Hari yang sangat dinantikan oleh Jihan akhirnya tiba. Yaitu tanggal 13 September yang merupakan hari ulang tahun Jino yang ke-17. Namun, kali ini Jino sama sekali tidak ingat akan hal itu di karenakan ia terlalu bersedih berpisah dengan Jihan hingga melupakan hari ulang tahunnya.
Jino lupa, tetapi tidak dengan Jihan. Bahkan gadis itu sudah menyiapkan kado untuk adiknya dari sejak lama. Dan saat ia mengetahui bahwa Jino tidak ingat akan hari spesialnya, Jihan bersyukur karena dengan begitu ia bisa lebih leluasa membuat surprise untuk sang adik.
Saat ini—tepatnya pukul 23.57, Jihan masih terjaga dan ia memang sengaja begadang untuk memberikan surprise bagi Jino. Gadis itu tengah menyalakan lilin yang terdapat di atas kue tar buatannya.
Setelah menyalakan lilin tersebut, Jihan melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul 23.58. Gadis itu pun bersiap melakukan panggilan video dengan Jino dan merasa berdebar saat menanti tepat pukul 12 malam.
Ketika angka waktunya telah berganti menjadi 00.00, Jihan langsung menekan tombol panggilan video yang ditujukan pada Jino. Ia tahu jika saat ini Jino pasti sedang tidur, tetapi Jihan tak merasa ragu mengganggu lelapnya sang adik.
Di sisi lain, Jino terbangun dari lelapnya ketika suara dering ponsel mengusik ketenangannya di alam mimpi. Pemuda itu mengucek satu matanya seraya bangkit dari pembaringan. Lantas ia meraih benda pipih yang terdapat di nakas, dan mengernyit heran saat mengetahui siapa yang meneleponnya tengah malam begini.
"Kak Jihan? Ada apa, ya, Kakak nelfon malem-malem gini?" Tak ingin berpikir panjang, Jino pun menerima panggilan itu dengan netra yang terus menatap ke layar ponsel.
"Happy birthday, Adikku Sayang!"
Jino terkejut ketika panggilan video itu tersambung, ia melihat Jihan membawa kue tar dengan lilin yang menyala. Suatu kejutan yang membuat Jino tersenyum lebar, terlebih saat Jihan mengucapkan selamat ulang tahun serta do'a dan harapannya.
"Selamat ulang tahun, ya, Jino Sayang. Semoga panjang umur dan sehat selalu, tercapai apa yang diinginkan, makin ganteng, makin pinter, makin sayang sama keluarga dan Kak Jihan, dan semoga menjadi kebanggaan bagi kita semua."
"Amin ...."
Selepas mengucap kata Amin, Jino melihat tanggal dari bilah notifikasi di ponselnya. Ia terpaku sejenak saat mengetahui bahwa hari ini adalah tanggal 13 September.
"Aku nggak inget kalau sekarang tanggal tiga belas. Kok Kakak nggak ngasih tau aku, sih?" Jino pura-pura kesal seraya mengerucutkan bibirnya.
"Kalau Kakak kasih tau jadinya nggak surprise, dong." Ucapan Jihan membuat Jino kembali tersenyum. "Eh, ayo kamu tiup lilinnya," kata gadis itu seraya lebih mendekatkan kue tar yang ia bawa ke kamera.
"Gimana caranya, Kak? Kan online."
"Udah, pokoknya kamu tiup aja."
Walau masih tak habis pikir dengan ucapan kakaknya, Jino tetap melakukan apa yang Jihan katakan. Ia meniup ke arah layar ponselnya seolah-olah sedang meniup lilin tersebut, bersamaan dengan itu Jihan turut meniup hingga lilinnya pun padam. Kini Jino pun mengerti maksud dari Jihan. Kakaknya itu memang selalu punya cara dalam setiap masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...