Drama 29

52 30 0
                                    

...

Malam ini, Azzam mengabari bahwa ia sudah sampai. Dan sudah bertemu dengan Mama nya. Saat ini, ia masih berbincang-bincang dengan Ayah di telfon. Aku hanya mendengarkan dari kamar.

Mendengarkan atau menguping? Ah, sama saja.

Entah berapa lama mereka mengobrol, yang jelas aku sampai ketiduran. Dan terbangun karna dering ponsel yang berbunyi.

Aku bangkit dan melihat siapa yang memanggil.

Azzam?

Aku segera menggeser tombol hijau.

"Yaa?"

"Assalamu'alaikum."  Azzam mengucap salam dari seberang sana.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa Zam?"

"Enggak apa-apa. Lagi apa?"

"Tidur. Tapi gara-gara kamu aku jadi kebangun."

Terdengar kekehan dari sana. "Sorry."

"Hmm."

"Yaudah, lanjut tidur, gih. Besok aja lagi ngobrolnya."

"Emang kamu mau ngobrol apa, Zam?"

"Nggak ada. Pengen ngobrol aja."

"Serius?"

"Iya."

"Yaudah, salam buat Tante, Ya..."

"Oke."

Setelah mengatakan itu, aku mengakhiri telfon. Aneh, tumben banget Azzam nelfon. Nggak biasanya. Pasti ada sesuatu yang mau disampaikan. Tapi apa?

...

Keesokan paginya, di Sekolah.  Kami berkumpul di lapangan. Kami akan mengadakan lari pagi sejauh 1 km. Masih 1 km, kacang sih. Eh.

Aku dan Riri melakukan pemanasan.

" 1...2...3..."

Tiba-tiba dari belakang Rafael datang bersama Yoga.

"Yakin, mau ikut lari, Si?"

Aku menghentikan gerakan pemanasan lalu menghadap kearah Rafael.

"Yakin lah. Kenapa emangnya?"

"Ya, nggak apa-apa. Aku takut aja asma kamu kumat."

Aku mengernyitkan alis. Ada angin apa nih anak perhatian.

Aku menyenggol lengan Riri dan berbisik, "Ada apa dia, kok perhatian. Mana dia tahu lagi kalau aku punya Asma."

"Yee, Rafael memang perhatian, kamu nya aja yang nggak peka!" Diakhir kalimat, Riri berteriak.

Aku segera membungkam mulutnya.

"Kenapa, Si?" Rafael bertanya heran.

"Eh, nggak apa-apa, El." Aku segera melepaskan tangan dari mulut Riri. Lalu mengusap wajah gugup. Takut Rafael tau apa yang dibicarakan Riri tadi.

Tapi, tunggu?

Aku mengusap wajah sekali lagi, lalu tanganku berhenti tepat di hidung. Seketika aku mual.

"Huek. Kamu abis makan apa sih, Ri?"

"Hehe, semur jengkol."

"Allah." Aku mengucap istighfar, sambil memegang perut.

...

Aku dan Riri lari lari kecil sambil bergosip. Kami bersemangat melakukan lari pagi, dan juga bersemangat menggosip. Eh.

Drama Sepupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang