Chapter 33. Mogok Makan

37 18 39
                                    

Sepulangnya dari sekolah kemarin, Jino menderita sakit demam dan meriang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulangnya dari sekolah kemarin, Jino menderita sakit demam dan meriang. Namun, pemuda itu malah tidak mau makan sesuap nasi pun. Jino mengatakan, ia baru mau makan kalau Jihan yang menyuapinya. Syarat itu tak langsung dipenuhi oleh Tiara yang hingga pagi ini masih berusaha membujuk putranya.

"Jino udah bilang, Jino nggak mau makan kalau nggak disuapin Kak Jihan." Lagi-lagi kalimat itu yang terlontar dari mulut Jino ketika sang mama membujuknya untuk makan.

"Jino ... jangan gitu, Nak. Kamu dari kemaren belum makan. Nanti sakitnya tambah parah. Kamu lupa kalau kamu punya penyakit maag?"

"Jino nggak peduli. Pokoknya kalau nggak disuapin Kak Jihan Jino nggak mau makan." Suara Jino yang loyo itu kembali terdengar. Netranya tak menatap ke arah sang mama melainkan bingkai berisi foto dirinya bersama Jihan yang sejak kemarin tak pernah jauh dari sisinya.

Helaan napas Tiara memberat setelah mendengar penolakan putranya yang sudah beberapa kali itu. Ia meletakkan piring berisi nasi serta lauk pauknya di nampan yang terdapat di nakas bersama segelas air putih dan obat penurun panas.

Wanita yang berstatus ibu kandung Jino itu lantas beranjak dari tepian kasur tempat putranya berbaring dan pergi keluar dari kamar. Merasakan kepergian sang mama dan mendengar suara pintu kamar yang tertutup, perlahan mata Jino teralih dari bingkai foto dan menatap ke arah pintu kamar. Tak lama kemudian ia kembali memandang bingkai tersebut lalu meletakkannya di dada.

"Jino kangen kakak."

Sesaat setelah kalimat itu terucap, Jino merasakan perih di perutnya hingga membuat ia meringis. Jino tahu maag-nya sedang kambuh. Namun, ia tetap tidak mau menyentuh makanan yang sudah tersedia dan memilih menyiksa dirinya seperti ini.

。◕🦋◕。

Duduk termenung di kursi ruang tamu, Jihan sedang memikirkan tentang pekerjaan yang cocok baginya untuk melanjutkan hidup seorang diri. Sebelumnya, Jihan memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis kateringnya karena ia ingin mencari pekerjaan di luar yang penghasilannya lebih banyak dari menjual kue.

Lagi pun ada alasan lain mengapa dulu Jihan memilih bisnis katering kue daripada bekerja di luar. Dengan menjalankan bisnis katering kue, Jihan akan lebih sering berada di rumah dan bisa mengurus segala kebutuhan Jino juga meluangkan lebih banyak waktu bersama sang adik. Itulah alasannya.

Dan sekarang Jihan tinggal seorang diri. Ia hanya perlu mencukupi dirinya sendiri dan bekerja serta menabung untuk masa depannya. Sebenarnya Jihan sedih karena tidak lagi harus mengurus Jino, bekerja keras demi membiayai segala kebutuhannya. Jujur, ia senang melakukan semua itu demi Jino. Namun, di sisi lain Jihan juga bahagia karena Jino telah bersatu dengan keluarganya dan mendapatkan tempat yang lebih layak serta segala kebutuhannya pun tercukupi.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan Jihan seketika. Atensinya beralih ke arah sumber suara dan lantas ia bangkit dari kursi untuk membukakan pintu bagi si tamu. Jihan sedikit terkejut saat mengetahui bahwa yang datang ke kontrakannya adalah Angga. Jihan sempat melihat ke halaman rumah dan mendapati mobil Angga yang terparkir.

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang