Chapter 23. Kembali pada Jihan

33 22 50
                                    

Semenjak kepergian Jino dan hanya menyisakan Jihan seorang diri, gadis itu kurang bersemangat dalam menjalani rutinitasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak kepergian Jino dan hanya menyisakan Jihan seorang diri, gadis itu kurang bersemangat dalam menjalani rutinitasnya. Meski demikian dia selalu berusaha untuk membiasakan hidup sendiri dan tetap bersemangat menjalani aktivitasnya. Toh, Jino tidak pergi terlalu jauh darinya. Kapan pun jika mau, Jino bisa datang mengunjungi Jihan atau sebaliknya.

Namun, membiasakan hidup sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Jihan. Gadis itu harus berusaha keras menangani mood-nya yang mendadak hilang saat teringat Jino. Tak adanya sosok sang adik membuat dia selalu merasa ada yang kurang. Dalam setiap hal yang hendak ia lakukan, Jihan selalu teringat Jino dan Jino.

Seperti sekarang contohnya. Siang tadi Jihan ingin makan bubur sumsum dan ia pun membuatnya sendiri seperti biasa. Namun, saat hendak menyantap bubur itu, pergerakan tangan Jihan justru terhenti karena teringat Jino. Dia ingat bahwa Jino sangat menyukai bubur sumsum.

Jihan pun meletakkan mangkuk bubur itu di meja lantas bersandar pada kursi. Nafsu makannya seketika hilang karena tak adanya Jino di sana. Gadis itu serasa berat untuk makan sendiri yang mana biasanya dia selalu makan bersama sang adik. Meski Jihan tahu tidak baik jika ia terus begini, tetapi nyatanya memang tak mudah.

Kini Jihan beralih meraih ponsel miliknya yang terdapat di atas meja. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan room chat-nya dengan Jino. Jihan juga membaca kalimat yang tertera pada bagian atas room chat tersebut yang bertuliskan, terakhir dilihat hari ini pukul 16.47

Akibat rasa rindu yang berlebihan, tanpa berpikir panjang lagi Jihan mengirim pesan pada Jino dengan gerakan jemari yang lumayan cepat mengetik papan keyboard. Selepas mengetik, Jihan meng-klik tombol kirim dan ia menghela napas saat melihat pesan itu baru ceklis satu.

Little Jino🐣

Dek, lagi apa? Udah makan?
Udah belajar? Jangan tidur
malem² ya. Sebelum tidur jangan
lupa sikat gigi dan baca do'a.
Kakak sayang kamu

Mengetahui jika data seluler Jino tidak aktif, Jihan berniat ingin menelepon adiknya itu. Kali ini Jihan terdiam berpikir selama beberapa saat, merasa bimbang antara menelepon atau tidak. Bagaimana jika Jino sudah tidur? Tentu itu akan mengganggu. Namun, ketika Jihan melihat look screen ponselnya, waktu menunjukkan pukul 20.53. Ia hafal betul, pada saat jam itu biasanya Jino belum terlelap dan kemungkinan saat ini juga demikian.

Selangkah lagi ibu jari Jihan meng-klik tombol panggil, suara ketukan pintu mengurungkan hal itu. Atensi Jihan teralih ke arah pintu rumah seraya menerka siapa yang bertamu malam-malam begini. Ucapan salam serta panggilan juga terdengar mengiringi ketukan itu.

"Assalamu'alaikum, Kak. Kak Jihan."

Suara seorang pemuda itu tidaklah asing bagi Jihan. Ia sempat menebak bahwa suara yang didengarnya itu adalah suara milik Jino. Tak ingin menerka lebih lama, Jihan segera bangkit dari kursi menuju ke arah pintu.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang