Azam Hermarendra sekeluarga sudah tiba di Indonesia pada siang hari. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu dan beristirahat. Barulah ketika malam mereka akan pergi ke rumah kontrakan Jihan sesuai dengan yang Jino sarankan.
Karena Jino mengatakan mungkin saja pada siang hari Jihan sedang bekerja. Meskipun tidak pasti gadis itu masih bekerja atau tidak, tetapi akan lebih baik jika pada waktu malam mereka menemuinya. Terlebih, Jino tidak mempunyai nomor telepon Jihan, jadi dia tidak bisa menghubunginya dan membuat janji bertemu.
Saat malam tiba, tepatnya pukul tujuh lewat beberapa menit, Azam sekeluarga sudah dalam perjalanan menuju rumah kontrakan Jihan. Mereka menumpangi satu mobil dan Azam lah yang mengemudikannya.
Dalam perjalanan Jino sangat tidak sabar bertemu dengan Jihan. Dua tahun lamanya ia dan Jihan berpisah tanpa mengetahui kabar satu sama lain. Selama dua tahun juga Jino selalu menanti saat ini tiba, saat dia kembali akan bertemu dengan kakak sepupunya yang sangat dia sayangi.
Dan yang membuat Jino lebih bahagia adalah, terungkapnya kebenaran bahwa Jihan tidak bersalah. Keyakinan yang selama ini ia pegang sudah terbukti. Tidak ada alasan lagi bagi mamanya untuk memisahkan ia dengan Jihan.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Mobil yang Jino sekeluarga tumpangi berhenti di halaman rumah kontrakan Jihan seperti biasa. Lalu, Jino keluar dari mobil tersebut diikuti oleh mama, papa, dan kakak kembarnya.
Jino memandang bangunan di hadapannya selama beberapa saat dengan perasaan rindu dan bahagia. Tidak ada yang berubah dari rumah itu, semua masih sama seperti terakhir kali Jino melihatnya. Netra Jino kemudian menangkap dua hal yang membuatnya berpikir bahwa Jihan sedang tidak berada di rumah.
"Apa Kak Jihan nggak ada di rumah, ya?" gumam Jino sambil terus memandang rumah kontrakan itu dari jarak yang tidak terlalu jauh. "Biasanya jam segini sepedanya masih di luar. Terus juga nggak ada sandal di depan pintu."
"Kita ketuk aja dulu. Siapa tau Jihan ada di dalem. Mungkin sepeda sama sandalnya ditaruh di dalem juga," ucap Tiara.
Jino membenarkan ucapan sang mama. Kemudian ia melangkah menuju teras rumah diikuti oleh keluarganya. Setelah langkahnya berhenti di depan pintu, Jino mengepalkan satu tangannya dan mengetuk pintu tersebut disertai ucapan salam.
Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Namun, orang yang membuka pintu tersebut bukanlah Jihan, melainkan orang yang tidak Jino kenal. Orang itu merupakan wanita yang jika dilihat usianya lebih tua dari Jihan.
"Siapa, ya? Ada perlu apa?" tanya wanita itu dengan sopan serta memandang Jino dan keluarganya.
"Maaf, Kak Jihan nya ada, Mbak? Terus, Mbak ini siapa, ya? Kok ada di kontrakan kakak saya?" Jino balik bertanya.
"Maaf, tapi ini kontrakan saya." Wanita itu kian memperlebar pintu yang dibukanya. "Dan saya nggak kenal yang namanya Kak Jihan." Pernyataannya membuat Jino sekeluarga saling menatap satu sama lain. "Oh, atau mungkin yang kalian cari penghuni lama kontrakan ini, ya?" tanya wanita itu kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...