Drama 02

131 50 4
                                    

Assalamu'alaikum temen temen. Mudah mudahan terhibur sama ceritanya, walau gaje😌.

Happy reading🤗

***

"Dia siapa?"

Tanya Rievanya-temanku. Nama aslinya Rievanya Kalila, biasa dipanggil dengan 'Riri'.

Ia mengernyitkan alis, melihat ke arah Azzam yang saat ini masuk tanpa memandang kami. Ia habis pulang dari masjid. Sedangkan aku dan Riri duduk di ruang tengah, mengerjakan tugas kelompok.

"Dia, tuh, sepupu aku, Ri. Baru pindah tiga hari lalu. Nginap dulu disini, karna rumahnya belum dibersihkan."

"Ooh, aku kira calon masa depan aku. Idaman soalnya" Kata Riri dengan pedenya.

Hilih. Aku hanya memutar bola mata malas.

Azzam? Idaman? Dari mananya? Keras kepala dan sombong begitu, kok.

"Dari mananya idaman, Ri? Wong dia ngomong aja irit banget kok."

"Ya, idaman lah. Udah cakep, rajin sholat, orang kaya lagi."

"Heh, cewek kok mandang harta."

"Wah, ya jelas. Ntar mau makan apa neng? Makan cinta? Mana kenyang."

"Serah kamu deh, Ri."

....

Selesai sholat Isya, aku diperintah Ibu untuk membeli garam yang jaraknya seratus meter. Melewati gang yang ditumbuhi pohon jengkol yang lebat. Sepulangnya, aku melihat sosok berbaju putih. Takut? Pasti. Mana gelap banget lagi.

Sosok itu makin dekat, terus dekat. Dan, "Aaaaa...."

"Si?"

Eh, eh? Kok suaranya kek kenal, kek suara imam masa depan sih. Eaaak.

"Eh, Mas Bian. Abis dari masjid ya, Mas?" Padahal udah liat kalau Mas Bian masih pake gamis.

"Iya, dong, si. Masa abis dari kantor." Canda Mas Bian dengan senyuman.

Duh, senyum mu, Mas.

"Hehe, kali aja Mas Bian dari kantor KUA, buat daftar nikah kita."

Eaaak. Duh, Sisi, please. Jangan gitu.

Mas Bian malah tertawa, "Haha, ya udah, ntar malam saya diskusi dulu dengan pencipta kamu, ya."

Duh, Mas...

"Ya udah, nih, Mas. Garamnya buat Mas nya aja." Aku memberikan garam pesanan Ibu pada Mas Bian. Terlihat raut wajahnya yang bingung. Jadi makin gemes.

"Garam? Buat saya? Untuk apa? Kamu kira saya setan yang suka menggoda manusia? Yang kalau dikasih garam bakal kepanasan, seperti yang di film film?"

"Bukan. Mas Bian bukan menggoda manusia. Tapi menggoda hati saya." Eaaak

Kulihat Mas Bian tersenyum malu malu. Ihii.
"Ck. Ada ada saja kamu, Si. Ya sudah, saya pamit dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aku kembali melanjutkan perjalanan pulang, tanpa aku sadari api di rumah siap menyambar.

To be continued...

Jangan lupa vote, ya...😊

Drama Sepupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang