Sebuah pintu ruangan yang merupakan kamar milik Jihan, perlahan terbuka dan menampilkan sosok pemuda yang tak lain adalah Angga keluar dari dalam. Sambil menengok ke sana kemari Angga menutup pintu kamar itu dan pergi ke arah di mana Anggun bersembunyi seraya mengawasi keadaan sekitar.
"Gimana? Beres?"
Angga mengangguk lemah. "Gue taruh di lemari," ucapnya.
Dengan ria Anggun bertepuk tangan pelan atas kerja bagus yang telah Angga lakukan sesuai arahannya. "Habis ini giliran gue. Inget, ya. Akting lo harus perfect nanti." Anggun memperingatkan Angga yang hanya dibalas anggukan lemah oleh pemuda itu.
"Nggun, lo serius bakal ngelakuin ini?" tanya Angga memastikan dengan ekspresi tak yakin yang terpatri jelas di wajahnya.
"Ya seriuslah. Kenapa mesti ragu?" Anggun balik bertanya. Matanya lantas memicing curiga. "Jangan bilang lo berubah pikiran?"
"Gue bukannya berubah pikiran, tapi emang udah ragu sejak awal."
"Nggak. Lo nggak boleh ragu," tukas Anggun menyakinkan. "Emang lo mau, Jihan ngerebut posisi kita di hati mama dan papa?"
Sebenarnya Angga tidak yakin dengan perihal yang Anggun duga, bahwa Jihan akan merebut posisi mereka di hati mama dan papanya. Justru Angga merasa, bahwa Jihan membawa pengaruh baik bagi mereka terutama ia yang telah merasakan pengaruh itu.
"Gue nggak yakin soal itu, Nggun. Jihan kayaknya orangnya baik. Bahkan semenjak dia dateng ke rumah ini, gue ngerasa kalau gue menjadi orang yang lebih baik. Gue ngerasa Jihan itu membawa pengaruh baik buat kita semua."
Sungguh panas telinga Anggun mendengar perkataan Angga mengenai pengaruh baik yang Jihan bawa ke kehidupan mereka. Berbeda dengan kembarannga, Anggun tetap menganggap bahwa Jihan itu akan membahayakan posisi mereka di keluarga Azam Hermarendra.
"Lo kayaknya udah kena sihir, deh, sama Jihan. Lo terlalu terpesona sama kecantikannya yang nggak seberapa itu, 'kan? Lo suka, 'kan, sama dia? Makanya sekarang lo belain dia," cecar Anggun bertubi-tubi.
"Apaan, sih, lo? Malah bawa-bawa rasa suka lagi. Gue ngomong gini bukan karna itu, tapi emang gue ngerasa Jihan itu membawa pe—"
"Udah, Ngga, cukup. Gue nggak mau denger kalimat itu lagi," potong Anggun cepat. "Pokoknya gue mau rencana ini terus berjalan dan lo harus ngedukung gue. Lo percaya, deh, sama gue."
Angga dilanda dilema. Bimbang harus mengambil keputusan yang mana. Ia terombang-ambing dalam situasi saat ini. Dan nyatanya desakan serta pengaruh buruk Anggun membuat Angga tak berdaya. Sangat disayangkan pada akhirnya pemuda itu mengikuti rencana jahat sang kembaran untuk membuat Jihan diusir dari sana.
。◕🦋◕。
Suara riuh yang berasal dari Angga dan Jino ketika sedang bermain tebak-tebakan, memenuhi ruang tengah tempat di mana biasanya seluruh anggota keluarga berkumpul. Tiara yang sejak awal menonton aksi kedua putranya, lama-lama tak dapat menahan tawa ketika hal lucu dari mereka muncul di permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...