Happy reading 🤗
💦💦💦
...Sesampainya di rumah, aku masuk, lalu...
Loh, loh? Suamiku mana? Eh, garamnya mana?
Oh, iya. Garamnya aku kasih ke Mas Bian.
Astaghfirullah, bisa bisa kena amuk Ibu, nih.
Belum sempat melangkah, suara Ibu sudah menggema.
"Si? Lama amat beli garam doang! Sayur Ibu udah keburu gosong, tuh."
"Hehe, ini, Bu, Mmm..."
"Loh? Mana garamnya? Kok enggak ada?"
"Itu, Bu... Aku lupa. Hehe" Asal saja ku jawab. Aku bingung alasan apa, disaat seperti ini otakku tidak bisa diajak kompromi.
"Astaghfirullah, Sisi! Sisi kali sisi rumusnya persegi! Bisa bisanya lupa. Jadi dari tadi ngapain? Ngitungin debu pasir jalanan?!"
Tuh, kan. Apa aku bilang, Ibu sudah nyambar kek api.
"Maaf, Bu." Cuma bisa pasrah, deh.
"Kenapa, Tan?"
Tiba tiba Azzam ikut nimbrung perdebatan kami.
"Itu, Sisi. Suruh beli garam aja lupa."
"Banyak pikiran kali, Tan." Jawab Azzam sambil bersandar di pintu dapur seraya memasukkan tangannya ke dalam saku.
"Heleh. Mikirin apa, toh?" Tanya Mama dengan tangannya yang sibuk mengaduk sayur yang mulai hitam. Gosong deh, keknya. Eh.
"Cowok biasanya." Lirik Azzam sinis padaku.
Hiih. Ada masalah apa sih tuh orang? Sinis amat.
"Ya udah, Si, balik lagi sana. Beli garam! Zam, tolong temenin, ya. Udah makin malam soalnya."
"Iya, Tan." Ujar Azzam sambil bangkit.
Diperjalanan...
"Kamu tadi enak aja nuduh aku lagi mikirin cowok." Kesalku sambil menendang batu jalanan
"Lah? Emang bener kan?" Suara Azzam terdengar pelan dibelakang.
"Heh? Sembarangan kalau ngomong."
"Enggak. Tadi, yang caper sama cowok siapa? Sama Mas Bian." Kata Azzam sambil mensejajarkan langkahnya denganku, lalu berhenti tepat dihadapan ku.
"Kok, tau?" Kaget dong, Aku.
"Semua tentang kamu aku tau, Si." Ujarnya dengan tatapan datar.
Aku menaikkan sebelah alis.
"Termasuk, kamu suka kentut pas tidur. Haha."
Kutukupret. Haduh, kan malu.
Aku membuang muka.
"Tenang. Walau kamu begitu, aku tetap nerima kamu apa adanya, kok, Si." Katanya dengan mengedipkan mata sambil berlalu.
Idih.
To be continued...
Maaf, dikit. Besok diusahakan lebih panjang, deh.😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Sepupu [END]
Romance_ Kamu saling mencintai, tapi bukan 'tuk saling memiliki. _ •Begitu kata Sang Takdir Ini kisah Ku, kisah lika-liku cintaku yang mungkin berakhir luka. Dia yang tak pernah mau menatap, atau aku yang terlalu berharap? Tapi, aku berharap takdir merestu...