Chapter 16. Adikku Kesayanganku

30 23 24
                                    

Susah payah Jino membujuk Jihan agar mau meminum obat, tetapi kakaknya itu masih saja merengek tidak mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Susah payah Jino membujuk Jihan agar mau meminum obat, tetapi kakaknya itu masih saja merengek tidak mau. Sejak kecil Jihan memang sangat repot bila disuruh meminum obat, terlebih lagi jika obat itu adalah kapsul.

Biasanya Jihan akan menelan obat kapsul dibantu dengan sedikit nasi, roti, atau pisang. Berbeda lagi jika itu pil, maka Jihan akan meminta obat itu dihancurkan dulu hingga menjadi bubuk barulah kemudian ia mau meminumnya.

Namun, ketika menginjak usia 18 tahun, Jihan sudah mulai belajar menelan obat kapsul maupun pil tanpa bantuan apa pun. Meski begitu tetap saja ia bak orang yang sekarat saat meminumnya. Karena sebelum menelan, gadis itu selalu berpikir obatnya akan menyangkut di tenggorokan.

"Kakak selalu bilang ke aku kalau sakit harus minum obat, tapi Kakak sendiri susah kayak gini," dumel Jino saat Jihan tak kunjung mau meminum obatnya. "Sekarang Kakak udah besar, masa disuruh minum obat masih pontang-panting, sih?"

"Jino ... Kakak nggak usah minum obat. Nanti sakitnya sembuh sendiri, kok." Alasan yang sering kali Jihan lontarkan, tetapi tak membuat Jino menyerah begitu saja.

"Kak, jangan bandel, deh." Kini raut wajah Jino berubah serius, seolah ia adalah seorang kakak yang sedang menasehati adiknya. Di saat-saat seperti ini pemuda itu terlihat lebih dewasa dan tidak ada Jino yang imut atau Jino yang manja.

Pada akhirnya Jihan pun mau meminum obat setelah susah payah Jino membujuk. Namun, sebelum itu ia meminta sang adik agar berbalik badan dan tidak melihatnya saat meminum obat. Alasannya karena Jihan malah tidak bisa menelan obat itu jika dilihat orang.

Jino menggeleng tak habis pikir saat melakukan apa yang diminta Kakaknya. Hingga beberapa detik berlalu, Jihan sudah selesai meminum obat dan meminta Jino untuk berbalik badan menatapnya kembali.

"Sekarang Kakak tidur, ya." Jino menaikkan selimut hingga ke bagian perut sang kakak serta membenarkannya.

"Nggak mau ... nggak ngantuk," cerungut Jihan sembari mengerucutkan bibirnya hingga membuat Jino tersenyum.

Jino merasa gemas pada sang kakak yang sedang dalam mode manja. Jika dalam keadaan sakit seperti ini, Jihan sering kali menunjukkan sisi lainnya, yaitu sikap manja dan menggemaskan layaknya anak kecil. Sementara Jino malah menunjukkan sikapnya yang terlihat lebih dewasa. Bisa dikatakan mereka sedang bertukar sikap atau peran.

"Tapi Kakak udah kenyang. Orang, 'kan, kalau kenyang gampang tidurnya."

"Itu kalau orang, beda sama Kakak. Kakak ini kalau kenyang malah nggak bisa tidur."

Jino ternganga sesaat, merasa heran dengan fakta tentang Jihan itu. "Gimana kalau aku nyanyiin sebuah lagu? Biar Kakak ngantuk terus tidur, deh," usulnya kemudian.

"Boleh. Tapi lagu apa?"

"Ya Nina Bobo, lah, Kak!" Jino berseru hingga membuat Jihan tertegun.

"Nggak mau, ah. Kakak, 'kan, udah gede. Masa dinyanyiinnya Nina Bobo ...," cerungut Jihan dengan ekspresi cute.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang