Chapter 7. Keras Kepala

46 27 44
                                    

Malam ini Jihan perhatikan ada yang berbeda dengan Adiknya, Jino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini Jihan perhatikan ada yang berbeda dengan Adiknya, Jino. Pemuda itu seharusnya fokus menatap buku-buku yang terbuka lebar di atas meja, karena saat ini dia sedang belajar. Namun, yang Jihan lihat justru Jino menatap ke arah jendela rumah dan terdiam melamun. Lamunan Jino terbuyar saat Jihan menyelimutkan sebuah jaket ke bahunya yang lantas membuat ia langsung menatap sang kakak.

"Dingin," ucap Jihan saat atensi Jino beralih pada jaket yang ia pakaikan.

Jino tersenyum. "Makasih, Kak." Lalu memakai jaketnya secara benar.

Jihan mengambil posisi duduk di samping Jino sembari menatap buku-buku pelajaran yang terdapat di atas meja, kemudian netranya beralih menatap sang adik yang kembali termenung.

"Kamu kenapa?" tanya Jihan dengan nada bicaranya yang lembut seperti biasa.

Kalimat itu sukses membuat lamunan Jino yang baru saja terbangun kembali runtuh dalam seketika. Kalimat yang juga sukses membuat Jino terdiam memikirkan jawabannya. Tidaklah sulit bagi ia untuk menjawab, tetapi jawaban jujurnya kemungkinan besar akan membuat Jihan tidak suka.

"Nggak papa, kok, Kak." Akhirnya Jino memilih untuk menjawab dengan simple, meskipun ia tahu Jihan pasti tidak akan percaya dengan jawabannya.

"Kamu bohong, ya?" Dugaan yang tepat. Jihan kembali bertanya karena tak percaya.

"Aku mau lanjut belajar, Kak," elak Jino yang lalu berpura-pura fokus membaca buku.

Gelengan pelan mengiringi rasa yang bergejolak dalam benak Jihan. Gadis itu tahu Adiknya sedang menyembunyikan sesuatu. Dia tidak akan mudah tertipu jika menyangkut perihal Jino.

"Kak." Tiba-tiba Jino kembali bersuara saat Jihan tengah sibuk bergelayut dengan pikirannya.

"Iya, kenapa?" Jihan tersenyum, tangannya meraih puncak kepala sang adik lalu mengelusnya dengan sayang.

Mendapat kelembutan Jihan dalam berbicara ditambah dengan elusan sayang itu, sukses membuat Jino tersentuh dan seolah merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Karena ini juga lagi-lagi Jino merasakan adanya keraguan untuk mengutarakan keinginannya. Namun, setelah menghela napas berat, tekadnya untuk bersuara membulat dan siap dengan apa pun jawaban dari sang kakak.

"Aku ..." Jino menunduk sejenak. "boleh kerja, nggak?"

Senyum yang sebelumnya menghiasi wajah Jihan seketika sirna begitu mendengar kalimat pertanyaan yang Jino lontarkan. Bahkan tangan gadis itu yang semula terdiam tenang di puncak kepala sang adik kini telah berpindah tempat.

"Ini udah ketiga kalinya kamu nanya gitu, dan jawaban Kakak tetep sama." Jihan hendak bangkit dari duduknya, tetapi langsung dicegah oleh Jino yang mencekal pergelangan tangannya.

"Jino nggak akan lupa belajar dan istirahat, kok. Janji, deh." Pemuda itu mengulurkan kelingkingnya sebagai tanda janji.

"Enggak, Jino. Kakak mau kamu fokus sekolah aja, biar Kakak yang cari uang."

Kupu-kupu Kehidupan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang