Mentari pagi kembali hadir. Jihan kembali menyiapkan sarapan untuk Jino seperti dulu ketika mereka tinggal bersama. Karena semenjak ia tinggal seorang diri, Jihan tidak pernah menyiapkan sarapan untuk dirinya. Gadis itu akan makan kapan saja di saat dia merasa lapar. Padahal jika kepada Jino, dia mewajibkan adiknya itu makan tepat waktu.
Sambil menyiapkan sarapan, Jihan memikirkan perihal tentang kaburnya Jino dari rumah. Ia benar-benar khawatir dengan dampak yang kemungkinan besar akan terjadi. Itulah mengapa ia memutuskan untuk menghubungi Tiara setelah Jino berangkat ke sekolah. Jihan ingin memberitahukan keberadaan Jino bersamanya, serta mengatakan penyebabnya agar tidak terjadi kesalah pahaman
"Jino ... ayo sarapan."
"Iya, Kak. Sebentar. Lagi pake dasi." Terdengar jawaban Jino dari dalam kamar.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu menghentikan pergerakan tangan sekaligus mengalihkan atensi Jihan. Gadis itu beranjak dari tempat untuk membukakan pintu bagi si tamu. Terkejut, itulah reaksi pertama Jihan saat mengetahui yang datang ke kontrakannya sepagi ini adalah Tiara, Angga, dan Anggun.
"Mari silakan masuk," ucap Jihan dengan ramah seraya menepi dari ambang pintu.
"Nggak usah sok manis lo! Mana Jino?" sergah Anggun.
"Anggun ...." Tiara memberi kode pada putrinya agar tidak membuat keributan dan bertata krama. "Ayo kita masuk dulu," ucapnya pada Si Kembar.
Mereka pun masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Sementara Jihan hendak memanggil Jino, tetapi pemuda itu sudah lebih dulu keluar dari kamar karena mendengar suara Anggun saat menyergah Jihan tadi.
"Mama, Kakak Kembar. Kalian ke sini?" ujar Jino lalu duduk di kursi atas permintaan Jihan.
"Tuh, 'kan, Ma. Bener apa kataku, Jino ada di sini. Jino emang diculik sama dia," tuduh Anggun seraya menunjuk ke arah Jihan.
Merasa tak terima, Jino pun langsung angkat bicara. "Kak Anggun apa-apaan, sih? Enggak, Ma. Kak Jihan nggak nyulik aku, tapi emang aku sendiri yang kabur dari rumah."
Sesuai dengan apa yang mereka dengar dari Pak Satpam, bahwa Jino pergi dari rumah malam-malam sambil membawa tas. Tiara kemudian mempertanyakan alasan putranya melakukan hal itu.
"Aku nggak betah tinggal di sana," ungkap Jino terus terang. "Mama sama papa sibuk kerja sampe jarang ngeluangin waktu buat aku, Kak Angga sama Kak Anggun juga sibuk sama urusan mereka sendiri. Jino jadi ngerasa kesepian."
Mendengar keluhan putranya itu, Tiara menyadari kesalahannya. Selama ini ia memang lebih fokus dan banyak menghabiskan waktunya untuk pekerjaan, bahkan ketika dipertemukan kembali dengan putranya setelah 16 tahun berpisah.
"Maafin Mama, ya, Nak. Mama emang salah karna lebih mentingin pekerjaan. Tapi mulai sekarang Mama janji, Mama akan lebih banyak meluangkan waktu untuk anak-anak Mama. Soal pekerjaan Mama kesampingkan dulu," kata wanita itu sambil memegang kedua pipi Jino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu Kehidupan ✔
Teen FictionBagi Jino memiliki seorang kakak seperti Jihan merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadanya. Apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal, hanya Jihan lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jihan pun sangat menyayangi Jino melebihi di...