Seulas senyum terukir di wajah Jino saat menatap foto Jihan yang ia jadikan sebagai look screen di ponselnya. Dengan melihat foto itulah semangat Jino membara untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Hari ini Jino mendapat tiga tugas sekolah, dan hanya tinggal satu tugas lagi yang belum ia kerjakan. Jino berniat mengerjakannya pada malam hari sebelum ia memasuki rutinitas malamnya, yaitu tidur.
Jarum jam di dinding terus bergerak, saat ini waktu menunjukkan pukul delapan persis. Pada menit-menit awal ketika Jino mengerjakan tugas sekolahnya, tidak ada masalah sama sekali dan ia fokus menatap buku-buku di meja belajar.
Namun, kemudian Jino dikejutkan oleh suara musik yang cukup keras dan seolah memekik di telinga. Hal itu membuat ia tak bisa fokus mengerjakan tugas sekolah hingga berdecak kesal sembari membanting pena yang dipegangnya ke meja.
Akhirnya Jino bangkit dari kursi belajarnya dengan emosi yang sedikit meluap. Ia keluar dari kamar hendak menuju ke arah sumber suara musik itu. Dugaan Jino mengatakan ini adalah ulah kedua kakaknya, Angga dan Anggun.
Dan dugaan itu ternyata benar. Saat Jino berjalan menuruni anak tangga, ia tekejut bukan main melihat banyak muda-mudi berjoget ria mengikuti alunan musik disco yang terputar. Di antara banyaknya muda-mudi itu, tampaklah sosok Angga dan Anggun yang turut bersenang-senang bersama teman-temannya.
Jino benar-benar tidak tahan melihat sesuatu yang ada di hadapannya saat ini. Bahkan ia juga tidak menyangka jika kedua kakaknya akan melakukan hal ini saat orang tua mereka tidak ada di rumah.
Satu tangan Jino mengepal kuat menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya. Akan tetapi tak lama pertahanan itu runtuh dan Jino melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga secara menggebu.
Tanpa berpikir panjang, Jino mematikan musik yang sedang terputar. Sontak, hal itu membuat semua orang berhenti berjoget dan memasang ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang terkejut, heran, dan juga kesal.
Saat Anggun menoleh ke arah sumber musik yang terputar dan melihat sosok Jino di sana, ia langsung mengetahui bahwa Adiknya itulah yang mematikan musiknya. Lantas Anggun menghampiri Jino dengan raut wajah kesal.
"Jino! Kamu apa-apaan, sih? Kenapa dimatiin musiknya?"
Jino menatap Anggun dengan heran. Merasa tak habis pikir pula dengan Kakaknya yang seolah kehilangan akal. Bukankah seharusnya Jino yang marah? Akan tetapi ini justru sebaliknya. Karena Angga maupun Anggun sama sekali tidak merasa bahwa tindakan mereka itu salah.
"Harusnya aku yang marah. Malem-malem begini kalian muter musik kenceng banget. Udah gitu, ini maksudnya apa? Di saat mama sama papa nggak ada di rumah, ini yang kalian lakuin?"
Jino berkata dengan intonasi tingggi sehingga semua orang dapat mendengarnya. Orang-orang yang ada di sana sempat saling pandang dan bertanya-tanya tentang siapa pemuda yang berbicara dengan Anggun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...