Chapter 19. Perpisahan

38 20 15
                                    

Jino sedikit terkejut saat Mamanya mengatakan bahwa ia mempunyai kakak kembar tak seiras bernama Angga dan Anggun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jino sedikit terkejut saat Mamanya mengatakan bahwa ia mempunyai kakak kembar tak seiras bernama Angga dan Anggun. Jihan pun mengatakan jika ia pernah bertemu saudara kembar itu dan berkenalan dengan mereka di restoran Tiara.

Senyum gembira terlihat di wajah Jino selepas mengetahui fakta tersebut. Namun, senyuman itu seketika sirna saat Tiara meminta ia untuk mengemasi pakaiannya dan ikut tinggal bersama mereka. Tiara juga mengatakan jika kakak kembarnya telah menanti Jino dan tak sabar ingin bertemu dengannya.

"Jino harus ikut tinggal sama Mama dan Papa, ya? Tapi Jino mau tinggal sama Kak Jihan aja." Jino menolak secara halus dan memasang ekspresi imut setelahnya.

"Jino, jangan gitu. Kamu harus ikut Tante sama Om. Kan mereka orang tua kamu. Terus kalian juga udah lama berpisah, masa kalian tinggalnya berjauhan," ucap Jihan mencoba memberikan pengertian.

"Sebenernya Mama mau Jihan juga ikut tinggal sama kita, jadi nggak ada yang pisah. Apalagi, 'kan, kamu keponakan Om sama Tante, Jihan."

"Keponakan?" sahut Jino terkejut. Pemuda itu memang belum tahu jika dia dan Jihan adalah sepupu.

"Oh, iya, kamu belum tau. Tante Tiara itu kakaknya Mama Rania," ucap Jihan memberitahu.

Jino speechless dalam sesaat. "Berarti kita sepupu, dong?" tanyanya sambil menatap Jihan. Sang kakak mengangguk sebagai respon, lalu Jino pun tersenyum. "Kalau gitu Kak Jihan emang harus ikut tinggal sama kita, Ma!"

Azam dan Tiara sama-sama tersenyum senang. Berbeda dengan Jihan yang menunjukkan raut wajah datar karena ia tidak setuju atas usul itu.

"Maaf, Tante, Om, tapi Jihan nggak bisa ikut tinggal sama kalian." Sontak, pernyataan Jihan tersebut membuat ekspresi bahagia semua orang terutama Jino seketika sirna.

"Kenapa, Kak? Kakak nggak mau tinggal sama aku lagi?"

"Bukan gitu," sangkal Jihan seraya menggeleng. "Cuma Kakak mau tinggal di sini aja."

"Kamu mau tinggal di sini sendiri?" tanya Azam yang lalu saling menatap dengan istrinya.

Anggukan singkat mengiringi Jihan saat ia tersenyum. "Iya, Jihan tinggal di sini aja. Nggak masalah kok meski sendiri."

"Kalau gitu aku tetep di sini aja sama Kak Jihan," putus Jino yang seolah tak bisa diganggu gugat.

Tiara dan Azam kompak tertegun mendengar keputusan Jino. Jihan pun segera turun tangan memberi pengertian sekali lagi pada sang adik dengan penuh kelembutan seraya mengelus puncak kepalanya.

"Jino, kamu nggak boleh egois. Masa tinggal sama keluarga sendiri kamu nggak mau? Kakak-kakak kamu di sana udah nunggu, lho. Jangan buat semua orang kecewa karna kamu nggak jadi tinggal sama mereka."

Jino terdiam. Mencerna setiap perkataan Jihan hingga ia dapat menyimpulkan. Apa yang Jihan katakan memanglah benar. Dia tidak boleh egois apalagi sampai mengecewakan orang tua dan kakak-kakaknya.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang