Malam ini Jihan tampak anggun mengenakan dress berwarna biru muda yang merupakan dress pemberian mendiang mamanya. Polesan bedak, sedikit blush on, eye shadow, dan liptint sudah hampir menyempurnakan riasan Jihan saat ini. Ia hanya tinggal menyisir rambutnya yang sengaja digerai tanpa mengenakan aksessories apa pun dan kemudian selesai. Gadis itu beranjak dari kursi rias dan menatap penampilannya melalui cermin sambil tersenyum lebar.
Tok tok tok
"Kak Jihan."
Suara ketukan pintu dan panggilan dari Jino itu mengalihkan atensi Jihan dari cermin. "Masuk aja. Pintunya nggak dikunci."
Pintu pun terbuka. Menampilkan sosok Jino yang sudah rapi dengan setelan kaos putih polos dibalut jas hitam dan celana yang senada dengan atasannya. Pemuda itu melangkah masuk ke dalam kamar dan sontak dia mematung melihat penampilan sang kakak yang sangat cantik nan anggun. Jino lalu tersenyum. Sudah lama ia tidak melihat Jihan berpenampilan seperti ini.
"Kak Jihan cantik banget! Kayak tuan putri yang ada di negeri dongeng," puji Jino sembari berjalan mendekati Jihan.
"Kamu berlebihan, deh, mujinya."
Jino menyanggah jika apa yang dikatakannya itu adalah fakta. Lalu ia mengamati penampilan Jihan secara detail hingga menyadari sesuatu. "Ini, 'kan, gaun yang dibeliin mama?"
"Iya. Masih inget, nggak? Dulu waktu ulang tahun kamu yang ke lima belas, Kakak pake gaun ini?"
"Ya pasti aku ingetlah, Kak. Malah aku masih nyimpen, lho, fotonya." Jino mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu mengotak-atiknya sesaat. "Ini, 'kan?" Ia menunjukkan layar ponsel itu kepada Jihan.
Sebuah foto memperlihatkan Jihan sedang berpose ceria di sebuah taman dengan mengenakan dress yang sama seperti yang ia pakai saat ini. Bedanya pada foto itu Jihan mengikat rambutnya ke samping.
Jihan tersenyum. Ia teringat momen saat foto itu diambil dua tahun yang lalu. Pada saat itu seharusnya ia berfoto bersama dengan Jino, tetapi sang adik menolak dan lebih memilih menjadi fotografer-nya.
"Oh, iya. Aku ke sini mau jemput Kakak. Ayo, Kak. Yang lain pasti udah nunggu," kata Jino yang teringat bahwa kedatangannya ke kamar Jihan adalah untuk menjemput Kakaknya.
Jino menarik lembut tangan Jihan sementara tangan yang satunya sibuk memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Saat kakak beradik itu berjalan menuruni anak tangga, dengan antusias Jino memanggil mamanya yang sedang duduk di ruang tengah bersama Si Kembar.
"Wah, Jihan. Kamu cantik banget, Sayang." Tiara berseru kagum melihat penampilan Jihan.
Sementara Angga yang tersirap akan pesona Jihan sampai tak berkedip saat melihatnya, baru tersadar ketika sang kembaran menyenggol lengannya.
"Kenapa, sih, lo ngeliatin Jihan kayak gitu?" tanya Anggun.
"Cantik dia," jawab Angga yang lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...