Selain menjadi seorang kakak, Jihan juga berperan sebagai Guru Bahasa Inggris bagi Jino. Bahkan sering kali ia mengajar sembari membuat kue atau melakukan aktivitas lainnya. Jihan memang sudah fasih dalam berbahasa Inggris sejak ia duduk di bangku SMP.
Kini hari di mana jadwal Jihan mengajari Jino Bahasa Inggris telah tiba, yaitu hari Sabtu. Sambil membawa Kamus Bahasa Inggris, Jino tunggang langgang mencari Jihan ke sana kemari. Pemuda itu sudah mencari di kamar Jihan dan menyusuri hampir setiap sudut rumah, tetapi seseorang yang dia cari tak kunjung ditemukan.
Kakak kembarnya yang saat itu sedang bermain handphone di ruang tengah merasa terusik oleh aksi sang adik. Terutama Anggun yang merasa kepalanya ingin pecah mendengar Jino terus saja memanggil-manggil nama Jihan. Lama-lama gadis itu geram dan memberitahu Jino bahwa Jihan ada di teras rumah sedang menyiram tanaman.
"Kenapa nggak bilang dari tadi?" decak Jino kesal pada Anggun. Lantas ia berlari menuju teras rumah.
Ternyata benar Jihan sedang menyiram tanaman ditemani oleh Pak Suki yang merupakan tukang kebun di kediaman itu. Keduanya melakukan aktivitas mereka masing-masing sembari berbincang akrab layaknya ayah dan anak. Jino tersenyum melihatnya.
"Kak Jihan," panggil Jino tak terlalu keras, tetapi membuat Jihan langsung menoleh ke arahnya. Ia lantas menghampiri sang kakak. "Ini waktunya Kakak ngajarin aku bahasa Inggris," ucap Jino mengingatkan.
"Oh, iya. Kakak lupa." Jihan memukul pelan dahinya. "Tapi nanti dulu. Kakak belum selesai nyiram, nih," ujar gadis itu sembari mempercepat kegiatannya.
"Biar Bapak aja yang nyiram, Non. Non Jihan pergi aja sama Den Jino," ungkap Pak Suki.
"Bapak ... 'kan Jihan udah bilang, jangan panggil non." Lagi-lagi Pak Suki lupa akan hal itu, padahal sudah beberapa kali Jihan mengatakan jika ia tidak suka dipanggil dengan sebutan 'non'.
"Maaf, maaf. Lupa lagi Bapak," sahut Pak Suki seraya membenarkan kopyah yang ia kenakan.
Jihan tersenyum. "Beneran ini, Pak, nggak papa Jihan tinggal? Jihan jadi nggak enak," ungkap gadis itu dengan tangan yang masih memegang selang air.
"Iya, Pak. Nggak papa kok Jino nunggu Kak Jihan sampe selesai," tutur Jino yang juga merasa tak enak hati.
"Beneran nggak papa, ditinggal aja. Biar Bapak yang lanjutin."
Karena atas desakan Pak Suki, akhirnya Jihan pun menghentikan aktivitasnya menyiram tanaman. Lantas selang yang ia gunakan untuk menyiram diambil alih oleh Pak Suki yang kemudian melanjutkan aktivitas itu. Jihan dan Jino kompak mengucapkan terima kasih pada Pak Suki serta pamit pergi.
Sambil berjalan memasuki rumah, Jino berkata, "Kita belajar di halaman belakang aja, ya, Kak. Kalau di ruang tengah ada Kakak Kembar."
"Emang kenapa kalau ada mereka?"
"Takutnya mereka gangguin kita," jawabnya lalu meraih satu tangan sang kakak.
Jino menarik lembut tangan Jihan dan membawanya ke halaman belakang rumah yang dekat dengan kolam renang. Mereka lantas duduk di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari kayu jati yang letaknya tak jauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...