Chapter 20. Kakak Kembar

32 20 27
                                    

Jino terperangah kagum begitu menapakkan kakinya di halaman rumah mewah kediaman orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jino terperangah kagum begitu menapakkan kakinya di halaman rumah mewah kediaman orang tuanya. Di sanalah nantinya ia akan tinggal dan mendapat suasana baru. Pemuda itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling area halaman dan melihat beberapa hal yang mencuri perhatiannya.

Ada seorang pria setengah paruh baya yang Jino klaim adalah tukang kebun sedang memotong daun tanaman agar terlihat rapi. Pria itu sempat menoleh saat mobil Azam memasuki halaman rumah setelah Satpam di kediaman tersebut membukakan pintu gerbang.

Lalu atensi Jino beralih pada air mancur yang terdapat di tengah-tengah taman kecil di halaman rumah yang luas itu. Pancuran air tersebut menyegarkan mata Jino kala memandangnya hingga sedikit menarik kedua sudut bibirnya.

Desain interior bagian luar rumah itu juga tak lepas dari pandangan Jino. Terlihat sekali bahwa kediaman Azam Hermarendra dan istrinya lebih mewah dan megah daripada rumah lama tempat tinggal Jino dahulu, yaitu bekas rumah Jihan dan orang tuanya.

Teguran lembut Tiara lantas membuyarkan keterdiaman Jino saat ia belum usai memandangi desain interior rumah itu. Jino mengangguk seraya tersenyum tipis ketika sang mama mengajaknya untuk masuk. Ia pun kembali menarik koper yang baru dikeluarkan dari bagasi oleh sang papa.

Sebelum mengetuk pintunya apalagi memencet tombol bel, pintu utama rumah itu telah dibukakan lebih dulu oleh seorang wanita bernama Asti yang merupakan asisten rumah tangga di kediaman tersebut. Dia sudah tahu akan kedatangan sang majikan dari suara klakson mobil yang didengarnya, karena itulah dia buru-buru membukakan pintu.

"Asti, ini Jino. Anak saya yang pernah saya ceritain ke kamu. Dan Jino, ini Mbak Asti. Asisten rumah tangga di sini yang udah kami anggap seperti keluarga sendiri." Dengan bangga sembari mengulas senyum bahagia, Tiara memperkenalkan mereka satu sama lain.

Jino tersenyum dan langsung mengulurkan tangannya pada Asti bermaksud untuk menyaliminya. Tak bisa dipungkiri jika kesopanan Jino sukses membuat wanita yang berusia lebih muda dari majikannya itu merasa senang. Pikir Asti, Jino terlihat jauh lebih baik dari kedua kakaknya, yaitu si kembar.

Setelah itu Asti ingin mengambil alih koper yang Jino bawa dan berkata ia akan mengantarkannya ke kamar pemuda itu. Namun, dengan sopan Jino menolak. Selain karena ia bisa membawanya sendiri, koper itu juga berat dan Jino tidak ingin merepotkan Asti.

"Nggak papa, Den. Biar saya aja." Rupanya Asti tetap bersikeras mengambil alih koper itu dari tangan Jino, hingga sang pemilik koper pun tak berdaya dan akhirnya pasrah. Jino mengucapkan terima kasih lalu tersenyum.

"Asti, Angga sama Anggun mana?" tanya Tiara sebelum Asti pergi membawa koper Jino ke kamar pemuda itu yang telah disiapkan sebelumnya.

Pandangan Tiara menelisik ke sekeliling rumah, mencari sosok anak kembarnya yang bernama Angga dan Anggun. Tiara pikir, si kembar akan langsung menyambut kedatangan adik kandung mereka yang sudah dinanti-nanti.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang