Chapter 2. Masalah di Sekolah

66 31 120
                                    

Jam istirahat pertama hampir berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam istirahat pertama hampir berakhir. Suasana di kelas 10 B masih terbilang sepi karena para muridnya masih berada di luar kelas. Namun, berbeda dengan Jino yang tidak keluar kelas sama sekali saat jam istirahat. Pemuda itu malas bangkit dari bangkunya dan memutuskan tetap berada di sana sembari membaca buku.

Biasanya pada saat jam istirahat Jino akan pergi ke perpustakaan, ruang musik, atau bermain basket di lapangan. Dia jarang sekali pergi kantin karena tidak mau mengeluarkan uang jajannya yang diberikan Jihan. Jino lebih memilih untuk menabung uang jajannya itu tanpa sepengetahuan Jihan.

Jino membaca buku dengan seksama dan tenang, tetapi ketenangan itu seketika buyar saat seorang siswa bernama Gama menggebrak mejanya cukup keras. Jino tersentak kaget dan relfek mengalihkan atensinya dari buku.

"Apaan, sih, lo?" tanya Jino dengan nada yang tak bersahabat. Tentu saja ia kesal atas tindakan Gama.

"Lo nggak usah sombong, deh. Orang miskin juga," cecar Gama tanpa perhitungan.

Jino hanya memutar bola mata malas dan berniat tak membalas ucapan Gama dengan kata-kata. Ia sangat malas menanggapi orang semacam Gama, yang sering kali mencari masalah dengannya. Jino tidak tahu kenapa Gama selalu mencari masalah dengannya.

Jino pun mencoba tak acuh dan fokus membaca bukunya lagi. Gama malah terkekeh sinis, lalu menatap teman-temannya yang sudah duduk di bangku mereka masing-masing.

"Gays. Ni anak miskin masih aja sombong lagaknya."

"Suruh tobat gih, Gam." Salah satu teman Gama menyahut lalu tertawa dan diikuti oleh yang lain.

Di saat-saat seperti inilah kesabaran Jino sedang diuji. Pemuda itu sebenarnya sudah kebal akan cemoohan Gama dan teman-temannya, tetapi tetap saja ia harus berhati-hati agar emosinya tidak terpancing.

"Oh, iya. Ngomong-ngomong, nih. Gue dapet info terbaru," kata Gama sembari berlagak angkuh.

"Apaan, tuh, Gam?"

Gama menatap Jino dengan tatapan meremehkan. "Ternyata, kakaknya si Jino ini penjual kue. Ya gue heran aja, sih, penjual kue murahan kenapa bisa sekolahin adiknya di sekolah favorit kayak gini, ya?" Lantas Gama kembali menatap teman-temannya.

Mata Jino terbelalak begitu mendengar pernyataan Gama. Rahangnya menguat dengan aura kemarahan yang mulai tampak di raut wajahnya. Sedetik kemudian, Jino menutup buku yang ia baca dan menaruhnya di meja secara kasar.

Jino bangkit dari bangkunya lantas meraih kerah seragam Gama dan mencengkeramnya dengan kuat. Sontak, tindakan Jino itu membuat seluruh penguni kelas terkejut tak terkecuali Gama sendiri. Bertepatan saat itu ada beberapa murid lain yang datang, mereka juga terkejut melihat pemandangan yang tersuguh saat baru memasuki kelas.

"Lo bilang apa tadi? Lo bilang kakak gue penjual kue murahan?" geram Jino dengan emosi yang tak tertahankan.

Begitu mendengar Gama menghina kakaknya, pertahanan Jino untuk bersabar dan mengontrol emosinya seketika runtuh. Pemuda itu tidak terima jika yang dihina adalah kakaknya, kakak yang sangat ia sayangi dan hormati.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang