Drama 15

49 35 0
                                    

Happy reading ♥️

-----------------------------------------------------------------

💦💦💦

. . .

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Ayah dan Ibu beranjak pergi ke kamar. Sedang aku masih fokus menonton televisi.

Azzam terlihat sibuk dengan ponselnya.

Ingat dengan gosip adik kelas tadi, aku segera bertanya pada Azzam.

"Zam..."

"Hm"

"Kebiasaan. Jawabnya cuma gitu, doang."

Aku membanting remot tv ke meja yang sedari tadi ku pegang.

"Apa, Si?" Kali ini baru Azzam melihat ke arahku.

"Kamu itu, kalau ditanya, dipanggil, di ajak bicara, atau di..."
Aku menggantungkan kalimat, karena lupa mau ngomong apalagi.

"Di cintai?" Azzam menyambung dengan seenak nya.

"Ih, bukan."

"Terus? Di sayangi?"

"Apaan, sih, Zam?"

"Ya udah, di... apa?"

"Ya, pokoknya kalau diajak ngomong, lah. Kamu itu lihat ke orangnya napa."

"Iya, iya, maaf. Ini aku lagi balasin chat dari group basket." Azzam kembali mengotak-atik ponsel nya.

"Oh, jadi bener apa yang dibilang adik kelas tadi?"

"Emang mereka bilang, apa?"
Akhirnya Azzam meletakkan ponselnya ke meja.

"Katanya kamu mau tanding basket dengan sekolah lain, ya?"

"Iya bener."

"Kapan, Zam?"

"Minggu depan. Kamu mau ikut?"

"Dih, aku kan nggak bisa main basket."

"Ck, ikut nonton maksudnya."

"Ooh. Nggak, deh."

"Kenapa?"

"Males aja."

"Ayolah, Si. Kan pertandingan nya diadakan di sekolah kita. Masa nggak bisa."

"Bukan nggak bisa, tapi nggak mau."

"Iya, maksudnya masa nggak mau."

"Emang kenapa, sih? Kok maksa?"

"Kalau nggak mau, yaudah nggak apa-apa. Tapi tugas kaligrafi nya aku nggak mau buat."

Aku panik. "Iya, iya. Aku nonton. Tapi jangan lupa kaligrafi nya. Lusa harus udah siap."

"Iya, dikit lagi, kok."

"Hm. Kalau gitu, aku ke kamar duluan. Jangan lupa matiin tv."

"Iya."

.
.
.
.

Hari ini, aku mengantar kaligrafi itu ke ruangan pak Alif. Nggak sanggup aku kalau dia datang ke rumah. Ntar, aku berharap dilamar, lagi. Ish, tak patut, tak patut.

"Tok, tok, tok." Aku mengetuk pintu hati pak Alif. Eh, maksudnya mengetuk pintu ruangannya.

"Assalamu'alaikum, Pak."

"Wa'alaikumussalam." Jawab seseorang dibelakang ku. Ketika ku berbalik, ternyata pak Alif.

Ish, buat kaget aja.

"Ngapain kamu ke ruangan saya pagi pagi." Pak Alif melihat jam yang melingkar di tangan nya.

"Ini, kaligrafi nya sudah selesai."
Aku menunjukkan kaligrafi tersebut.

Drama Sepupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang