri, dan ku tak mau ambil pusing dengan sikap Sania.

.
.
.
.

Pulang sekolah, aku menunggu Riri di depan kelas. Sedang Riri pergi ke Kantin, katanya buku tugas nya ketinggalan di Kantin.

Saat asik menunggu, seorang siswi datang dengan tergesa.

"Kak, Kak." Ia datang berlari

"Ya? Ada apa?"

"I-i-tu, Kak Riri."

"Kak Riri kenapa?"

Bukannya menjawab, siswi tersebut malah menarik tanganku.

"Eh, eh." Mau tak mau aku mengikutinya.

Sampai di gudang belakang, siswi tersebut mendorong ku. Aku yang memang belum berdiri tegak, langsung terjatuh karena di dorong olehnya.

Ternyata didalam sudah ada Sania dan Genk-nya. Aku memindai mereka semua. Tapi tak ku temukan Riri berada seperti yang disebutkan siswi tadi.

"Dimana, Riri?"

"Riri siapa?" Sania berjalan mendekat sambil bersedekap tangan di dada.

Aku langsung berdiri dan berhadapan dengan Sania, "Jangan main-main kamu Sania!"

"Oh, gue emang mau main-main sama, Lo." Sania tersenyum smirk, sambil berjalan mengelilingi ku.

"Itu, karna Lo yang mulai main-main sama gue." Sania melanjutkan perkataannya.

"Maksudnya?" Tanya ku tak paham.

"Azzam. Lo tau, kan, gue gimana? Gue bisa dapetin apapun yang gue mau. Dan siapapun nggak boleh merebutnya dari gue. Paham?" Sania berhenti tepat dihadapan ku.

Capek kali dia keliling-keliling, makanya berhenti. Haha.

"Azzam? Saya nggak merasa rebut Azzam dari anda. Dan, saya ingatkan sekali lagi bahwa saya sama sekali tidak ada perasaan dengan Azzam. Dan ingat, Azzam hanya sepupu saya. Tidak lebih." Aku mengatakan dengan penuh penekanan.

"Bagus. Gue puas."

"Kalau begitu, saya pergi" Aku hendak berbalik, tapi lenganku dicekal Sania.

"Mau kemana? Kemarin Lo ulang tahun kan? Jadi, gue ingin main-main dulu sama Lo. Sebagai hadiah dari gue untuk, Lo." Sania tertawa.

Padahal nggak lucu.

"Gila Lo!" Aku berteriak tepat didepan wajahnya. Biarin aja bau jigong.

Tak terpancing dengan teriakan ku, Sania malah mundur sambil memberi kode kepada anggotanya.

Beberapa teman Sania datang membawa tali. Mereka mendekati ku lalu mengikatku di salah satu kursi. Tak terlalu kuat ikatannya, tapi yang membuatku panik adalah mereka mematikan lampu dan menutup seluruh akses untuk masuknya cahaya. Itu membuat ruangan gelap dan pengap. Lalu mereka meninggalkan ku sendirian dan mengunci pintunya.

Keringat ku mulai bercucuran, jantung berdetak kencang, dan nafas ku sesak. Aku takut gelap.

Beberapa menit berlalu, aku sudah tidak tahan. Rasanya ingin pingsan.

Ketika mata ini mulai menutup, terlihat pintu didobrak paksa. Aku melihat Riri datang, lalu disusul Azzam mengikuti di belakangnya.

Setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi. Karena semua mendadak gelap.

. . .

To be continued...

Drama Sepupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang